7. You are apple of my eye

3K 455 46
                                    

Jisoo mengepalkan kedua tangannya dengan begitu erat, emosinya masih belum juga mereda. Apalagi ketika ia mendengar perkataan Hye Kyo juga Arsenio yang membuat hatinya, terpukul dan terluka. 

Kesalahannya memang tidak akan bisa dimaafkan, tapi hatinya masih ingin terus bersama Jennie. Rasa cintanya yang beberapa bulan ini selalu ia curahkan pada Rose, ternyata tidak ada apa-apa hanya karena ia kembali melihat wajah cantik Jennie di hadapannya.

Jantungnya bahkan berdebar kencang, saat di bandara tadi. Ia lemah jika menyangkut tentang Jennie, niat awalnya ingin memutuskan Jennie dan memilih untuk bersama Rose, mungkin sekarang menjadi kebalikannya.

Hatinya terus memanggil nama Jennie, bahkan ada rasa tidak rela ketika Arsenio memintanya untuk menjauhi Jennie. Itu terasa sulit baginya, ia tidak yakin bisa melakukan itu.

"Gue juga sebagai korban disini, andai saja Rose tidak menuangkan viagra sialan itu, mungkin gue tidak akan menghadapi keadaan seperti ini!" lirih Jisoo.

Pikiran tiba-tiba tertuju pada saat Jennie terapi jalan. Dokter yang menangani kekasihnya itu, benar-benar menimbulkan banyak tanya di hatinya. Apa mereka berdua memiliki hubungan di belakangnya tanpa ada yang tahu?

"Gue tidak akan membiarkan Jennie bersama orang lain! Dia milik gue sampai kapanpun itu, dia tetap milik gue!"

Jisoo segera keluar dari kamar tamu, lalu ia melihat keadaan sekitar yang sangat sepi. Mungkin semuanya sudah berada di kamar dan ini akan menjadi kesempatannya, untuk mendatangi kamar Jennie.

Sesampainya ia di depan pintu kamar Jennie, ada rasa ragu ketika ia ingin membukanya. Namun, secara perlahan ia mulai membukanya. Ia melihat seorang wanita berpipi mandu yang tengah berbaring, membelakangi pintu.

"Kenapa Dad kem—"

Mata Jennie membulat tak percaya, ia menutup mulutnya saat Jisoo berada di kamarnya. Jisoo pun menutup pintu kamar Jennie, ia sedikit kesal karena tidak kunci yang terpasang di pintu tersebut.

"PERGI!" bentak Jennie.

"Aku bisa jelaskan sayang, ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku akui aku memang salah, tapi Rose lah yang terlebih dahulu mendekatiku. Aku juga tidak tahu jika akhirnya akan seper—"

"Aku bilang pergi! Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi! Aku tidak mengingatmu dan sampai kapanpun aku tidak ingin mengingatmu!"

Jisoo menghela nafasnya sambil berjalan mendekati Jennie. Saat ia ingin menggenggam kedua tangan Jennie,


BRAGH


Saat itu juga didorong oleh seseorang hingga ia terjatuh ke lantai.

"Mau apa lo di kamar Jennie?!" marah Irene yang pada saat itu ingin ke bawah, mengambil minum dan samar-samar mendengar Jennie berteriak.

"Rene please! Gue mau menjelaskan semuanya ke Jennie Rene! Gue mau dia Rene, gue mau dia hanya untuk gue!" mohon Jisoo namun Irene menatapnya jijik.

"Lo bahkan sudah menghancurkan persahabatan gue, Chu! Jadi buat apa gue membantu lo! Awalnya gue kira lo memang pantas untuk Jennie tapi, setelah apa yang sudah lo lakukan ke Jennie, gue bahkan tidak mau lagi melihat wajah lo ada di hadapan gue, Chu! Rose sudah menunggu lo, gue juga melihat chat pesan lo bersamanya saat di mobil tadi"

Irene menarik kerah baju Jisoo dan menatapnya dengan begitu tajam.

"Lo pergi dari sini atau gue akan berteriak memanggil Daddy?!" ancam Irene.

Jisoo menggelengkan kepalanya, lalu ia menoleh ke arah dimana Jennie yang kini juga tengah menatapnya.

"Kamu ingat saat pertama kali kita bertemu? Waktu itu aku melihatmu di tengah lapangan, berdiri tegap sambil memberi hormat pada tiang bendera. Dulu kamu selalu melanggar peraturan sekolah dan pada saat itu kam—"

"Stop Chu! Lo pergi sekarang juga!"

"Enggak Rene, gue belum selesai. Jennie harus dengar semuanya, gue yakin dia akan kembali mengingat gue!"


PLAK


"Gue bilang pergi dari sini!"

Amarah Irene sudah berada di puncaknya, bahkan ia menampar kuat pipi kanan Jisoo. Kemudian ia menarik Jisoo untuk segera keluar dari kamar Jennie. Tapi sebelum itu Jisoo menatap Jennie dan berkata,

"You are apple of my eye, Jennie!"

DEG

Entah kenapa jantung Jennie menjadi berdebar kencang, debarannya bahkan terasa sama saat ia bersama Lisa. Kepalanya juga menjadi terasa sakit dan berdenyut hebat, ia juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini.

"Jen, you okay?!" panik Irene yang segera melepaskan Jisoo dan berlari ke arah Jennie.

"Arrghhh sakit Rene!"

"Ingat semuanya Jen, kita adalah sepasang kekasih yang bahagia. Kamu akan segera mengingatnya kan? Aku mencintaimu sangat amat mencintaimu, you are apple of my eye, sampai kapanpun itu"

Bersamaan dengan itu Arsenio datang terburu-buru, Hye Kyo juga berada di belakangnya. Tanpa sepatah kata, Arsenio menampar telak pipi Jisoo.

"Pergi dari sini!"

Hye Kyo yang panik melihat Jennie, ia segera memanggil beberapa bodyguard untuk menyiapkan mobil. Nayeon yang baru saja datang dengan piyama tidurnya, bahkan kedua matanya terlihat begitu merah. Wanita bergigi kelinci itu baru saja terbangun dari tidurnya, karena suara keributan.

"Dad, Jisoo mohon untuk satu kesempatan saja! Biarkan Jisoo membuat Jennie ingat, Jisoo mohon Dad!"

"Saya bahkan tidak ingin anak saya mengingatmu! Tidak ada kata maaf untuk perselingkuhan! Sekarang kamu pergi dari sini, atau bodyguard saya akan menarik paksa kamu keluar dari sini?!"

"Sakit Mom" lirih Jennie sambil memegangi kepalanya.

"Bryan! Bawa dia keluar sekarang!" tegas Arsenio, lalu setelahnya ia menghampiri sang anak, menggendongnya dan membawanya menuju mobil untuk ke rumah sakit.



_::_::_



Lisa keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil di tangan kanannya, ia baru saja selesai mengantar Becky ke hotel yang sudah dipesankan oleh Freen.

Padahal ia sudah bilang pada Freen, jika Becky menginap di apartnya saja. Tapi, sepupunya itu menolaknya dan Lisa tidak bisa mencelanya.

"Sudah hampir jam 12, tapi kenapa aku tidak merasa mengantuk sedikitpun?" ujar Lisa sambil berjalan menuju kulkas kecil yang ada, di sudut kamarnya.

Ia mengambil susu coklat yang memang memenuhi isi kulkasnya, lalu setelahnya ia menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di sana, ia juga mengambil ponselnya dan melihat banyaknya pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari, Jennie. Ingin rasanya ia menelepon Jennie dan meminta maaf, karena tidak bisa menjawab pesan dan panggilan telepon darinya.

"Aku tidak bermaksud membuatmu sedih, Jen. Mungkin jika kita bertemu di waktu yang tepat, ini tidak akan terja—"


DRRT
DRRT
DRRT


Getar dari ponselnya membuat ia terdiam sejenak, ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya dan segera mengangkatnya.

"Malam dokter Jae Wook, apa ada yang bisa saya ban—"

"Cepat ke rumah sakit sekarang! Saya membutuhkan bantuanmu, ini tentang Jennie, dia ada di rumah sakit dan terus memanggil namamu!"

"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?"

"Saya tidak bisa menjelaskan banyak, cepat datang ke rumah sakit atau kamu akan merasa menyesal setelahnya!"

Lisa segera mengambil jaket kulit hitamnya dan mengambil kunci motornya. Pikirannya terus tertuju pada Jennie, apa yang sebenarnya terjadi pada wanita berpipi mandu itu.












TBC









Nah lhoo da apa nich gaeeess

Semakin seru kah????

Seperti biasa, kalo ramai lanjut chap 8

Bandaids (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang