Entah bagaimana Hanzo bisa terjebak di kantin lagi bersama Yin dan Julian yang tiba-tiba saja menghampirinya. Guru Alice masih bercakap-cakap dengan Hayabusa dan Aamon, sementara Hanzo dan Gusion dipersilahkan keluar-diusir lebih tepatnya-bersamaan dengan bel istirahat yang berbunyi.
"Bodoh sekali kau Hanzo, bodoh sekali!" Yin meneguk air mineral, "Mencoba mengukir sejarah menjadi siswa pertama yang mendapat diskorsing di minggu pertama sekolah? Tidak keren, Kawan! Siapa yang akan menemaniku makan di kantin besok?"
"Ada Julian." Jawab Hanzo singkat.
Yin mendecak kesal, "Apa aku harus mengobrol dengan batu sialan bernyawa ini? Dia tidak pernah menjawab pertanyaanku selain dengan 'iya', 'tidak', 'hm', dan 'terserah'. Ya Tuhan, bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku menghabiskan tiga tahun masa sekolah menengah pertama dulu hanya bersama si apatis ini."
Julian menatap Yin, tidak berkomentar apapun meskipun baru saja diumpat oleh pemuda pirang itu.
"Aku akan kembali lagi minggu depan." Ujar Hanzo.
"Jaga dirimu, Kawan. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan orang itu untuk membalasmu."
Hanzo mengangguk. Tidak lama setelahnya dia kembali untuk menemui Hayabusa yang selesai bercakap-cakap dengan guru. Pandangannya tidak lepas dari layar ponselnya di sepanjang lorong, dia baru saja bertukar nomor telepon dengan Yin dan Julian, atas permintaan Yin tentunya.
"... Kak Haya ..."
Mendengar nama Hayabusa disebut, Hanzo segera melepaskan pandangannya dari ponsel, menatap Gusion yang tampak bercakap-cakap dengan Hayabusa dengan Aamon yang berada di sampingnya. Cukup jauh, Hanzo tidak bisa mendengar apapun selain saat Gusion menyebut nama Hayabusa.
Hayabusa yang menyadari kehadiran Hanzo, segera melambaikan tangan ke arah pemuda bersurai merah itu, menginterupsinya untuk mendekat.
"Saya minta maaf karena Hanzo memukulmu, tolong maafkan dia."
Kata-kata Hayabusa barusan membuat Hanzo tersinggung. Enak saja, kenapa harus dia yang meminta maaf? Gusion yang memulai semuanya.
"Gusion juga salah, Tuan Hayabusa. Saya juga meminta maaf untuk kelakuannya." Aamon menimpali.
'Ya, adikmu yang memulai semuanya, seharusnya dia saja yang dihukum!' Batin Hanzo.
Hayabusa dan Aamon saling meminta maaf, basa-basi menanyakan kabar, dan berbagai obrolan untuk menyurutkan masalah. Sementara Hanzo mendecak jengkel. Dia menatap Gusion yang berdiri di samping Aamon, menyadari bahwa sejak tadi bajingan itu menatap Hayabusa lekat.
•××ו
Begitu keluar dari gerbang sekolah, Hayabusa segera kembali ke perusahaan untuk bekerja. Sebelumnya dia memperingatkan Hanzo untuk tidak pergi kemanapun sampai dia pulang. Sementara Hanzo hanya diam saat Hayabusa mengatakannya, tidak ada kehangatan dari kata-kata Hayabusa, tidak seperti biasanya. Tidak tahu diri, bagaimana Hanzo bisa mengharapkan hal itu sementara dia baru saja membuat Hayabusa kecewa. Dia merasa tidak berguna saat Hayabusa terlihat enggan menatapnya, bersama dengan itu penyesalan perlahan menyelimuti dirinya. Janjinya dengan Hayabusa telah dilanggar oleh tingkahnya sendiri.
Sementara itu hari berjalan cepat. Gelap menyelimuti, hamparan langit biru yang dihiasi awan dan matahari yang tidak terlalu terik berganti menjadi hamparan angkasa gelap dengan taburan bintang-bintang. Pukul setengah sepuluh, pekerjaan Hayabusa telah usai, meski begitu kota ini tetap hidup tanpa mengenal tidur.
"Malam ini bintang terlihat lebih terang dari biasanya, benar 'kan, Haya-san?" Tanya Kagura sambil menatap gugusan bintang di langit, kemudian beralih menatap Hayabusa yang tampak melamun. Kagura lantas menyikut lengan Hayabusa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKI
Lãng mạn[Hayabusa x Hanzo] [Modern AU] "Apa aku hanya sekadar adik buatmu?" "Aku tidak ingin menjadi kakakmu, aku ingin lebih dari itu." * MY FIRST BOOK * - Jadwal up tidak tentu, kadang ide mandek di tengah jalan. - Banyak kesalahan tipografi, jadi kalau m...