(9)

1.1K 104 12
                                    

Pagi datang. Hangat sinar mentari masuk melalui celah-celah tirai yang belum dibuka sejak penghuninya bangun lima belas menit yang lalu, menerpa tubuh tengkurap yang masih bergelung dengan selimut.

[Mana bisa kau bolos hari ini, hah? Curang sekali!]

Hanzo menepuk dahi mendengar suara nyaring dari ponselnya itu. "Aku bilang aku titip izin, bukan bolos. Apa telingamu tertinggal di rumah?"

[Omong kosong! Memangnya ada apa kau minta izin hari ini?]

"Aku sakit, Yin."

[Bohong! Mana ada orang sakit yang menelepon temannya untuk titip izin seperti ini? Bilang saja kau mau bolos!]

Ingin sekali rasanya Hanzo menghampiri Yin dan memukulnya kuat-kuat, namun apa daya, bergerak sedikit saja punggungnya terasa seperti akan patah.

"Aku sakit, bodoh, bukan mati!"

Terdengar suara Yin dan Julian ribut di seberang sana. Tidak terlalu jelas, yang pasti Yin meminta saran Julian dan Julian menanggapinya acuh tak acuh seperti biasa, membuat Yin mengomel panjang lebar.

[Baiklah, baiklah! Julian menyuruhku untuk menyampaikan izinmu yang tidak resmi ini. Sial, padahal aku ingin menyalin jawaban fisikamu hari ini.]

Usai menggerutu, sambungan telepon ditutup sepihak oleh Yin. Hanzo menatap layar ponselnya yang perlahan meredup dan mati, lalu menghela napas panjang.

"Diizinkan?"

Suara berat itu mengagetkan Hanzo yang setengah melamun, jantungnya berdegup kencang. Teringat kegiatan mereka semalam membuat Hanzo agak sensitif saat mendengar suara Hayabusa saat ini, meskipun laki-laki itu hanya sedang menyibak tirai, bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Hayabusa juga mengambil cuti, dia ingin menemani Hanzo hari ini.

"Apa kau yakin tidak apa-apa kalau tidak masuk kerja?" Tanya Hanzo.

"Tidak masalah. Aku sudah menelepon Kagura untuk menyelesaikan sisa laporanku hari ini." Hayabusa duduk di tepi ranjang, menatap Hanzo yang sibuk memainkan ponselnya.

Sebenarnya Hanzo hanya berpura-pura sibuk memainkan ponselnya untuk menghalau rasa malunya karena keberadaan Hayabusa di dekatnya. Terbayang sekelibat kejadian malam tadi, rasanya Hanzo ingin menghilang saat itu juga karena salah tingkah.

"Masih sakit?" Tanya Hayabusa.

Kali ini Hanzo benar-benar salah tingkah, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Dia membenamkan wajahnya pada bantal, lalu mengangguk singkat sebagai jawaban atas pertanyaan Hayabusa barusan.

Hayabusa mengangguk paham. Tingkah Hanzo yang malu-malu membuatnya ingin menggoda lelaki kecil itu. Awalnya Hayabusa khawatir trauma Hanzo kembali, tapi nampaknya Hanzo tidak keberatan.

"Kau tidak mandi? Aku akan membantumu." Hayabusa menawari.

"Nanti saja!"

Hayabusa terkikik melihat Hanzo yang masih betah membenamkan wajahnya. Kemudian dia keluar dari kamar begitu mendengar suara bel berbunyi.

•××ו

"Kau mau liburan hari ini, Haya-san?" Kagura menatap Hayabusa yang tengah mencari kertas berisi laporannya bulan lalu yang terselip entah dimana, menebak-menuduh sebenarnya-alasan Hayabusa mengajukan cuti hari ini.

"Mana ada, aku menemani Hanzo di rumah hari ini." Sangkal Hayabusa.

Mendengar nama Hanzo, Kagura langsung tertarik. "Hanzo-chan? Memangnya ada apa?"

ANIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang