21. Marah?

3K 418 12
                                    

Lisa menyetir mobilnya dengan penuh keheningan, setelah kejadian di restoran tadi ia lebih banyak diam dari biasanya. Jennie menyadari itu, bahkan sedari tadi ia terus menempel pada Lisa dan sesekali meminta maaf karena kejadian yang tak terduga tadi.

Tangan keduanya saat ini saling bertaut satu sama lain, Lisa menyetir satu tangan dan itu sudah biasa ia lakukan ketika Jennie bersamanya.

"Jangan diam seperti ini, Jennie tidak menyukainya boo" rengek Jennie sambil mengusap-usap pipinya di bahu kanan Lisa.

"Aku tidak diam" balas Lisa seadanya.

"Aaaaaa~ kamu bahkan tidak mengajakku berbicara sedari tadi"

"Benarkah?"

Jennie mengerucutkan bibirnya kesal, ia kemudian mencubit gemas pinggang Lisa. Sampai-sampai wanita bermata hazel di sampingnya itu, meringis kesakitan.

"Marahi aku boo! Kenapa hanya diam saja siiihhh~?!!"

Dalam hati, Lisa sudah tidak bisa menahan tawanya karena tingkah menggemaskan kekasihnya ini. Tapi, ia ingin lebih lama mengerjainya dan menunggu apa yang akan di lakukan Jennie dalam membujuknya.

"Apa cubitanku sangat sakit? Sampai kamu tidak mau berbicara padaku, boo?" lirih Jennie sambil menundukkan kepalanya dan memainkan jari tangan Lisa.

"Kenapa di lepas? Apa aku sudah keterlaluan mencubitmu, boo?" ucap Jennie sedikit panik, karena Lisa melepas genggaman tangan mereka.

"Aku sedang menyetir" ujar Lisa tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jennie.

Jennie menatap Lisa dengan sendu, lalu setelahnya ia menenggelamkan kepalanya di perut rata Lisa, sambil memeluk erat pinggang kekasihnya. Hingga beberapa detik kemudian, Lisa mendengar suara isak tangis yang pastinya itu suara dari wanita berpipi mandunya ini.

"Jennie tidak suka Lisa yang seperti ini hikksss~"

Tangisan yang bercampur rengekkan menggemaskan dari Jennie itu benar-benar membuat Lisa menahan senyumnya, ia sudah sangat menggemas dan ingin mencium seluruh wajah Jennie.

Sementara Jennie, ia dilanda kebingungan. Ini seperti bukan dirinya, kenapa ia menjadi wanita cengeng dan manja seperti ini? Lalu kemana perginya sifat dingin, angkuh dan tidak pedulinya selama ini?

"Lepas, aku tidak fokus" pinta Lisa.

Kali ini suara wanita bermata hazel itu terdengar begitu lembut, tapi Jennie tetap di posisinya. Ia bahkan semakin mempererat pelukannya di pinggang Lisa dan menggelengkan kepalanya, berkali-kali.

Karena tidak tega juga sudah terlalu gemas, akhirnya Lisa mengusap penuh kasih sayang surai panjang rambut Jennie. Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk melihat kekasihnya, dimana wanita bermandu yang tengah memeluknya itu semakin menangis histeris.

"Sudah jangan menangis, aku tidak marah padamu sayang" ujar Lisa sambil mendekap tubuh mungil kekasihnya dengan satu tangannya.

"Kamu jahat padaku hikksss~"

"Iya aku jahat, maka dari itu aku minta maaf dan berhentilah menangis" ujar Lisa yang sekarang sudah menepikan mobilnya ke pinggir jalan.

Lisa mencoba untuk menangkup kedua wajah Jennie, namun kekasihnya itu malah menggelengkan kepalanya tak memperbolehkan Lisa melihat wajahnya yang sembab.

"Aku jelek saat menangis, boo tidak boleh melihatnya hikksss~" Lisa hanya bisa terkekeh geli mendengarnya.

"Kamu cantik apa adanya, sini aku peluk. Sebentar lagi, kita juga akan sampai di mansion keluargamu" jelas Lisa.

Bandaids (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang