28. Menyesal

2.9K 415 17
                                    

-Flashback on-

"Wajahmu terlihat seperti bayi berumur 2 tahun, menggemaskan!" gumam Jennie sambil mencolek ujung hidung Lisa.

Kekasihnya baru saja tertidur 1 jam yang lalu, suhsi yang di pesannya juga sudah habis oleh Lisa. Ternyata kekasihnya itu masih merasa lapar, jadi mau tidak mau ia mengalah dan membiarkan Lisa makan lebih banyak.

Ia senang ketika melihat senyum dibibir pucat Lisa terlihat, itu sangat menyejukkan hatinya. Yap, kekasihnya itu memakan sushi dengan senyuman yang terus terukir di wajahnya. Jadi mana mungkin Jennie melarangnya, karena Lisa benar-benar seperti bayi berumur 2 tahun.

"Tidur yang pulas boo, aku akan terus disini menemanimu" lembut Jennie yang mengusap penuh kasih sayang pucuk kepala Lisa.

Kemudian sekitar 20 menit, pintu ruang rawat Lisa di ketuk beberapa kali. Membuat Jennie yang pada saat itu tengah fokus memandang wajah kekasihnya, menghela nafasnya. Siapa yang berani mengganggunya, di saat ia tengah menghabiskan waktunya bersama Lisa.

Dengan malas Jennie melangkahkan kakinya, menuju pintu masuk.


KLEK

"Ada perlu apa?" tanya Jennie ketika salah satu perawat berdiri tepat, di depan pintu ruang rawat Lisa.

"Saya hanya ingin menyampaikan, kalau salah satu teman nona Jennie tengah menunggu anda di ruang receptionist" jelas perawat tersebut.

"Teman? Saya bahkan tidak memiliki teman di kota ini. Mungkin dia salah orang" ujar Jennie.

"Eum, nona tersebut bernama Roseane dia bilang dia teman lama anda nona"

"Baiklah, aku akan ke sana nanti. Terima kasih atas informasinya" ucap Jennie dengan sedikit senyuman.

Jennie kembali masuk ke dalam, wajahnya sudah terlihat begitu kesal. Ia tahu maksud dan tujuan Rose datang ke rumah sakit ini. Rasanya ia ingin sekali membangunkan kekasihnya, namun ia kembali teringat jika kekasihnya ini membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat.

Jadi ia mengurungkan niatnya, untuk membangunkan Lisa. Ia menghela nafasnya, mungkin tidak akan menjadi masalah jika ia menemui Rose dan menolak apapun yang nantinya akan Rose katakan padanya.

"Aku pergi dulu sebentar, Mommy juga Dad akan segera ke sini untuk menemanimu. Aku mencintaimu, love you"

Jennie berjalan cepat menuju ruang receptionist, di sana bisa ia lihat wanita berambut blonde yang tengah duduk di salah satu kursi tunggu. Dengan malas Jennie mendekatinya dan berdiri tepat di depan Rose.

"Cepat katakan maksud dan tujuanmu kesini! Sebelum kekasihku bangun dan mencari keberadaanku ini!" tegas Jennie.

Tiba-tiba saha Rise bersimpuh di depan Jennie, wanita berdarah Australia itu kemudian menangis dan memohon pada Jennie.

"Jis—Jisoo, dia sedari tadi memanggil namamu Jen. Aku mohon temuilah dia untuk yang terakhir kalinya, dia benar-benar ingin bertemu denganmu. Kondisinya juga sudah tidak sadarkan diri, aku mohon datanglah"

Jennie melipat kedua tangannya di depan dada, ia menghiraukan semua orang yang kini mulai menatap ke arahnya.

"Aku tidak bisa datang, tapi aku sudah memaafkan semua kesalahan yang sudah dia perbuat padaku. Tolong katakan itu padanya, kekasihku juga sangat memerlukan keberadaanku sekarang. Aku tidak bisa lama-lama disini, aku harus segera kembali ke ruang rawat Lisa"

"Jen, aku mohon. Untuk terakhir kali ini saja. Jisoo juga membutuhkanmu, dia ingin kamu datang untuk melihatnya"

Bersamaan dengan itu, ruangan para dokter yang letaknya tidak jauh dari Jennie juga Rose. Mulai ramai dan beberapa dokter bersama perawat lainnya satu persatu keluar dari ruangan. Dan Jennie melihat dokter Yongjin ada disana, itu dokter yang menangani Lisa.

Kini pikirannya mulai bercabang, tapi ia sudah tidak bisa berpikir positif. Hanya ada nama Lisa yang terus muncul di benaknya, lalu ia menarik begitu saja salah satu perawat yang berlalu di depannya.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

"Nona Jennie? Kenapa anda disini? Bukankah nona Lisa mengal—

"Ada aoa dengan Lisa? Dia baik-baik saja ketika aku meninggalkannya tadi, ada apa?!"

"Nona Lisa mengalami collapse, mimisannya kembali kambuh kali ini dengan volume darah yang cukup banyak"

DEG

Tanpa memikirkan keberadaan Rose, Jennie pun berlari dengan cepat untuk kembali ke ruang rawat Lisa. Pikirannya mulai kemana-mana, sungguh ketakutan terbesarnya kini kembali datang.

"Aku tidak mau kehilangannya!"

-Flashback off-


"DIMANA LISA ? KENAPA INI BISA TERJADI DAD? LISA BAIK-BAIK SAJA KAN MOM?!!"

"Sstttt, tenanglah sayang Lisa pasti baik-baik saja. Namun kondisi Lisa saat ini benar-benar buruk, ia di bawa ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan yang intensif"

"Tidak! Tidak mungkin! Mommy berbohongkan pada Jennie? Jelas-jelas tadi Lisa baik-baik saja Mom, dia baik-baik saja" lirih Jennie bersamaan dengan suara isak tangisnya yang mulai terdengar.

"Daddy sudah menghubungi kedua orangtua Lisa, keduanya akan datang malam ini. Mereka meminta pada kita untuk menjaganya terlebih dahulu dan mereka juga berterima kasih, karena sudah mau merawat Lisa" ujar Arsenio dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Lalu tubuh Jennie meluruh begitu saja ke lantai, lututnya melemas. Ia sudah tidak bisa menopang tubuhnya, rasa tidak percaya akan kondisi Lisa saat ini begitu tinggi. Jelas-jelas ia melihat bahwa kekasihnya tadi baik-baik saja, lalu kenapa sekarang bisa ada di ruang ICU?

"Kita tunggu pemeriksaan Lisa, kalian disini saja biar Daddy yang mengunjungi ruang ICU Lisa"

Jennie menggelengkan kepalanya, ia tentu saja ingin ikut bersama Daddynya untuk melihat bagaimana kondisi Lisa saat ini. Dunianya seketika runtuh, seharusnya ia tidak meninggalkan Lisa tadi. Seharusnya ia tetap menemani kekasihnya itu, seharusnya ia membangunkan Lisa dan mengajaknya untuk ikut dengannya, seharusnya,

"SEHARUSNYA AKU TIDAK MENINGGALKAN LISA MOM! INI SEMUA SALAHKU MOM, DAD! LISA SEPERTI INI KARENA AKU MENINGGALKANNYA!"





















TBC











Nih double up untuk kaliaaaan semuaahh

Jgn lupaaaa vote komen pokoknya

Klo sepi ngambeeek mwuehehe

Bandaids (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang