Chapter 22

1.9K 436 126
                                    

Update....





Update...





Update...






Ready???






Happy Reading

--------------

Bagi sebagian orang, basement yang mempunyai penerangan sekedarnya adalah tempat yang harus dijauhi, tapi bagi sebagiannya lagitempat itu sangat cocok untuk melakukan appapun yang membutuhkan privasi. Pertemuan diam-diam sering terjadi di tempat ini, itu juga yang dilakukan seseorang yang tengah menunggu di dalam mobil yang mempunyai kaca jendela gelap. Ia menunggu dengan sabar, sambil sesekali melihat keluar siapa yang datang, siapa yang pergi. Beberapa mobil datang dan parkir disebelah mobilnya, mengeluarkan orang-orang yang datang untuk berobat ataupun untuk menjenguk keluarganya.

Alarm di jamnya berbunyi tepat pada pukul dua siang, gairah dapat mulai ia rasakan mengalir ditubuhnya. Hanya membutuhkan waktu satu menit ketika pintu lift yang ada dihadapannya terbuka dan mengeluarkan seorang wanita berpakaian biru, ia memainkan lampu hazard dua kali untuk mmeberi tanda. Wanita itu langsung mendatangi mobilnya dan langsung bergegas masuk.

"Kenapa kita harus bertemu di sini?" tanya wanita itu, orang yang duduk dikursi pengemudi itu tidak menjawab, ia hanya membuka dashboard mobilnya dan mengambil sesuatu

"Ini." Ia menjulurkan suntikan yang ada ditangannya ke arah wanita tersebut.

"Aku mau kau menyuntikkan ini ke pasien yang ada di presidential suite nomor tiga." Wanita berseragam biru itu memandang ke arah suntikan dan orang yang duduk disampingnya secara bergantian.

"Itu kamar atas nama Gwen Penwood, bukan?" Ia bertanya dan mendapatkan anggukan.

"Ya, aku ingin kau mengurusnya."ucapnya cepat.

"Kau mempunyai masalah apa dengan pasien tersebut?" tanyanya dengan kening berkerut.

"Yang pastinya itu bukan urusanmu, urusanmu adalah memasukkan obat ini melalui infusnya." Ia berkata ketus, sambil kembali mendorong suntikan tersebut ke tangan wanita berbaju biru khas rumah sakit St. Barts.

"Aku mendapatkan apa?" tanya wanita itu. Satu desahan panjang terdengar, ia merogoh amplop coklat dari mantelnya dan memberikan kepada wanita itu.

"1500 pound pertama, 1500 pound berikutnya jika kau berhasil." Wanita itu membuka amplop itu dan tersenyum.

"Baiklah." ujarnya, ia memasukkan suntikkan tersebut ke saku bajunya lalu bergegas keluar dari mobil, ia terhenti ketika tangannya di tahan kembali.

"Ingat, setelah kau berhasil jangan berada di lantai itu, keluar dari rumah sakit dan ajukan cuti." Ia memandang orang tersebut lalu mengangguk.

"Aku mengerti." ujarnya lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju lift.

My Heart, HersWhere stories live. Discover now