18+
•
•
•"Hei, hei! Kudengar kau sedang mendekati seseorang, apa benar, Sion?"
Dengan kepala yang terasa berat, Gusion menoleh pada sosok pemuda yang barusan melempar pertanyaan kepadanya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada gelas bir yang sudah tandas di depannya. Meski belum legal, toh, kawan-kawannya di sini tidak protes saat ia menghabiskan segelas besar bir.
Menanggapi pertanyaan si pemuda yang tadi, Gusion mengusai anak rambutnya yang jatuh mengenai mata sembari bersandar di kursi."Aku dekat dengan siapapun jika kau ingin tahu." Ujarnya kemudian.
"Ayolah, tidak perlu mengelak!" Pemuda itu mendekati dan merangkul pundak Gusion. "Cecilion melihatmu menjemput seseorang di depan salah satu perusahaan. Jadi sekarang kau melirik wanita kantoran alih-alih adik kelas seperti yang pernah kau katakan dulu?"
"Menyingkirlah dariku Chou, dasar tukang gosip!" Gusion mendorong pemuda bernama Chou itu menjauh. "La-lagipula kapan Ceci melihatku?"
Chou tertawa melihat reaksi Gusion yang berusaha menutup-nutupi kebenaran dari tuduhan yang dia lontarkan. Raut wajahnya terlihat ingin sekali memaksa Gusion untuk mengatakan yang sebenarnya.
Cecilion melirik Chou yang balas meliriknya dengan kode mata, mengajaknya untuk bersekongkol. Cecilion mengangguk paham.
"Kau punya hutang, Sion." Cecilion berdeham.
"Hutang?" Pemuda bersurai coklat itu memiringkan kepalanya, berusaha mengingat hutang yang dimaksud oleh kawannya.
"Ah iya, kau punya!" Chou menjentikkan jarinya, "Pekan lalu saat kita bermain truth or dare, terakhir kali kau yang dapat giliran, tapi kau terlanjur tidak sadarkan diri setelah menghabiskan sebotol wine." Jelas Chou mengingatkan Gusion.
"Apakah itu masih berlaku? Lagipula aku tidak ingat apa yang terjadi, apa aku masih harus melakukan tantangannya?" Gusion berusaha mengelak karena dia tahu Chou dan Cecilion hanya ingin menjebaknya menggunakan truth or dare agar mau mengaku pasal 'wanita kantoran' yang mereka bahas beberapa menit lalu.
"Tentu saja! Tidak ada batas waktu untuk permainan itu. Jadi sekarang, truth or dare?"
Gusion menatap Chou jengkel. Dia menghela napas, bagaimanapun tidak ada gunanya mengelak dari kawannya yang satu itu. Jika dia memilih truth, maka Chou akan memaksanya untuk memberitahu tentang hal tadi.
"Dare."
Chou terlihat sedikit kecewa dengan pilihan Gusion, tapi kemudian ia menyunggingkan senyum yang membuat perasaan Gusion tidak enak.
"Baiklah. Aku menantangmu untuk menelepon orang yang kau incar itu! Aku yakin kau pasti punya nomor teleponnya."
"Tidak mau!" Gusion berseru, "Kau bisa memberiku tantangan yang lain, membayar seluruh tagihan malam ini misalnya, atau mentraktirmu dan Ceci selama seminggu."
Chou menggeleng tegas, "Tidak ada perubahan tantangan, Sion kecil kami. Lakukan atau kami akan mengantarmu pulang sekarang juga!"
Si surai coklat menggertakkan giginya. Dia tidak suka saat Chou mulai memaksanya dengan ancaman. Susah payah dia keluar malam agar tidak ketahuan oleh kakaknya, tidak mungkin dia mau pulang begitu saja. Patah-patah dia mengeluarkan ponsel di saku lalu menyalakannya. Dia menggulir layarnya untuk mencari nomor yang dituju dan segera menekan tombol memanggil saat menemukannya, dengan segala perasaan.
"Nyalakan speaker-nya!"
"Mana bisa!"
"Pulang sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKI
Любовные романы[Hayabusa x Hanzo] [Modern AU] "Apa aku hanya sekadar adik buatmu?" "Aku tidak ingin menjadi kakakmu, aku ingin lebih dari itu." * MY FIRST BOOK * - Jadwal up tidak tentu, kadang ide mandek di tengah jalan. - Banyak kesalahan tipografi, jadi kalau m...