Beberapa bulan berlalu bagai pesawat yang melintas di langit pagi.
[Jadi, kau tidak kemana-mana selama liburan?]
Hanzo menggeleng-meski gelengannya tidak dapat dilihat oleh lawan bicaranya di seberang telepon-dan terkekeh. "Di rumah saja cukup menyenangkan, buat apa pergi keluar?"
[Apa serunya duduk diam di rumah? Memandangi perabot sepanjang hari?]
"Tentu saja belajar, toh, sebentar lagi kita naik kelas."
Terdengar suara di seberang telepon menggerutu tidak senang dengan bahasan tentang belajar.
"Julian tidak bersamamu?" Hanzo mengalihkan topik.
[Tidak ada sejarahnya dia menghabiskan liburan bersamaku. Dia punya seseorang yang lebih penting untuk diajak berkencan daripada aku. Sekalipun aku memaksa ikut, yang ada aku hanya dianggap patung.]
Hanzo terkekeh.
[Bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini? Aku yakin kau pasti senggang.]
"Aku tidak keberatan, asalkan aku boleh mengajak kakakku."
Terdengar Yin menggumam tidak jelas sebelum akhirnya mengiyakan Hanzo.
[Asalkan kakakmu mau mentraktirku.]
"Hah? Mana bis-"
Sambungan telepon diputus sepihak oleh Yin.
"Sial, apa dia tidak tahu malu?" Gumam Hanzo sembari meletakkan ponselnya di nakas.
Selarik cahaya matahari menyelinap lewat celah tirai yang masih tertutup, mengundang Hanzo untuk segera meninggalkan tempat tidurnya dan membuka tirai. Pemandangan kota menyambutnya. Hari ini dia penuh dengan energi untuk beraktivitas. Jalan-jalan bersama Yin terdengar menyenangkan, namun dia tidak yakin dengan kakaknya yang masih sibuk bekerja meski libur sudah tiba.
Apakah orang dewasa memang makhluk yang membosankan?
Hanzo keluar dari kamar dan menemukan Hayabusa sedang membaca koran di balkon dengan secangkir kopi yang melengkapi paginya.
Mirip bapak-bapak.
"Ani, kau tidak bekerja hari ini?" Hanzo menghampiri Hayabusa dan berdiri di hadapannya.
Hayabusa hanya tertawa kecil saat mendengar Hanzo menanyakan hal itu. Dia menutup korannya dan meletakkannya di meja.
"Ini Minggu. Apa kau lupa hari saking lamanya berlibur?"
Pipi Hanzo bersemu merah saat mendengarnya. Astaga, dia lupa ini hari Minggu. Dia segera berdeham dan mengelak dari ejekan Hayabusa.
"Uhm ... Yah, aku hanya bertanya. Barangkali saja kau juga ingin bekerja di hari Minggu. Toh, kau hidup hanya untuk bekerja." Hanzo menggosok hidungnya, berusaha menutupi wajahnya yang bersemu.
"Aku tidak akan bekerja di hari Minggu. Setidaknya aku butuh sehari untuk beristirahat dan menghabiskan waktu bersama adikku tercinta." Ujar Hayabusa dengan nada yang sedikit menggoda. Hal itu membuat Hanzo semakin bersemu dan salah tingkah.
"H-Huh ...? Haha, jangan membual. Ayolah, itu menggelikan!" Hanzo berusaha menetralkan perasaannya, namun pertahanannya runtuh seketika saat Hayabusa menarik lengannya dan membuat Hanzo terduduk di pangkuannya. Dia segera memeluk Hanzo dan menciumi tengkuknya, membuat Hanzo merinding dan jantungnya berdebar.
Suatu godaan di pagi hari yang tidak disangka-sangka.
"Ani ... Jangan lakukan itu di sini..." Hanzo berusaha memprotes dengan akal sehatnya yang hampir menguap karena perlakuan Hayabusa. Sementara pria bersurai hitam itu hanya terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKI
Romance[Hayabusa x Hanzo] [Modern AU] Dalam kehidupan yang gelap, Hanzo hanya ingin menemukan kehangatan... * MY FIRST BOOK * - Jadwal up tidak tentu, kadang ide mandek di tengah jalan. - Banyak kesalahan tipografi, jadi kalau menemukan tolong komen untuk...