Chapter 2

2.3K 423 60
                                    

Update...







Update...







Update...






Ready??







Happy Reading

-----------

Bandara Kinshasa, Republik Demokratis Kongo, Central Afrika

Dua belas jam perjalanan yang dibutuhkan Gwen  untuk tiba di negara ini, ia berjalan keluar dari imigrasi dan langsung menuju ke arah tempat pengambilan bagasi. Jolie berjalan disampingnya sambil menenteng ranselnya. Udara cukup dingin saat ini, ia melihat beberapa orang tengah menunggu bagasi mereka.

"Gwen, ini kopermu." Frederick, salah satu tim yang ikut dengannya mengambil koper berwarna hitam, yang mempunyai gantungan namanya.

"Terima kasih." Gwen mengambil alih kopernya lalu mundur, untuk memberikan kesempatan bagi yang lain.

"Siapa yang akan menjemput kita?" tanya Gwen. Jolie mengambil ponselnya untuk mencari tahu.

"Duncan Mchintos, dia adalah kepala satuan tugas UN." Wanita itu memberitahu.

Gwen mengangguk mengerti. "Baiklah."

Setelah Jolie dan Fred mendapatkan koper mereka, mereka berjalan menuju keluar dari terminal kedatangan. Jika mereka mengharapkan mendapatkan penampilan modis dari orang-orang yang ada di bandara seperti di Heatrow, mereka harus menghapus pikiran itu. Bandara yang paling besar yang berada di Kongo ini lebih seperti daerah Soho yang ramai dengan teriakan orang-orang. Gwen memandang berkeliling dan melihat tiga tentara berpakaian dinas menghampiri mereka.

"Miss Gwendolyn Penwood?" Seorang pria melepaskan kacamata hitamnya, Gwen melangkah maju sambil menjabat tangannya.

"Saya Gwen Penwood." Sapanya sambil tersenyum, pria itu dengan cepat membalas jabat tangan Gwen. "Kapten Duncan Mcintosh, Kepala satuan British army."

"Senang bertemu dengan Anda, Sir. Ini rekan saya. Jolie Yard dan juga Frederick Stewart." Ia memperkenalkan kedua rekannya.

"Ayah Anda secara langsung menghubungi saya untuk mengatur selama Anda disini." Duncan berbicara dengannya.

Gwen mengangguk. "Tidak perlu mengistimewakan saya, Sir. Saya kemari untuk bekerja, bukan untuk berwisata."

Duncan mengangguk sambil tertawa. "Baiklah kalau begitu, mari kita pergi. Kita membutuhkan waktu satu jam untuk sampai di pangkalan."

Dua tentara mengambil koper mereka dan memasukkan ke dalam jip yang telah parkir di depan terminal kedatangan. Jolie dan Fred memandang kagum ke arah kendaraan yang akan mereka naikki itu.

"Apakah ini anti peluru?" tanya Fred. Duncan tidak menjawab, ia hanya mengangguk lalu mepersilahkan mereka semua untuk masuk.

Mereka harus menempuh satu jam perjalanan, menuju pinggiran Bukavu yang berbatasan dengan Rwanda. Sepanjang perjalanan Gwen memandang keluar mobil, inilah gambaran Afrika yang akan kau dapat jika kau bepergian ke pinggiran kota. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupan safari mahal, yang ditawarkan kepada orang-orang yang ingin melihat kehidupan liar di alam bebas Afrika. Negara kaya dengan berbagai macam mineral dan juga emas itu harus terpuruk dengan kemiskinan yang selalu ada di setiap sudut kota ketika kau memandangnya, selalu ada antrian orang untuk mengambil air bersih ataupun jatah makanan bagi setiap orang yang tidak mampu membeli makanan bagi keluarga mereka. Anak-anak yang berada di jalanan, pada saat seharusnya mereka bersekolah. Kekayaan negara itu habis karena dirampas oleh penjajah Eropa, termasuk juga Inggris. Itu juga diperburuk dengan kondisi perebutan dan konflik yang terjadi diantara beberapa suku yang mendiami benua tersebut.

My Heart, HersWhere stories live. Discover now