(13)

494 67 2
                                    

Guinevere Baroque, putri bungsu keluarga Baroque, keluarga yang terkenal memiliki cabang bisnis di ibukota yang hampir setara dengan keluarga Paxley. Penampilannya yang anggun membuatnya populer di sekolah. Banyak anak perempuan yang tertarik untuk berteman dengannya. Meski sedikit sombong, Guinevere mau berteman dengan siapapun tanpa memandang status mereka. Dia juga menjadi primadona di kalangan murid laki-laki. Tidak sedikit dari mereka yang menyatakan cinta, namun ditolak oleh Guinevere.

Tidak ada yang tahu kalau putri bungsu keluarga Baroque itu sedang melirik seseorang yang tidak populer sama sekali. Berbeda dengan murid laki-laki lain yang mengejarnya, orang itu tidak beranjak dari tempatnya sehingga membuat Guinevere harus berusaha untuk menggapainya. Dia adalah Hanzo, orang yang pernah menyelamatkan Guinevere.

Berkat bantuan teman-temannya yang berasal dari kelas yang sama dengan Hanzo, Guinevere berhasil memulai langkahnya untuk mendekati pemuda bersurai merah itu. Segala tentang kehidupan Hanzo di sekolah dapat Guinevere tahu dari teman-temannya yang bersedia menjadi informan. Meski masih ada beberapa yang tidak diketahuinya tentang Hanzo, informasi dari teman-temannya cukup untuk memberi Hanzo hadiah saat hari valentine. Meskipun gagal di hari pertama, Guinevere tetap mencobanya lagi.

"Sudah kuduga, ada penguntit yang mengikutiku sehingga aku bisa mendapatkan coklat dari seseorang yang tidak ku kenal sama sekali." Hanzo menghela napas, "Tapi tidak masalah, aku lega karena tidak mengalami hal-hal berbahaya."

Guinevere tertawa, "Maaf, hanya cara itu yang bisa kulakukan untuk mendekatimu."

Saat ini, mereka berdua sudah berpindah tempat. Duduk berhadapan di kantin sembari menunggu pesanan mereka datang. Hanzo agak risih karena orang-orang di kantin sibuk berbisik-bisik membicarakannya. Menurut mereka ini adalah sesuatu yang mengejutkan karena pertama kalinya mereka melihat Guinevere bicara empat mata dengan seseorang.

Guinevere mengerti maksud wajah Hanzo yang nampak kurang nyaman. "Jangan dengarkan mereka, anggap saja hanya ada kita berdua di sini."

"Huh? O-oh ... Benar. Ma-maaf." Hanzo mengusap tengkuknya. Demi apapun dia merasa canggung saat ini. Dia belum pernah duduk bersama dengan perempuan, apalagi lawan bicaranya saat ini adalah putri keluarga ternama. Hanzo tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Sementara ini, Hanzo memutuskan untuk mendengarkan segala yang dibicarakan oleh Guinevere sebagai bentuk kesopanan, meskipun dia tidak memahami sebagian besar yang dibicarakan gadis itu. Lalu menjawab seperlunya bila ditanya.

"Sekarang bagaimana hubunganmu dengan si Paxley itu? Aku dengar kalian pernah masuk ruang konseling gara-gara berkelahi. Kalau tidak salah juga dapat hukuman diskorsing selama tiga hari." Tanya Guinevere penasaran.

Hanzo menghela napas, sebenarnya dia tidak ingin membahas hal itu. "Aku tidak peduli. Dia bukan siapa-siapa buatku."

"Memang sebaiknya kau tidak berurusan lagi dengannya." Ujar Guinevere.

Pesanan mereka datang. Segelas jus semangka dan es coklat. Hanzo menatap es coklat di hadapannya, merasa lega karena dia tidak perlu duduk di sana lebih lama lagi, hanya sampai minumannya habis. Dia berharap waktu istirahat segera usai atau ada seseorang yang mengajaknya pergi dari sana.

"Kau suka es coklat?" Tanya Guinevere, memecah lamunan Hanzo.

"Ya ... Sebenarnya aku suka coklat asalkan manis. Tadi aku meminta tambahan gula." Jawab Hanzo.

"Oh, menarik sekali. Baru kali ini aku bertemu laki-laki yang suka minuman manis. Kebanyakan dari mereka lebih suka minum kopi." Ujar Guinevere.

Hanzo terkekeh sebagai tanggapan. Gadis di depannya sama sekali tidak diketahui apa tujuannya mengajak Hanzo berbincang, apalagi sejak tadi hanya berbasa-basi tanpa mendekati inti pembicaraan. Hanzo merasa tidak enak jika harus menanyakan maksud Guinevere sebenarnya.

ANIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang