Jalan-jalan sore merupakan permintaan Kalila pada Abit, hal ini dilakukan Kalila untuk mencoba menghilangkan pikiran yang membuatnya bisa stres, apalagi jika memikirkan hasil pemeriksaannya yang akan keluar sekitar seminggu lagi.
Ibu hamil itu hanya meminta untuk diajak jalan-jalan di taman, melihat pemandangan orang-orang yang juga menghabiskan waktu sorenya di taman, serta menikmati jajanan yang berjejeran di taman.
Saat ini, Kalila duduk di bangku taman, tak jauh dari penjual es teler, menunggu Abit yang tengah memesankan dia es teler. Di samping kanan ibu hamil itu ada dua pria paruh baya sedang mengobrol bersama seraya merokok, asap rokoknya yang mengepul membuat Kalila berkali-kali batuk tanpa henti.
Kalila juga mengibaskan tangannya berkali-kali, menghalau asap rokok masuk ke pernapasannya. Walau begitu, apa yang Kalila lakukan tetap tak efektif, asapnya masih bisa masuk ke pernapasannya. Ibu hamil itu ingin berpindah tempat, tetapi kakinya sudah sangat pegal untuk jalan. Untuk menegurnya pun, Kalila tak begitu berani.
Sedangkan Abit, setelah mendapatkan es teler pesanannya, Abit langsung berlari menghampiri Kalila. Mata pria itu menatap tajam pada dua orang pria paruh baya di samping Kalila, setelah dia sampai di depan Kalila.
Kemudian Abit maju selangkah hingga berhadapan dengan dua pria paruh baya tersebut, lalu berkata, "Mohon maaf, Pak. Apa Bapak gak lihat ada ibu hamil duduk di samping kalian?"
"Kami lihat, terus kenapa, Mas?" tanya salah satu pria itu.
"Asap rokok tidak baik untuk ibu hamil dan ibu hamil di samping kalian itu istri saya. Bisa dimatikan rokoknya, kalau bapak tidak bisa matikan rokoknya karena sayang, bapak bisa berpindah tempat," tutur Abit.
Semenjak Kalila hamil, Abit selalu membaca artikel yang berhubungan dengan ibu hamil. Dia bahkan mencari jurnal tentang ibu hamil sehingga tahu apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh ibu hamil.
Kedua pria itu tak banyak protes, mereka memilih pindah tempat daripada harus berdebat dengan Abit. Setelah keduanya benar-benar pergi jauh, Abit lalu mendudukkan tubuhnya di samping Kalila dan menyodorkan es teler ynag yang tadi dia beli pada sang istri.
"Kenapa gak tegur mereka?" tanya Abit lembut.
"Gak berani, apalagi tadi mereka asik ngobrol," jawab Kalila.
Gadis itu langsung menyantap es telernya, membiarkan Abit menghela napasnya panjang.
"Asap rokok gak baik untuk ibu hamil, Kalila."
"Saya tahu, saya juga gak bodoh," balas Kalila.
"Terus kenapa gak tegur mereka tadi?"
Kalila kesal ditanya terus, dia meletakkan es teler yang baru sesuap dinikmati di bangku taman, kemudian menatap Abit kesal. Bukankah tadi dia sudah mengatakan kalau dia tak berani menegur?
"Saya udah bilang tadi, 'kan, Pak? Saya gak berani." Sekalipun kesal, Kalila tetap menjawab.
Mendengar balasan Kalila yang ketus, membuat Abit sadar kalau istrinya sedang tak ingin berbicara lama-lama. Alhasil, Abit memilih untuk melihat Kalila, sesekali pria itu akan mengusap keringat di pelipis Kalila.
Kalila terlihat lucu, padahal dia sedang makan es teler, tapi malah berkeringat, seperti makan makanan yang pedas.
"Habis ini kita pulang, ya? Kamu lagi hamil, gak boleh kecapean," ucap Abit kala dia selesai mengusap keringat Kalila.
"Saya tahu ibu hamil gak boleh capek, saya ingat juga kalau saya hamil. Gak mau kenapa-kenapa."
Perkataan Kalila barusan malah disalah artikan oleh Abit, mata Abit kini berbinar terang, secercah harapan hadir di hatinya. Apa perkataan Kalila barusan menunjukkan kalau dia sudah mulai menerima anak mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)
RomanceBagi Kalila yang selalu dibanding-bandingkan dengan saudari kembarnya adalah hal yang paling menyebalkan. Di keluarganya, karir lebih penting dibandingkan pernikahan, membuat Kalila harus mengejar karirnya seperti saudari kembarnya yang sudah memili...