(11)

576 81 19
                                    

Esoknya Hanzo mendapat coklat lagi, dengan secarik kertas bertuliskan permintaan maaf. "Aku tidak tahu kalau kau suka manis, jadi aku mengganti coklat yang kemarin. Maafkan aku." Tulisannya rapi, dengan huruf sambung yang terlihat estetik.

Yin yang saat itu tengah mengunyah roti isi sambil memakai sepatu ruangan, menengok isi kertas yang dipegang Hanzo.

"Aku yakin ini hantu penghuni sekolah yang tertarik padamu." Seloroh Yin.

Hanzo mendecak, "Tidak ada hantu yang bisa membeli coklat mahal seperti ini." Dia memperlihatkan merek coklatnya, sama seperti kemarin, hanya berbeda varian.

Julian menyimak mereka berdua sembari menutup lokernya. Loker sepatu memang tidak dikunci karena isinya hanya sepatu, jadi orang lain bisa dengan mudah meletakkan barang di dalamnya. Meski ada larangan meletakkan barang selain sepatu di dalam loker untuk menghindari pencurian. Tapi sepertinya coklat valentine pengecualian.

"Enaknya jadi kau, Hanzo, dua hari berturut-turut mendapatkan coklat dari orang yang sama."

"Ini malah mengerikan, kau tahu?" Sanggah Hanzo. Siapapun ini kelakuannya mirip Hayabusa, hanya saja jika Hayabusa yang mengirim coklat pasti dia tidak akan memberi dark chocolate, dia tahu persis Hanzo tidak suka makanan pahit.

Lebih tidak mungkin lagi pemikiran tentang Hayabusa yang mengirimnya karena dia saja tidak melakukan apapun di hari valentine dan justru pulang larut malam dengan keadaan mabuk. Meninggalkan Hanzo yang pulang dalam keadaan kelaparan dan terpaksa memakan telur gosong hasil masakannya yang amatir.

"Apanya yang mengerikan dari sebatang coklat?" Tanya Yin heran. Sudah coklatnya mahal, pengirimnya pasti gadis cantik.

"Hanzo benar." Julian angkat suara, Yin dan Hanzo memperhatikannya. Jarang-jarang Julian ikut berbincang tentang masalah seperti ini. "Kemarin orang ini sudah memberi Hanzo coklat, tapi Hanzo tidak memakannya karena bukan coklat manis. Hari ini coklat dengan merek yang sama dan juga pengirim yang sama, tapi diganti dengan coklat yang manis, agar Hanzo mau memakannya. Bukankah itu aneh?"

Yin dan Hanzo berpikir sejenak, lalu mengangguk. Kalau dipikir-pikir lagi memang aneh.

"Orang itu bisa tahu kalau Hanzo tidak suka pahit dari pemberiannya kemarin, lalu memberi Hanzo coklat yang manis sebagai gantinya. Sudah pasti orang ini menguntit Hanzo." Terang Julian.

Bulu kuduk Hanzo mendadak berdiri. Kalau dipikir-pikir mengerikan juga, apalagi Julian sendiri juga berspekulasi demikian. Lalu apa yang diinginkan penguntit ini dari Hanzo?

"Hei, kalian mau mengambil sepatu atau mau mengadakan rapat terbuka di sini, hah? Minggir, kalian membuat jalan penuh!" Seorang laki-laki yang baru saja datang mengomeli mereka. Ditilik dari gayanya, mungkin dia adalah senior mereka.

Mereka bertiga cepat-cepat mengganti sepatu, lalu pergi dari sana dengan langkah seribu. Hanzo sempat mendengar Yin menggerutu.

•××ו

Di tempat lain.

Hayabusa meneguk air mineral kemasan sembari menatap monitor yang menampakkan data-data keuangan. Setelah dirasa cukup, Hayabusa menutup kembali botol air mineralnya dan meletakkannya di meja. Kepalanya masih sedikit pusing-sisa mabuk semalam. Dia lupa apa yang terjadi semalam. Hanya ingat ketika dia dan rekan-rekannya yang lain mengadakan pesta di salah satu bar, dan tiba-tiba saja dia sudah terbangun di kamar saat pagi hari datang.

Kagura menatap Hayabusa yang tidak fokus bekerja, "Kau baik-baik saja, Haya-san?"

Hayabusa menggeleng sambil memijit keningnya.

ANIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang