Saran dari dokter yang tadi memeriksanya, Kalila perlu melakukan foto Rontgen, mengingat dia yang sering sesak napas juga batuk disertai darah.
Kata dokter, batuk darah mungkin tidak akan berdampak secara langsung pada janin, tetapi penyebab-penyebab batuk darah dapat mempengaruhi kesehatan dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan janin juga. Batuk darah bisa berbahaya bila dibiarkan, terutama bila batuk darah dalam jumlah yang sangat banyak. Darah bisa tersedak masuk ke saluran nafas, menyebabkan sesak nafas hingga kematian.
Itulah yang dijelaskan dokter tadi padanya, dan Kalila disarankan untuk melakukan foto rontgen dada. Dan setelah tadi dia melakukan rontgen dada, Kalila perlu menunggu hasil rontgen dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Dokter radiologi akan menghubungi Kalila bila hasilnya telah keluar.
Ibu hamil itu pun memilih untuk pulang, dia sudah sangat lama di rumah sakit, pasti orang di rumah mencarinya apalagi dia yang ke rumah sakit tanpa ditemani Abit. Kalila melangkah, berjalan untuk meninggalkan area rumah sakit, tetapi baru di depan gerbang rumah sakit, Kalila melihat Abit yang berjalan dengan langkah tergesa-gesa menghampirinya.
"Pak Abit ngapain kemari?" tanya Kalila saat Abit sudah berada di hadapannya.
Tangan Abit menumpu pada lututnya, dia juga tengah mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Pria itu tadi mencari Kalila di area rumah sakit, bahkan dia sudah ke ruangan dokter kandungan Kalila.
"Saya keliling rumah sakit nyariin kamu," jawab Abit setelah napasnya sudah tak memburu.
Kalila mengernyit heran, kenapa juga Abit mencarinya sampai berkeliling di rumah sakit?
Kalila merasa, hubungan keduanya sudah agak mendingan, dia sudah tak berbicara ketus dengan Abit semenjak dia tidur seranjang dengan Abit. Abit juga semakin berani menunjukkan perhatian pada Kalila, walau itu baru berlangsung selama tiga hari.
"Saya cuma di sini, gak sampai keliling rumah sakit, Pak," ujar Kalila.
"Iya, saya tahu, cuma saya khawatir karena kamu lama pulang. Saya pikir terjadi sesuatu sama kamu, saya bahkan hampir nelpon semua orang rumah untuk bantu saya cari kamu," ungkap Abit sukses membuat Kalila terdiam.
Jantung ibu hamil itu berdetak kencang, parahnya lagi pipi Kalila memerah. Perkataan Abit malah membuat jantungnya berdetak kencang, Kalila merasakan nyaman juga hangat. Pertama kalinya merasakan hal seperti ini, apa karena ini juga pertama kalinya dia mendapatkan perhatian? Apa karena selama ini dia tak pernah mendapatkan perhatian dari keluarganya?
"Pa-Pak Abit, saya lapar, mau makan," ucap Kalila gagap, mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Oh, sebelum Abit sadar, ibu hamil itu harus secepatnya mengalihkan pembicaraan. Abit tak boleh sadar kalau jantungnya berdegup kencang.
Abit tersenyum kecil, pria itu menarik tangan Kalila, lalu menggenggamnya dan membawa Kalila menuju parkiran mobil. Menggenggam tangan Kalila, membuat jantung Abit berdegup kencang, senyum pria itu sama sekali tak pernah luntur, dia bahagia karena Kalila terlihat sudah sedikit menerimanya. Bolehkah Abit berharap Kalila membalas perasaannya?
***
"Makan yang banyak, biar anak kita gak kelaparan," ucap Abit.
Pria itu sudah selesai makan, tetapi Kalila masih belum selesai makan, dia masih juga menambah pesanan. Awalnya satu porsi, tapi kini Kalila tambah dua porsi lagi. Menginjak usia kandungannya empat bulan, nafsu makan Kalila bertambah tetapi kadang nafsu makan ibu hamil itu menurun. Ibu hamil itu juga sering sekali mengemil, bahkan Abit sampai menyimpan kulkas kecil di kamar Kalila demi Kalila tak kelelahan keluar kamar untuk mengisi perutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332719045-288-k244785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)
RomanceBagi Kalila yang selalu dibanding-bandingkan dengan saudari kembarnya adalah hal yang paling menyebalkan. Di keluarganya, karir lebih penting dibandingkan pernikahan, membuat Kalila harus mengejar karirnya seperti saudari kembarnya yang sudah memili...