18+
•
•
•Pada akhirnya mereka berdua berakhir di kamar, meninggalkan ruang depan yang tidak memadai untuk melakukan 'olahraga' mereka.
Apa boleh buat, tidak peduli sekuat apapun keinginan Hayabusa untuk menahan nafsunya, dia hanyalah manusia biasa. Pertahanannya runtuh begitu saja ditelan nafsunya yang menggelora. Apalagi tubuh mulus Hanzo yang seakan melambai menggodanya.
"Hngghh ... Ani- AH!"
Hanzo mencengkeram erat lengan kekar Hayabusa dan meninggalkan bekas cakaran yang nampak merah di sana. Kegiatan Hayabusa menghisap dan memilin putingnya membuat sensasi aneh dalam dirinya. Tidak asing, tapi berbeda.
Desahan merdu Hanzo membangkitkan gairah yang tertahan dalam diri Hayabusa. Sejenak, dia menghentikan kegiatannya dan menyisir rambutnya ke belakang, lantas dia melepas kemeja putihnya. Nampak tubuh kekar Hayabusa yang terpantul dalam netra bening Hanzo. Si surai merah itu menelan ludah sebagai bentuk kagumnya dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Masih ada waktu untuk lari, Hanzo. Jika kau tidak menyerah sekarang, aku benar-benar akan melahapmu!" Bisik Hayabusa tepat di telinga Hanzo.
Lelaki kecil itu menggeleng kuat. Sejak tadi akal sehatnya sudah pergi, tidak ada lagi yang dia pikirkan selain nafsunya.
"Mmhh ... Ngahhh!"
Desah erotis itu mengalun indah ketika Hayabusa menggigit dan menjilati leher mulus Hanzo, menghisapnya dan meninggalkan bercak kemerahan di sana. Menuruni leher setelah mengecup jakun Hanzo, lidahnya menari di dada yang sejak tadi menggodanya untuk segera ditandai. Dua benda kecil di sana tidak luput dari lidah Hayabusa yang liar menjilat dan menghisap apapun yang dilaluinya.
"Jang-ahn ... Ahh~ Aniki ... Di sana-ahhh ... Gelihhh ..."
Hayabusa tidak mendengarkan, dia sibuk bermain dengan tonjolan kecil itu, memilinnya dan menjilatnya hingga menimbulkan sensasi geli yang membuat Hanzo tak henti-hentinya mendesah.
Puas bermain di sana, Hayabusa membelai perut Hanzo yang rata. Nampaknya si surai merah itu tidak tertarik membentuk otot perut. Lingkar pinggangnya kecil, Hayabusa yakin perempuan sekalipun akan minder ketika melihatnya.
Hayabusa beralih menangkup pipi Hanzo, lalu melumat bibir mungil itu untuk kedua kalinya. Lidah Hayabusa dengan mudah masuk dan mengacak-acak segala yang ada di dalam mulut Hanzo, membuat lelaki di bawahnya itu kewalahan olehnya. Saliva milik keduanya mengalir di sudut bibir Hanzo.
Ciuman itu tidak bertahan lama karena Hanzo segera memukul dada Hayabusa pertanda dia sudah kehabisan napas. Begitu tautan keduanya terlepas, Hanzo terengah-engah mengambil napas seakan baru saja keluar dari dalam air. Perlahan dia merasakan tubuhnya diterpa udara dingin sampai akhirnya dia menyadari tidak ada sehelai benangpun melekat di tubuhnya saat ini, entah sejak kapan. Begitu pula dengan Hayabusa yang baru saja melepaskan celana dalamnya, membuat 'pusaka'nya terpampang jelas di pelupuk mata Hanzo yang meneguk ludah khawatir.
"Ani?" Hanzo menatap Hayabusa yang kembali menindihnya, sedetik kemudian dia merasakan bulu kuduknya meremang dan dadanya berdesir dengan perasaan aneh.
Hayabusa mengecup perut Hanzo, "Tenang saja, aku akan bersikap lembut."
Bersamaan dengan kalimat yang terlontar dari mulut Hayabusa itu, Hanzo merasakan ada benda yang merangsek masuk ke dalam lubangnya. Serangan kejutan tanpa aba-aba dari Hayabusa sukses membuatnya terbelalak kaget.
"Ani- AH! Hggh ... Ahh~"
Hayabusa merasa senang melihat ekspresi Hanzo yang membuatnya semakin bergairah. Dia menggerakkan jarinya yang dihimpit lubang sempit itu, dengan liar mencari titik sensitif Hanzo hingga membuat pria kecilnya mendesah tidak karuan.
Tangan Hanzo menggenggam bantal dengan kuat sebagai pelampiasan rasa sakit bercampur nikmat yang dirasakannya ketika Hayabusa memasukkan jari ketiga. Peluh mengalir di pelipisnya, dia merasa tubuhnya panas-kontras dengan suhu udara di sekitarnya yang dingin.
"Kau menikmatinya?" Goda Hayabusa yang akhirnya menemukan titik sensitif Hanzo, lantas menekannya berkali-kali.
