Loved, Hoped, Lost : 4. Villain

157 24 8
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasanya, sudah seminggu sejak pesta ulang tahun ibu Suho berlalu, sejak saat itu Yuri belum menemui atapun menghubungi pria itu.

Waktu yang cukup lama bagi Yuri karena biasanya ia selalu menghubungi Suho untuk sekedar mengajaknya keluar.

Di tempat kerjanya pun, Victoria sudah tidak mengganggunya, ia bahkan terang-terangan menghindarinya membuat Sooyoung merasa heran dan beberapa kali bertanya padanya, yang berujung mendapatkan jawaban seperti, "Dia sudah membosankan."

Yuri kini sedang bersiap untuk acaranya. Sambil membiarkan tangan ahli itu merias wajahnya, Yuri mengambil kumpulan artikel berita yang akan dibawakannya malam itu.

Di sela-sela kedamaian yang sedang dirasakannya itu, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan di layarnya menunjukkan dua kata yang mampu membuat Yuri memutar matanya malas, yaitu "Jangan diangkat."

Saat itu pintu ruang tunggu terbuka membuat Yuri dan dua wanita yang membantunya bersiap itu menoleh ke arah seorang wanita setengah baya yang berdiri di ambang pintu.

"Ohh ternyata kau disini. Aku sudah menghubungimu beberapa kali, sepertinya kau tidak mendengarnya.", ucap wanita itu sambil memasuki ruang tunggu itu dengan aura intimidasi yang begitu terasa.

"Aku ibunya. Bisakah kami berbicara sebentar?", tanya wanita yang ternyata ibu Yuri itu pada dua wanita yang turut merasakan atmosfer yang begitu mencekam.

"Tentu.", jawab salah satu dari keduanya lalu mereka pun keluar meninggalkan Yuri dan sang ibu.

"Kau mengabaikan panggilanku lagi Yuri.", ucap Ibu Yuri dengan perubahan nada suaranya yang menjadi sangat dingin.

"Aku sibuk.", jawab Yuri seadanya. Ia tidak terlalu bersemangat bertemu dengan sang ibu kini.

"Kudengar kau dipermalukan oleh calon mertuamu."

"Ohh astaga, aku tidak tahu rumor itu ternyata sudah tersebar hingga akhirnya sampai juga padamu, bu.", balas Yuri dengan sindiran.

"Bertahanlah, jangan sampai kau melepaskan pria itu.", ucap ibu Yuri membuat Yuri yang awalnya hanya menatap sang ibu melalui cermin kini berbalik menatap langsung ke arahnya.

"Tanpa kau minta pun, aku akan tetap melakukannya, tapi...", Yuri berdiri dari kursinya dan menghampiri sang ibu.

"..kau sama sekali tidak prihatin padaku? Aku..putrimu sendiri, dipermalukan dan diabaikan di depan banyak orang oleh mereka.", ucapnya kecewa.

Yuri menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya dengan cukup keras. Moodnya benar-benar hancur saat ini, ia pun memilih untuk pergi meninggalkan ibunya sendirian di ruangan itu.

~

Sehun masih berada di kantornya malam itu, ia memutar kursinya ke arah jendela besar di belakangnya sambil menatap kosong ke depan sana dan menandakan ada hal yang sedang dipikirkannya saat ini.

Posisinya membelakangi televisi yang sedang menyala dan sedang menayangkan stasiun televisi dimana berita pukul sembilan yang Yuri bawakan akan ditayangkan.

"Selamat malam para warga sekalian, kembali dengan saya Kwon Yuri untuk berita malam ini."

Sehun terlihat menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya tanpa berbalik. Ia fokus untuk mendengarkan berita itu.

"Berita pertama malam ini mengenai kemenangan Tim Nasional Korea Selatan dalam pertandingan sepak bola pada Asian Games yang baru saja digelar baru-baru ini di Huanglong Sports Centre Stadium, Hangzhou."

"Ahh, aku harus berusaha lebih keras lagi.", gumam Sehun lalu berbalik ke arah televisi dan menatap wajah Yuri lekat.

Pria itu mengangkat tangan kanannya dengan pose seperti pistol dengan ibu jari dan telunjuknya yang diarahkan kepada Yuri.

Loved, Hoped, LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang