26. Let The Doors Just Open Wide

4.2K 441 53
                                    

Jennie POV

Aku baru saja selesai mandi, di luar sudah gelap menandakan siang berganti malam. Aku dan Lisa tertidur di kamar miliknya setelah hmmm mungkin tindakan tidak biasa yang aku lakukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi miliknya dan melihat gadis yang membuat ku merasa aman itu masih tertidur dengan lelap, aku tersenyum melihatnya.

Aku kembali menaiki kasur itu dan menyalakan macbook ku, ada pekerjaan yang harus segera ku cek.

Sudah dua puluh menit rasanya aku sibuk dengan kerjaan ku, gadis ini masih saja betah tidur. Apakah akhir-akhir ini dia kurang tidur? Aku melihat mata lelahnya dan lingkaran hitam di matanya, mungkin itu sudah cukup menjawab.

Aku menyentuh poninya yang masih tertata rapih. Lalisa Manoban, kenapa kamu sangat sebaik ini padaku? Apa aku bisa membalas perasaanmu? Atau apakah sudah? Aku sama sekali tidak punya jawaban atau gambaran tentang itu, tapi aku akan mengikuti alurnya. Aku akan melewati setiap yang terjadi sesuai dengan yang seharusnya.

Gadis itu melenguh yang membuat ku menghentikan pergerakan tangan ku, dia perlahan membuka matanya dan berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya di ruangan ini.

"Hai" sapa ku dengan suara lembut dan disertai dengan senyuman.

"Hai" balasnya dengan suara serak dan juga dengan senyuman yang tak kalah menenangkan ku.

"Kau tidur dengan nyenyak? Sudah malam, apa tidak ingin mandi?" tanya ku yang tak seperti biasanya, dia diam sejenak, merenung, entahlah apa yang direnungkannya.

"Aku tidur berapa jam unnie?" tanyanya tiba-tiba, akupun tersenyum lagi, aku baru sadar bahwa gadis ini semenggemaskan itu.

"Mungkin 3 jam, karna mu kita melewatkan makan malam" ucap ku mengingatkannya, ia langsung duduk dan menatap lembut kepadaku.

"Maafkan aku unnie, aku mandi dulu, setelah itu kita makan" ucap Lisa yang membuat ku semakin melebarkan senyum, untuk apa dia meminta maaf seperti itu. Padahal yang belum makan sedari siang adalah dia, setidaknya aku makan tadi siang meski hanya 4 suap.

Lisa beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi. Aku menghela nafas, aku masih pusing memikirkan semua yang terjadi dengan ku belakangan ini. Bagaimana ini? Semuanya terasa semakin memburuk, hubungan ku dengan ibuku, dan diriku sendiri. Aku merasa sudah melakukan banyak kesalahan, aku tidak mengikuti rel ku yang seharusnya.

Aku melamun cukup lama, hingga ponsel ku yang biasa ku gunakan untuk urusan kantorpun berdering, aku mengambilnya dan melihat nama Chahee tertera di layar.

"Jen, aku sudah membuatkan janji untukmu, besok pagi kau bisa?" tanya Chahee kepadaku, aku memang memintanya melakukan sesuatu untukku.

"Bisa, tapi Chahee, apa menurut mu itu akan berhasil?" tanyaku yang sedikit ragu.

"Kita coba dulu Jen, semoga kali ini berhasil" ucap Chahee diseberang sana berusaha menenangkan ku.

"Baiklah, kalau begitu besok pagi aku akan datang" ucap ku dan kami pun menyelesaikan panggilan ini.

"Kemana unnie?" aku terkaget saat mendengar suara Lisa bertanya, cepat sekali dia mandi.

Aku menatap Lisa, parah sekali, dia keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Bahu lebarnya itu terpampang dengan jelas di kedua bola mataku, dan lihat saja sepasang tulang selangkanya itu. Ah tidak Jen, kemana otak mu membawamu?

Sepertinya Lisa menyadari aku menatapnya sedari tadi, ia agak kikuk dan pipinya juga memerah. Ia berjalan ke lemari dan mengambil bajunya.

"Tidak kemana-mana, hanya ke kantor, ada yang harus ku urus" ucap ku berbohong padanya, namun ia mempercayainya dan berlalu masuk lagi ke kamar mandi, memakai baju di sana.

Meaning of Us - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang