Bunyi pemantik yang dinyalakan dan asap rokok yang diembuskan seorang pemuda bercampur dengan hingar-bingar bar tempat Hayabusa kini bersantai sembari menikmati segelas mocktail. Dia mengernyit saat menghalau asap rokok yang mengenai wajahnya, dalam hati mengumpat pada sosok pemuda yang sengaja mengembuskan asap rokok padanya.
Pemuda itu tertawa, "Masih saja tidak menyentuh rokok, Haya? Dan kau memesan mocktail alih-alih wine?" Tanyanya dengan nada mengejek.
Hayabusa mendecih, "Apa maksudmu, sialan? Kau mengajakku ke sini hanya untuk bertengkar?"
"Mana mungkin aku melakukannya, daripada repot-repot menghabiskan waktu bersamamu di sini lebih baik aku pulang, menemui si cantikku."
Hayabusa serasa ingin muntah mendengarnya. Ia meneguk mocktail hingga tersisa setengah dan mengusap yang tersisa di sudut bibirnya. "Baiklah, aku juga ingin pulang." Ujarnya sembari beranjak dari tempatnya.
"Hoi, hoi. Aku bahkan belum mengatakan inti pembicaraannya." Pemuda itu menarik tangan Hayabusa, mencegahnya pergi.
"Tidak perlu basa-basi, apa yang kau inginkan?" Hayabusa kembali duduk.
Pemuda itu mengeluarkan sebuah amplop dari jas hitamnya, lalu menyerahkan amplop itu kepada Hayabusa. Tanpa berkomentar apapun, Hayabusa membuka amplop itu dan membaca isinya. Siapa sangka ternyata amplop itu berisi undangan pernikahan.
"Yang benar saja?" Hayabusa menatap pemuda itu yang kini tersenyum sembari menghisap rokok.
"Kau terkejut? Aku memang sudah lama merencanakannya. Bukankah kau tahu sendiri kalau aku akan menikahi Ling setelah kuliah?"
"Memang benar, sih. Tapi aku tidak berpikir kalau kau akan menikahinya secepat ini." Hayabusa meletakkan undangan itu, "Seorang Zilong yang tidak pernah serius dan selalu membuat masalah. Aku bahkan heran bagaimana Ling bisa tahan denganmu."
Pemuda bernama Zilong itu tertawa, "Itulah kekuatan cinta, sobat. Aku sudah bersama Ling sejak sekolah menengah, waktu yang lebih dari cukup untuk saling mengerti satu sama lain, 'kan?"
Hayabusa tidak menjawab. Pikirannya sibuk. Sementara Zilong beralih mengobrol dengan rekan-rekan yang lain. Sebenarnya hari ini dia mendapatkan dua undangan, dan dia tidak berniat untuk menghadiri salah satunya. Diambilnya ponsel dari saku celananya dan kembali membuka pesan yang dikirimkan seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya.
Aku pergi. Ada seseorang yang menarik hatiku dan aku memutuskan untuk pergi dari masa lalu dan memulai hidup baru dengannya. Aku harap kau bisa maklum.
Pesan itu membuat Hayabusa kesal karena bisa mengubah kehidupan yang direncanakannya sejak dulu. Hayabusa tidak mungkin protes. Tangannya menggenggam erat ponsel itu seraya mengembuskan napas kasar.
'Toh, terserah dia mau hidup bagaimana.'
Diteguknya mocktail yang tersisa di gelas hingga tandas, lantas beranjak untuk pergi dari sana. Dia lelah memikirkan hal itu.
"Sudah mau pulang? Tidak perlu khawatir, rumahmu tidak akan dibawa semut!" Ujar Zilong setengah bercanda.
"Cukup untukku hari ini, silahkan kau lanjutkan bersama yang lain." Hayabusa menyampirkan jas di pundaknya, "Lagipula ada si cantik yang menungguku di rumah."
Zilong tertawa sambil menatap punggung Hayabusa yang menghilang di antara keramaian.
"Sepertinya dia juga menemukan seseorang, ya?" Gumamnya sembari menatap gelas mocktail Hayabusa yang sudah kosong, "Dan dia menolak untuk membayar minumannya sendiri. Ya sudahlah."
Sementara Zilong bergumam, Hayabusa sudah berada di luar bar. Dihirupnya udara malam yang dingin sebanyak-banyaknya agar sisa asap rokok di paru-parunya sirna. Sedikit terbatuk, lalu ia berjalan pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/313336859-288-k127402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKI
Romance[Hayabusa x Hanzo] [Modern AU] "Apa aku hanya sekadar adik buatmu?" "Aku tidak ingin menjadi kakakmu, aku ingin lebih dari itu." * MY FIRST BOOK * - Jadwal up tidak tentu, kadang ide mandek di tengah jalan. - Banyak kesalahan tipografi, jadi kalau m...