Sial sekali hidup Kalila ini. Kalau kemarin dia ingin sekali mencium Abit hingga memberanikan diri mencuri ciuman Abit, kini ibu hamil itu ingin sekali tidur seranjang dengan Abit, ingin juga Abit mengelus perutnya sampai dia tertidur pulas.
Apa dia harus melenyapkan gengsinya agar keinginan besarnya ini bisa terpenuhi?
Ibu hamil itu mengembuskan napasnya kesal, kemudian bangkit dari duduknya dan keluar dari kamarnya. Kaki Kalila melangkah menuju kamar tepat di samping kamarnya, tetapi gadis itu sama sekali tak melakukan apapun, mengetuk pintu ataupun memanggil Abit saja tidak.
Kalila sangsi, apakah dia harus menuruti keinginannya atau tidak?
Gadis itu menghembuskan napasnya panjang, tangannya terangkat siap mengetuk pintu, tetapi hati dan pikiran tak sinkron. Bagaimana nanti kalau Abit tak mau menuruti keinginannya? Bagaimana nanti kalau Abit menertawakannya? Bagaimana nanti kalau Abit mengingatkan dia perihal syarat nikah yang dia ajukan kemarin?
Oh, Tuhan, Kalila rasanya ingin sekali mencakar wajah Abit. Karena pria itu, dia mengidam ingin tidur seranjang.
Tak ingin nanti anaknya malah ileran, Kalila mengetuk pintu itu, dengan dia yang mencoba melupakan gengsinya.
Pada ketukan pertama, Abit masih juga belum keluar, tak ada juga respon dari dalam. Lalu Kalila kembali mengetuk pintu kamar Abit dan tak lama kemudian, pintu pun terbuka, memunculkan Abit dengan wajah baru bangun tidur.
Melihat wajah baru bangun Abit, Kalila sebenarnya tak tega, tapi keinginan anak di kandungannya benar-benar besar dan tak dapat lagi ditunda.
"Kalila? Kenapa? Kamu butuh sesuatu? Lapar? Mau makan apa?" Abit memberondongi Kalila dengan pertanyaan yang membuat Kalila berdecak kesal.
Dia masih belum mengatakan maksud dan keinginannya, tapi Abit sudah memberikan dia banyak pertanyaan. Namun, Kalila tak menjawab, dia hanya diam saja melihat Abit yang kini mengucek matanya demi menghilangkan rasa kantuknya.
"Saya ngantuk," ujar Kalila.
Ibu hamil itu menggigit kecil bibir bawahnya, agak ragu mengatakan pada Abit perihal keinginannya. Tetapi Abit, seketika menghentikan gerakan tangannya yang tadi tengah mengucek mata, bahkan Abit sampai tak tahu harus mengatakan apa. Kalau mengantuk tinggal tidur saja, kenapa harus mengatakan pada dirinya?
Walau begitu, Abit tetap bertanya, "Kenapa? Gak nyenyak tidurnya?"
Kalila menggeleng cepat, bukan tak nyenyak, tapi karena keinginan anaknya sangat besar saat ini.
"Terus?"
"Kita boleh tidur seranjang, tapi hanya untuk malam ini aja," ucap Kalila cepat bahkan sampai tak dapat didengar Abit dengan seksama.
"Apa?"
"Saya bolehin Pak Abit tidur seranjang dengan saya, untuk malam ini," lanjut Kalila.
Hal tersebut membuat Abit mengernyit heran, tapi hanya sejenak, pria itu tersenyum lebar seakan memiliki secercah harapan bahwa Kalila akan terus bersamanya nanti dan tak akan bercerai dengannya.
"Boleh, tidur di kamar kita atau di kamar kamu?"
Semenjak Kalila menjadi istrinya, bagi Abit kamarnya juga kamar istirnya, kecuali kamar yang ditempati Kalila adalah kamar Kalila. Abit bahkan mengubah tampilan kamarnya, di dalam juga ada foto pernikahannya dengan Kalila walau saat itu Kalila tak tersenyum.
"Terserah," jawab Kalila yang tak sinkron dengan sikapnya saat ini. Dia sudah memasuki kamar Abit, tanpa permisi dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang king size milik Abit. Gadis itu sama sekali tak memperhatikan keadaan juga isi kamar Abit, ada apa saja juga apa saja isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)
RomanceBagi Kalila yang selalu dibanding-bandingkan dengan saudari kembarnya adalah hal yang paling menyebalkan. Di keluarganya, karir lebih penting dibandingkan pernikahan, membuat Kalila harus mengejar karirnya seperti saudari kembarnya yang sudah memili...