15-Pernikahan

90.9K 3.9K 57
                                    

Seperti syarat yang Kalila ajukan dan telah disetujui, Abit dan Kalila melangsungkan pernikahan di KUA, tanpa mengundang siapapun. Hanya ada sebagian keluarga Abit yang datang, sementara keluarga Kalila sama sekali tak datang sesuai dengan keinginannya yang tidak ingin satupun keluarga Nowlan yang tahu. Bagi Kalila, dia sama sekali tak masalah akan hal itu, karena pernikahannya dan Abit hanya sementara.

Untuk izin wali nikah, kakaknya menyerahkan semuanya pada keluarga Abit, Randy benar-benar tak sudi menjadi wali nikah Kalila di KUA hari ini.

Setelah melakukan proses ijab kabul, keduanya langsung pulang ke rumah besar keluarganya Abit.  Di rumah juga tengah melakukan acara makan kecil-kecilan, hanya ada keluarga Abit yang tadi datang ke ijab kabul di KUA, juga ada orang tua Abit, beserta kakak Abit juga istrinya.

Namun, Kalila sama sekali tak ikut dengan mereka, dia memilih di kamar daripada bergabung dengan keluarga Abit yang pastinya akan banyak bertanya padanya. Untuk menghindari semuanya, Kalila memilih di kamar sendiri.

Pintu kamar diketuk, Kalila yang tadinya ingin tidur terpaksa harus mengurungkan niatnya, bahkan gadis itu berdecak kesal lantaran keinginannya untuk tidur harus terganggu.

"Masuk, gak dikunci," teriak Kalila.

Kemudian tak lama dia mendengar suara pintu terbuka, memunculkan istri dari kakak iparnya. Melihat kedatangan Nisa di kamarnya, membuat Kalila jadi teringat tadi pagi saat dia dimakeup. Ibu hamil itu  kesal karena harus bangun pagi-pagi sekali untuk dimakeup, padahal biar tak dimakeup sekalipun tak masalah, toh mereka juga nantinya akan bercerai. Mengenai Nisa, Kalila juga baru menyadari satu hal, kalau Nisa adalah perempuan yang terus disebut Abit saat Abit merenggut kehormatannya. Perempuan dicintai Abit yang kini menjadi kakak ipar Abit juga kakak iparnya.

"Kata Abit, kamu belum makan. Makan dulu, yuk! Mbak bawain kamu sate ayam," ucap Nisa.

Mbak adalah panggilan Kalila buat Nisa, sementara Bara dia memanggil Mas Bara seperti yang dipinta oleh Nisa dan Bara.

Mata Kalila menatap sepiring nasi yang dibawa Nisa, lebih tepatnya pada sate ayam yang dibawa Nisa. Gadis itu rasanya ingin mengeluarkan semua isi perutnya, dia mual walau hanya melihat sate ayam itu. Kemudian tak peduli dengan perasaan Nisa yang membawakan dia makanan, Kalila menutup mulutnya, dia juga memundurkan sedikit kepalanya, menandakan kalau dia benar-benar tak ingin makan sate ayam itu.

"Gak mampu, yah, nyium baunya?"

Walau tak enak hati pada Nisa, Kalila mengangguk.

"Maaf, Mbak, Lila gak kuat sama bau sate ayam," ujar Kalila.

"Maaf, Mbak gak tahu."

"It's okay. Gak pa-pa, tapi maaf, Lila gak bisa makan itu. Mau muntah, Mbak."

Nisa berkali-kali meminta maaf pada Kalila, kemudian dia pamit untuk keluar, meninggalkan Kalila yang kini menghembuskan napasnya lega karena sudah tak mencium bau sate ayam tadi.

Kurang lebih sepuluh menit Nisa keluar, kini Abit lagi yang masuk ke kamar dengan nampan berisikan sepiring roti juga segelas susu. Abit sebenarnya tak tahu Kalila ingin makan apa, karena Kalila sama sekali tak memberitahu padanya. Setahu Abit, ibu hamil pasti mengalami fase mengidam, tapi dia masih juga belum mendengar Kalila mengidam secara langsung.

"Kenapa, Pak?" tanya Kalila. Mata gadis itu melihat pada sepiring roti yang dibawa Abit.

"Makan dulu, kamu pasti lapar," jawab Abit dengan nada lembutnya.

Kalila menghembuskan napasnya, lelah karena kini dipaksa makan. Namun, dibanding dengan sate ayam tadi, roti isi selai lebih baik, juga ditambah dengan segelas susu.

KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang