🌟5🌟

198 27 0
                                    

Di sebuah warung makan terlihat dua insan saling berbincang karena sebulan lalu pria mengenakan sweater hitam menyepakati kerja sama dengan  gadis yang duduk di sampingnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah warung makan terlihat dua insan saling berbincang karena sebulan lalu pria mengenakan sweater hitam menyepakati kerja sama dengan gadis yang duduk di sampingnya itu.

Kini mereka sedang berdiskusi mengenai rencana yang akan mereka lakukan untuk mendekati crush masing-masing.

"Oh, ya gue baru ingat. Masee gue punya rencana mau buat progam ngaji weekend untuk segala usia. Nah, lo ikut progam itu aja, Dir," jelas Arfan mengingat percakapan semalam dengan keluarganya.

"Serius Fan?Ya, pastilah gue ikut," balas Nadira tersenyum senang mendengar kabar baik dari kembaran crushnya.

"Seriuslah. Sekarang giliran lo kasih ide buat gue."

Nadira langsung memikirkan rencana apa yang cocok untuk mendekati crush Arfan itu.

"Gimana kalau lo kirim surat buat Ning Ifah?" Nadira memberi saran.

"Aiish, sekarang udah zaman digital yang semakin canggilh dan saran lo itu sangat kuno," sahut Arfan yang tidak habis pikir dengan rencana Nadira.

Nadira menyengir kuda dan kembali memikirkan sesuatu, beberapa detik kemudian terlintas ide lainnya di benaknya.

"Hah, gimana kalau lo kasih hadiah aja karena perempuan tuh paling senang kalau sering di kasih hadiah."

"Itu sih lo kali bukan Ning Ifah," timpal Arfan yang meragukan ide Nadira.

"Heloow, gue tuh perempuan ya. Jadi, gue taulah apa yang di inginkan para perempuan pada umumnya," balas Nadira sedikit kesal pada Arfan yang meragukan idenya.

Arfan menatap Nadira begitu melekat membuat sang empu tidak nyaman di tatap seperti itu.

"Bisa biasa aja gak natap guenya? Bahaya nanti kalau lo malah jadi suka sama gue," ujar Nadira membuat Arfan tercengang mendengar perkataan gadis itu.

"Ck, PD banget lo. Hati gue ini cuma buat Ning Ifah seorang, lagian lo itu bukan tipe gue kali dan gue rasa lo juga bukan tipe masee gue," balas Arfan membuat Nadira menaikan bibir bawahnya menatap kesal pria itu.

"Ya, gue akan berdoa setiap detiknya biar gue jadi tipenya my crush," sahut Nadira.

Arfan mengangguk-anggukkan kepala "Ya, semoga terkabul doa lo itu."

Seketika mereka terdiam sejenak karena keduanya menyadari tadi sedikit bertengkar. Sesekali Nadira melirik ke arah Arfan yang sedang menyeruput minumannya, hingga terdengar suara ibu warung.

"Aduh, mas mbak sudah saya bilang kalau mau lanjut diskusi jangan disini. Nanti di kira pelanggan lainnya yang mau makan disini warung saya masih penuh, padahalkan kalian makannya udah selesai," sindir ibu warung sebab sudah sebulan ini rutin kedatangan dua pelanggan yang setelah selesai makan tidak langsung pulang, melainkan berbincang cukup lama.

"Bu, biasanya juga kita pergi kalau ada orang yang mau makan disini bu, tapikan memang belum ada dan kebanyakan pada di bungkuskan bu?" sahut Nadira yang beralih kesal pada ibu warung.

TWINS GUS (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang