Yuri kini sudah berada di dalam rumah sang kakek. Ia duduk di depan meja makan sambil menyantap santai makanan yang disiapkan oleh pria tua itu.
Sambil menatap keluar jendela rumah yang memiliki atap-atap pendek itu, Yuri ataupun sang kakek tidak terlibat percakapan apapun sejak tadi.
Perhatian Yuri teralih pada salep yang diletakkan di depan mejanya dan tanpa mengatakan apapun pria tua itu ke luar untuk menjemur pakaian yang baru selesai dicucinya.
Yuri melanjutkan kegiatan makannya dan setelah selesai, ia mencuci semua peralatan bekasnya lalu kembali duduk di depan meja tadi dan kali ini menatap keluar sambil menopang kepalanya dengan kedua tangannya.
Kedamaian Yuri tidak bertahan lama karena tiba-tiba sang kakek melemparinya dengan pakaian untuknya berganti.
"Yakk.", protes Yuri tidak suka.
"Jangan berteriak, ini rumahku.", ucap pria tua itu membuat Yuri menatap ke arahnya sinis.
"Aku bukan orangtuamu, bahkan ayahmu kusuruh bekerja sejak kecil, jadi aku harus mengatakan ini padamu, kau tidak bisa menginap dan makan di rumahku dengan gratis. Jika kau masih mau disini, cepatlah ganti pakaianmu.", ucapnya.
"Sialan sekali pria tua itu.", maki Yuri kesal namun akhirnya ia tetap menjalankan perintah kakeknya.
~
Malam itu Yuri baru saja kembali ke rumah sang kakek setelah ia ditarik ke sana dan kemari oleh para warga desa yang senang melihat kedatangannya.
"Augh, mereka semua masih saja norak.", gerutu Yuri kesal karena semua orang terlihat sangat antusias dan terus saja menahannya.
"Yuri.", panggil sang kakek dari dalam rumah lalu menghampiri Yuri dengan ponselnya yang berdering.
"Tidak kau angkat?", tegur pria tua itu bingung saat Yuri hanya meletakkan ponselnya begitu saja.
"Tidak perlu, pasti tidak begitu penting.", sahut Yuri namun ia langsung mendapatkam semburan ceramah dari pria tua itu.
"Darimana kau tahu jika kau tidak mengangkatnya? Bagaimana jika dia sangat membutuhkan bantuanmu tapi kau begitu acuh seperti ini?"
"Baiklah, baiklah. Akan kuangkat.", Yuri akhirnya menyerah dan mengangkat panggilan Sehun sambil menatap sang kakek seakan mengatakan 'lihat, kau puas sekarang?', sang kakek pun pergi meninggalkan Yuri dan masuk kembali ke rumah.
"Halo? Yuri?", suara Sehun memenuhi indera pendengarannya.
"Hm. Ada apa?", sahut wanita itu seadanya.
"Kau tidak pulang lagi hari ini? Kutanya pada Jungsoo hyung, katanya kau sakit. Kau baik-baik saja?", tanya Sehun membuat Yuri mengerutkan keningnya heran dengan sikap pria itu.
"Ya.", jawab Yuri singkat membuat Sehun mencibirnya dalam diam di seberang telepon sana.
"Kau dimana?", tanya Sehun.
"Bukan urusanmu.."
"Selamat datang di Jeju, Yuri!"
Yuri sontak menutup microphone ponselnya sambil merutuki tetangganya yang lewat dengan speaker besar di atas mobilnya karena berita kedatangannya sudah tersebar ke seluruh warga desa.
"Kau berada di Jeju sekarang?", tanya Sehun namun Yuri tidak menjawabnya.
"Aku harus pergi, kututup teleponnya.", ucap Yuri yang langsung mengakhiri panggilan itu membuat Sehun terlihat kebingungan karenanya.
"Eyy, dasar wanita menyebalkan."
~
Pagi-pagi sekali Yuri bangun dan membuka ponselnya di luar. Ia melihat begitu banyak panggilan masuk dari Myungsoo hingga ia membuka pesan dari pria itu yang mengirimkan link berita wawancara Seohyun perihal kecelakaannya dan dia ingin mengungkapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved, Hoped, Lost
FanfictionDalam suatu kisah dengan sudut pandang si baik pasti ada sosok jahat yang menganggu kehidupannya. Namun, siapa yang jahat jika kisah tersebut diceritakan pada sudut pandang si jahat? Semua orang selalu menjadi pemeran utama dalam kehidupan mereka ka...