"Ohhhhh ... Hngghh! Ngghhahhh~ Ani di sanaahh~ Rasanya ahnehhh~"
'Adik kecil' Hanzo sudah tegang sejak tadi, bahkan mengeluarkan cairan precum yang menandakan bahwa dia hampir sampai pada puncaknya. Hayabusa menarik jarinya keluar, membuat Hanzo tidak jadi mencapai puncaknya.
"Pemanasan selesai, saatnya kita masuk inti permainan ini, Hanzo."
Hayabusa mengangkat dan melebarkan kedua kaki Hanzo sehingga lubang anal yang berkedut itu terpampang jelas. Dengan leluasa Hayabusa mengarahkan 'benda' miliknya yang sudah tegang di depan lubang itu, lalu mendorongnya masuk secara perlahan.
Hanzo membelalakkan matanya karena rasa sakit yang teramat di bagian bawahnya. "AH! HNGGH! ANI~"
Ekspresi yang ditunjukkan Hanzo begitu menggoda. Dia memberi jeda sejenak agar Hanzo terbiasa, lantas melesakkan benda panas itu hingga masuk sepenuhnya dalam sekali hentak.
"AHHH!!! S-sakit ..."
Rengekan kecil itu justru membuat Hayabusa senang dan merasa gemas. Dirasakannya 'adik kecilnya' yang berdiam dalam lubang hangat Hanzo, sementara tangannya menangkup pipi Hanzo yang merona merah bak kepiting rebus. Diusapnya air mata yang menggenang di sudut mata Hanzo, lalu dia melumat bibir Hanzo yang tidak berhenti mendesah. Hampir dua menit berlalu sampai akhirnya Hayabusa melepaskan tautan itu setelah Hanzo kehabisan napas, keduanya terengah-engah mengambil napas.
"Apa yang kau rasakan, Hanzo? Lalu apa yang kau pikirkan? Kuharap kau tidak memikirkan hal lain selain diriku saat ini." Hayabusa mengecup kening Hanzo.
Pria kecil itu menggeleng, lalu mengalungkan tangannya di leher Hayabusa.
"Aku bergerak sekarang."
Perlahan Hayabusa menggerakkan pinggulnya maju-mundur. Dirasakannya bagaimana lubang sempit Hanzo meremas 'adik kecilnya', sensasi nikmat yng belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sementara Hanzo dibawahnya tidak berhenti mendesah oleh rasa sakit dan nikmat. Semakin lama gerakan Hayabusa semakin cepat.
"Ani ... Akuhhh ... Nghhh-AH! Inginhhhh ... Cum! AAHHH~"
Hanzo mencengkeram kuat bahu Hayabusa, yang segera berhenti bergerak dan memberi Hanzo jeda untuk pelepasan pertamanya. Tangannya mengocok penis Hanzo dengan cepat sehingga Hanzo mencapai pelepasannya. Cairan putih kental menyembur dan membasahi tangan Hayabusa dan juga dada Hanzo. Tanpa rasa jijik Hayabusa menjilatinya hingga habis sambil menatap Hanzo yang terengah-engah di bawahnya. Kemudian Hayabusa menjilati sperma di dada Hanzo, membuat si surai merah mendesah lagi tatkala Hayabusa menjilat putingnya.
"Ani ... Janganhh ... Itu kotor!" Ujar Hanzo yang merasa malu ketika melihat Hayabusa menjilat dan menelan semua cairan di dadanya tanpa sisa.
"Aku tidak akan menyia-nyiakan apapun saat ini, Hanzo." Balas Hayabusa dengan ekspresi menggoda.
Setelah menghela napas, Hayabusa kembali bergerak. Kali ini dia tidak ragu-ragu untuk bergerak dengan cepat, menghentakkan penisnya berkali-kali hingga menimbulkan suara-suara erotis yang bercampur dengan desahan merdu Hanzo. Desahan kecil juga keluar dari mulut Hayabusa ketika merasakan penisnya berkedut hampir mencapai puncaknya. Dia membalik tubuh Hanzo yang posisinya sekarang tengkurap, lalu mempercepat tempo hentakannya.
"A-Akuhh ... Ingin ... Ah! Cum!"
"Bersamah ... Ugh- Hanzo!"
Setelah hentakan terakhir, keduanya mencapai puncaknya bersama. Hayabusa tidak sempat menarik keluar penisnya sehingga melepaskan cairannya di dalam lubang Hanzo, lalu menariknya keluar. Keduanya terengah-engah dan berusaha mengatur napas.
Malam panas itu berakhir.
•××ו
Finally, setelah kucicil seminggu. Maaf kalau berantakan dan nggak jelas, aku nggak bisa nulis adegan panas.
Minggu depan mulai PTS, jadi slow update lebih dari kali ini.
See you in the next chapter!

KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKI
Romansa[Hayabusa x Hanzo] [Modern AU] Dalam kehidupan yang gelap, Hanzo hanya ingin menemukan kehangatan... * MY FIRST BOOK * - Jadwal up tidak tentu, kadang ide mandek di tengah jalan. - Banyak kesalahan tipografi, jadi kalau menemukan tolong komen untuk...