Lisa POV
Aku memasuki hall tempat pelaksanaan pesta pernikahan Jennie. Dekorasi yang didominasi oleh warna putih, dan bunga-bunga putih yang ada di setiap sudut dan tempat membuat suasana menjadi tenang untuk acara yang sangat suci ini. Aku datang didampingi oleh Rose dan Jisoo unnie. Terlihat dari kejauhan, bibiku yang mengenakan baju berwarna putih berjalan menghampiriku.
Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi ku dan menatap ku dengan kesedihan, aku yang tidak tahan dikasihani spontan meneteskan air mata. Bibi memeluk ku dan mengusap usap punggung ku, mungkin berusaha untuk menyampaikan pada ku bahwa ia masih sangat menyayangi ku hingga saat ini. Ia berusaha untuk memberikan kehangatan itu padaku.
"Maafkan aku Lisa, dan terima kasih juga" ucapnya yang membuatku tersenyum. Permintaan maafnya untuk patah hatiku saat ini, dan terima kasihnya adalah untuk ku yang dengan suka rela melepaskan Jennie ke jalan yang benar, jalan yang diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pilihanku, tidak sepenuhnya salah, ucapan terima kasih dari bibiku sudah memberikan jawabannya.
Aku melepaskan pelukan kami setelah sebelumnya menghapus air mataku.
"Kenapa bibi menangis? Bukankah ini hari yang indah? Bibi harus bahagia" ucapku sambil menghapus air mata di pipi bibiku. Aku menoleh melihat pamanku yang berdiri di kejauhan, ia membuang mukanya tidak ingin bertatapan denganku.
"Nah, kembalilah pada paman bi, aku akan menemui Jennie unnie terlebih dahulu" ucap ku dengan senyuman, bibiku terlihat terkejut tapi ia tidak melarang ku sama sekali.
Kini aku sedang berada di depan pintu ruangan tempat Jennie berada. Aku menatap pintu tersebut sangat lama.
"Jika tidak sanggup, tidak usah dipaksakan Lisa" ucap Rose yang berada di sebelah ku.
"Anni, aku sanggup" jawab ku, aku menarik napas kemudian membuka pintu tersebut. Berjalan sedikit dan kemudian berbelok menuju ruangan yang terlihat Jennie dengan gaun indahnya tengah duduk di sana dengan sahabatnya, Chahee unnie. Mereka berdua terlihat kaget dengan kehadiranku.
"Apa yang kau lakukan di sini Lisa?" tanya Chahee unnie yang sepertinya tidak suka aku berada di sini, ternyata setelah sekian lama ia masih tidak menyukaiku.
"Kenapa? Bukankah aku anggota keluarga Bruschweiler? Bukankah kehadiranku lebih penting daripada kehadiranmu?" aku sudah muak dan jengkel dengan Chahee unnie, inilah kalimat minim sopan santun yang akan ku berikan padanya, terbukti, ia diam setelah aku mengatakan hal tersebut.
"Aku di sini untuk bertemu dengan unnie ku" ucapku menatap Jennie yang saat ini menatap ku juga.
"Kau terlihat cantik dengan gaun ini, unnie" ucapku menatapnya dengan senyuman.
"Gomawo" jawabnya singkat yang tidak ingin menatapku, ia menundukkan kepalanya sambil memainkan ponselnya, aku tersenyum melihatnya.
"Unnie, smoga kau bisa hidup bahagia. Aku harap, dia adalah pria yang baik untukmu. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Terimakasih selama ini kau sudah menjaga dan merawatku, aku tidak akan pernah melupakannya. Kau adalah sosok terbaik yang pernah ada di hidupku setelah kedua orang tuaku. Jangan menangis lagi, semoga kau selalu tersenyum disetiap sisa hidupmu. Aku, aku ke sini sekalian ingin berpamitan juga. Aku akan melanjutkan studi ku di Amerika, sesuai dengan keinginan Paman. Hiduplah dengan baik unnie, kau layak untuk mendapatkannya" ucap ku menatapnya penuh ketulusan, meski yang ia lakukan hanyalah menunduk, enggan untuk melihatku.
Aku tidak masalah, aku memutar badanku dan pergi meninggalkannya di sana.
"Aku turut bahagia untukmu, sunbae" aku mendengar Jisoo unnie berucap untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning of Us - JENLISA
أدب الهواةBagaimana jika kamu bertemu dengan sosok yang hadir dalam mimpi mu? Seperti yang terjadi dalam Drakor 'While You Were Sleeping', namun perbedaannya adalah kamu tidak selalu melihat orang itu dalam mimpimu dan kamu juga tidak memimpikan kejadian buru...