Prolog

2K 167 2
                                    

Kapan ya? Ah, waktu itu badai salju datang. Malam yang dingin ketika Hayabusa baru saja turun dari taksi selepas bekerja. Syal merahnya berkibar diterpa angin yang lumayan kencang, tubuhnya masih menggigil kedinginan meskipun dia sudah mengenakan jaket tebal dengan luaran coat yang membuat orang lain gerah saat melihatnya.

Beberapa langkah Hayabusa berjalan menuju apartemennya, ia dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tergeletak di tepi gang. Hayabusa langsung mendekatinya, khawatir dengan keadaan orang itu yang mengenakan pakaian tipis di tengah badai salju.

Semoga dia belum mati.

"Hei, kau baik-baik saja?" Hayabusa mendekap tubuh dingin itu, rambut merahnya yang panjang basah karena salju. Deru napas masih terdengar meski tersengal, orang itu masih hidup.

Tanpa pikir panjang Hayabusa langsung membawa orang itu ke apartemennya. Terserah apakah orang itu ada yang mencari atau tidak, yang penting saat ini dia harus berada di dalam ruangan dan terhindar dari badai salju.

Sesampainya di apartemen, Hayabusa menidurkan orang itu di tempat tidur. Tidak masalah, orang yang dibawanya adalah laki-laki. Kemudian ia mengambil pakaian tebal di lemari untuk mengganti pakaian laki-laki yang dibawanya agar lebih hangat, tidak lupa juga menyelimutinya. Penghangat ruangan dinyalakan, membuat kamar itu kontras dengan amukan badai di luar sana.

Saat Hayabusa mengganti pakaiannya sendiri, laki-laki di tempat tidurnya menggeliat. Matanya mengerjap, silau oleh cahaya lampu di atasnya yang terang. Perlahan ia duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing.

"Apa kau baik-baik saja?" Hayabusa mendekati laki-laki itu.

Si surai merah nampak sedikit waspada dengan Hayabusa, ia menarik selimut untuk menutupi hampir seluruh tubuhnya. Hayabusa mengerti, tidak mendekat lebih jauh lagi.

"Aku menemukanmu meringkuk di tepi gang lalu membawamu ke sini. Aku tidak tahu apakah kau ingat bagaimana kau bisa di sana saat badai salju, tapi aku harap kau tidak keberatan berteduh di sini sementara." Jelas Hayabusa agar laki-laki kecil di depannya itu tidak salah paham.

Mendengar penjelasan itu, raut wajah si surai merah terlihat sedikit tenang. Detik berikutnya ia menyadari bahwa pakaiannya sudah berganti, kemudian menatap Hayabusa lagi seakan minta penjelasan.

Hayabusa paham makna tatapan si surai merah, "Ah, aku yang mengganti pakaianmu. Itu memang pakaianku, mungkin sedikit kebesaran tapi aku harap itu bisa menghangatkan tubuhmu. Pakaianmu sedang aku cuc—"

Belum selesai Hayabusa menjelaskan, sebuah bantal mendarat di wajah tampannya.

"Dasar mesum sialan!" Seru si surai merah, pelaku yang melempar bantal itu.

Hayabusa mengusap hidung mancungnya yang terasa sedikit sakit. Mendengar seruan si surai merah, Hayabusa langsung panik menjelaskan. "Tidak, tidak! Aku hanya mengganti pakaianmu, tidak lebih! Jangan khawatir, aku bukan orang jahat."

Si surai merah masih waspada dengan Hayabusa, matanya menatap tajam mengawasi pergerakan Hayabusa. Sementara Hayabusa memahaminya, dia diam di tempat supaya laki-laki kecil di depannya tidak ketakutan.

"Maaf karena mengganti pakaianmu tanpa izin. Malam ini kau boleh tidur di kamarku, aku akan tidur di sofa. Jika butuh apa-apa panggil aku!" Hayabusa beranjak pergi dari kamar.

"A-Anu!"

Hayabusa membalikkan badannya ketika mendengar si surai merah memanggilnya.

"Namaku Hanzo." Ujarnya, "Terima kasih sudah membawaku ke sini, Tuan."

Hayabusa tersenyum, "Namaku Hayabusa, salam kenal, Hanzo."

Malam itu berakhir sampai di sana. Hayabusa tidak pernah berpikir jika laki-laki yang diselamatkannya akan terus berada di sisinya.

•××ו

ANIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang