Baekhyun menghampiri Sehun yang saat ini larut dalam pikirannya sejak kembalinya dia dari makan siang tadi.
"Ada masalah?", tegurnya membuat Sehun kembali pada dunia sekitarnya dan melihat ke arah Baekhyun bingung.
"Kapan kau masuk? Kau tidak mengetuk terlebih dahulu?", tegur Sehun tanpa menjawab pertanyaan Baekhyun sebelumnya.
"Sudah, tapi kau tidak menjawab dan sibuk dengan apa yang ada di otakmu sekarang, maka dari itu aku tanya padamu, ada masalah?", jawab Baekhyun untuk membela dirinya yang tiba-tiba dituduh dengan sinisnya seorang Oh Sehun.
"Ohh, jadi begitu.", sahut Sehun kikuk membuat Baekhyun memutar matanya sebal.
"Sebenarnya aku juga tidak mengerti apa ini bisa disebut masalah atau tidak.", tambahnya.
"Apa itu?", tanya Baekhyun penasaran.
"Wanita itu mengatakan sesuatu yang membuat hatiku tidak nyaman dan anehnya aku merasa kasihan padanya.", jawab Sehun lalu ia terlihat memijat keningnya yang terus berdenyut sejak tadi.
"Jadi, apa yang dikatakannya?"
"Kata-kata seperti jangan membantunya karena dia tidak ingin bergantung padaku."
"Bukankah memang itu yang kau harapkan dari rencanamu?", balas Baekhyun dan kali ini Sehun mengacak rambutnya frustasi.
"Memang, tapi masih ada suatu hal yang mengganjal bagiku.", Baekhyun terlihat mengerutkan keningnya lalu tak lama ia menunjukkan senyuman tipisnya.
"Misalnya?", tanya Baekhyun.
"Empati?", balas Sehun ragu-ragu.
"Kau tahu apa artinya itu, Sehun?", Baekhyun menyahut sedangkan Sehun terlihat mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Apa?"
"Kau peduli padanya. Kau tidak benar-benar membencinya.", jawab Baekhyun.
"Eyy, itu tidak masuk akal. Aku sangat membencinya."
"Memang. Tapi itu dulu, sekarang kau tidak membencinya jika kau merasa empati yang kau sebutkan tadi itu.", balas Baekhyun untuk meyakinkan Sehun sekali lagi.
"Tidak mungkin. Kau hanya mengada-ngada."
~
Yuri keluar dari apartementnya pagi itu untuk berangkat bekerja, saat ia keluar, kebetulan sekali Sehun juga keluar dari tempat tinggalnya.
"Selamat pagi.", sapa Sehun ramah.
"Hm, selamat pagi.", sapa Yuri balik tanpa menatap ke arah Sehun, ia melenggang pergi melewati pria itu untuk mencapai lift.
Sehun berdecak sekilas lalu berjalan menyusul Yuri dan kini berdiri di sebelah wanita itu sambil menunggu lift yang akan membawa mereka turun.
"Kau boleh bergantung padaku.", ucap Sehun membuat Yuri menoleh ke arahnya.
"Soal perkataanmu kemarin. Jika seseorang membutuhkan bantuanku, tentu saja aku akan menbantu.", tambahnya untuk menjawab kebingungan di ekspresi wajah Yuri.
"Cih, kau begitu naif di dunia yang begitu buruk ini.", balas Yuri sinis.
"Aku bersumpah untuk tidak pernah mengandalkan siapapun dalam hidupku, jadi kumohon padamu untuk hormati prinsipku.", ucap Yuri dan saat itu pintu lift terbuka, wanita itu lagi-lagi berjalab lebih dulu meninggalkan Sehun yang masih tercengang di tempatnya berdiri.
"Kau tidak mau masuk?", tegur Yuri membuat Sehun tersadar dan segera bergabung di sebelah wanita itu.
"Tapi Yuri, kau adalah orang paling sinis yang pernah kutemui.", ucap Sehun saat lift sudah bergerak turun sedangkan Yuri memilih untuk bungkam. Sehun memperhatikan ekspresi dingin wanita itu dari pantulan pintu lift di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved, Hoped, Lost
FanfictionDalam suatu kisah dengan sudut pandang si baik pasti ada sosok jahat yang menganggu kehidupannya. Namun, siapa yang jahat jika kisah tersebut diceritakan pada sudut pandang si jahat? Semua orang selalu menjadi pemeran utama dalam kehidupan mereka ka...