(12)

535 78 6
                                    

Hanzo terbangun oleh suara nyaring dari arah dapur. Ia sudah menduga kalau itu ulah Hayabusa sementara si surai hitam itu sudah tidak ada di tempat tidur. Hanzo meregangkan tubuhnya, lalu menyibak tirai yang menutupi jendela kamar. Matahari sudah bersinar hingga menyilaukan mata Hanzo yang segera menyipitkan matanya. Kemudian Hanzo merapikan tempat tidur dan beranjak pergi ke dapur.

"Selamat pagi, Ani!" Sapa Hanzo.

Hayabusa membalikkan badannya, "Oh, selamat pagi, Hanzo! Tidurmu nyenyak?"

Hanzo menarik satu kursi di meja makan dan beranjak duduk di sana, "Sangat nyenyak, aku merasa segar." Karena bau tubuhmu juga membuatku candu.

Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Hanzo meninggalkan Hayabusa yang tengah berkutat dengan alat masaknya. Ia menyambar handuk dan beranjak pergi ke kamar mandi. Hampir lima belas menit dihabiskannya untuk mandi dan berganti baju, sementara Hayabusa sudah selesai memasak dan dua porsi omurice terhidang lezat di meja makan bersama dengan dua gelas air putih.

"Wah, omurice! Kemana perginya roti-roti di rumah ini?" Hanzo antusias melihat makanan di depannya sambil mengeringkan rambutnya. Lalu ia menyampirkan handuk di bahu dan beranjak duduk di kursi.

Hayabusa tertawa mendengar sindiran Hanzo, "Aku ingin makan sesuatu yang berbeda hari ini. Kau tidak bosan makan roti setiap pagi?"

"Apapun yang kau buat selalu enak, Ani. Andaikan aku harus memakan roti seumur hidupku, jika kau yang membuat, pasti kumakan."

"Walaupun aku memasak pare?" Hayabusa sengaja menjahili Hanzo. Dia sangat suka melihat wajah Hanzo yang kesal, menurutnya Hanzo sangat imut saat memasang wajah kesal.

Benar saja, Hanzo langsung cemberut dan mencibir. "Aku akan melempar piringku tepat ke wajahmu agar wajah tampanmu itu jadi sepahit pare!"

"Oh, kau mengakui kalau aku tampan?" Si surai hitam mengedipkan sebelah matanya, menggoda Hanzo yang salah tingkah.

Sementara Hanzo kehilangan kata-kata dan semakin salah tingkah setelah menatap wajah genit Hayabusa. Dia memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan pipinya yang bersemu merah. "Sudahlah! Lebih baik kau segera memakan sarapanmu sebelum itu dimakan hantu!" Ujarnya mengalihkan topik.

Hayabusa tertawa melihat Hanzo yang berusaha tidak salah tingkah dan menyantap omurice dengan wajah bersemu.

'Imut sekali! Aku ingin mencubit pipinya!' Batin Hayabusa.

Mereka berdua menghabiskan sarapan tanpa percakapan. Setelah makanan di piringnya tandas, Hanzo segera memakai dasi dan merapikan bukunya. Hayabusa mencuci piring dan juga bersiap untuk mandi.

"Aku berangkat, Ani!" Seru Hanzo sambil mengenakan sepatu. Saat hendak membuka pintu, Hayabusa menarik tangannya, membuat Hanzo refleks membalikkan badan. Tanpa ba-bi-bu, Hayabusa memeluk dan menciumnya. Hanzo membelalakkan matanya kaget.

"Mnhh~ Ani!" Hanzo berusaha mendorong Hayabusa dan melepaskan diri. Tenaga Hanzo jelas kalah, tapi Hayabusa mengalah dan melepaskan pelukan dan tautan bibirnya dengan Hanzo.

Hayabusa merasa gemas saat melihat wajah Hanzo yang semakin merah seperti kepiting rebus. "Hati-hati di jalan, sayangku."

Tanpa menoleh ke arah Hayabusa lagi, Hanzo segera pergi dari unit dengan langkah seribu.

•××ו

Yin dan Julian terheran-heran melihat Hanzo yang datang dengan napas terengah-engah dan wajah semerah tomat.

"Pagi, Hanzo! Kau terlambat sepuluh menit dari waktu biasa kau datang. Ya, tidak masalah sih, jam masuk masih lima belas menit lagi." Yin menyapa, "Ada apa denganmu? Kau sakit?"

ANIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang