13. Tidak Akan Pernah Lepas

4K 516 26
                                    

Tubuh Jennie bergetar hebat, ia sudah melihat semua foto dirinya bersama Lisa yang ada di galeri ponselnya. Ternyata ia begitu mencintai dokter muda itu, pesan chat nya bersama Lalisa juga sudah di bacanya.

Kenapa Lalisa tidak memberitahunya sejak awal, bahwa mereka saling mencintai. Kenapa dokter fisioterapinya itu hanya diam, seolah-olah mereka memang hanya sebatas dokter dan pasien. Jika alasannya karena Jisoo, mungkin Lisa berpikiran kalau ia akan kembali pada wanita yang sudah berselingkuh darinya.

Padahal ia sudah tidak ingin lagi memiliki hubungan dengan Jisoo, terlebih mantan calon tunangannya itu berselingkuh dengan Rose, sahabatnya sendiri.

"Kenapa disaat seperti ini, aku baru mengetahui bahwa kamu adalah seseorang yang begitu aku cintai?" lirih Jennie sambil menatap sendu fotonya bersama Lisa, yang terlihat jelas di layar ponselnya.

"Jika kali ini aku yang berjuang, apa kamu akan memberikan satu kesempatan untukku?"

Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya, Jennie pun mencoba menghubungi Lisa. Ia menelepon wanita bermata hazel itu dan berharap di angkat olehnya.

"Aku mohon angkat teleponku, Lalisa!" panik Jennie.

Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Empat kali
Lima kali

Hingga belasan bahkan puluhan panggilan, Jennie layangkan untuk Lalisa. Dan tidak ada satupun yang di angkat oleh dokter muda itu. Jennie menggigit kuku jarinya, ia tidak bisa jika harus seperti ini. Ia pun mendorong kursi rodanya menuju lift, persetan dengan jari tangannya yang mulai lecet dan tak jarang mengeluarkan darah.

Ia hanya ingin Lisa mengetahui kebenarannya, ia tidak mau Lalisa marah dan menjauh darinya. Ia sudah nyaman dengan dokter fisioterapinya, meskipun ia pernah membentaknya tapi ia akui jika Lalisa begitu manis dan baik padanya.

"Kita tidak boleh menjadi asing, aku mohon" lirih Jennie.


_::_::_


Lisa menutup pintu apartnya, setelah makanan yang dipesanannya tiba. Perutnya sudah terasa lapar, tanpa banyak bicara Lisa pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Ia mengambil piring, gelas, juga satu kaleng cola yang baru di ambilnya dari dalam kulkas.

Senyumnya terbit ketika chicken wings pesanannya terlihat begitu menggiurkan, lidahnya. Ia mengambil satu chicken wings yang berlumuran saos itu dan mulai memakannya.

"Hummm, ini terlalu enak. Walaupun banyak sekali micin di dalam chicken ini, tapi aku tidak bisa menolak chicken ini yang memang benar-benar enak!"

Sejenak, Lisa bisa melupakan Jennie karena chicken wings kesukaannya. Ya meskipun tidak bisa melupakan semuanya, setidaknya ia tidak terlalu memikirkan wanita berpipi mandu itu.

Lisa mulai mengambil chicken wings ke tiganya, bersamaan dengan suara bell pintu apartnya yang berbunyi. Itu cukup membuat Lisa mengerutkan keningnya, karena ini juga sudah hampir malam. Siapa yang bertamu di jam seperti ini, apa mungkin itu Seulgi?

TING
NONG
TING
NONG

"Iya sebentar" ucap Lisa sambil mengelap tangannya dengan tisu basah.

Ia membuka pintu apartnya dan betapa terkejut dirinya, saat melihat Jennie ada di depan pintu apartnya. Wanita berpipi mandu itu menangis terisak dengan kedua matanya yang sudah sembab. Blue roses yang diberikannya, juga masih ada di salah satu tangan Jennie.

"Ini sudah malam, ada perlu apa?" tanya Lisa yang sedikit terkejut melihat kehadiran Jennie.

"A—aku aku membencimu!"

Bandaids (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang