S.O.L (7)

2.4K 261 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Kun melirik Donghyuck yang tengah merentangkan tangan setelah mereka selesai meeting. Kun masih tidak habis pikir dengan sikap pemuda itu padanya ketika dalam perjalanan tadi. Terkadang bisa sopan, kadang juga kurang ajar. Mungkin memang benar karena masih muda. Kun harus bisa terbiasa. Sayang kalau hanya karena masalah tata bicara, ia memecat Donghyuck. Seseorang seperti Donghyuck sangat disayangkan kalau ia lepas.

Kinerja kerja pemuda itu benar-benar sangat bagus. Berbeda dengan sekretarisnya yang dulu.

"Kita langsung ke kantor atau pergi makan dulu?" tanya Donghyuck. "Sebaiknya kita makan aja. Kamu pasti belum sarapan. Karena kita langsung ke tempat meeting."

Tuh, kan. Kun memang harus terbiasa dengan cara Donghyuck ketika berbicara dengannya.

"Ya, boleh," sahut Kun. Kalau boleh jujur, dia juga lapar.

"Kita makan di restoran depan sana, ya. Makanannya enak. Aku pernah ke sana," ucap Donghyuck.

Keduanya sedang berjalan di kolidor kantor tempat mereka mengadakan meeting.

"Boleh," balas Kun seadanya.

Donghyuck berhenti di depan lift, lalu menekan salah satu tombol, kemudian menunggu pintu terbuka.

Kun hanya diam berdiri di sebelah pemuda itu. Pandangannya fokus pada ponsel. Diam-diam Donghyuck tersenyum tipis.

Manis banget asli. Gak tahan lagi gue. Pengen cepet-cepet jadi milik gue.

Pintu lift terbuka. Kun lebih dulu masuk, kemudian disusul Donghyuck.

Pemuda itu masih memperhatikan atasannya dengan seksama.

Tapi, gimana caranya ngerebut dia dari cewek gila tadi, ya. Mungkin bakal susah, sih. Gue juga baru kali ini demen sama suami orang.

"Kamu kenapa ngelihatin saya terus?" tanya Kun mulai risih karena sejak tadi terus saja ditatap oleh sekretarisnya dengan intens.

"Emangnya gak boleh?" balas Donghyuck sembari memamerkan senyumannya.

Mungkin untuk sejenak, Kun terpesona dengan  senyuman itu. Namun, ia segera menepisnya.

Pintu lift terbuka karena mereka telah sampai di lantai utama. Kun segera keluar, disusul Donghyuck dari belakang.

Dia lagi malu, ya? Lucu amat, sih.

Donghyuck tertawa sendiri dengan pemikirannya.

Kun yang mendengar pemuda itu tertawa merasa aneh. Dia menggeleng, mencoba untuk abai.

Kun terus melangkah keluar dari gedung perusahaan rekannya tersebut. Namun, karena sedikit terburu-buru, dia nyaris saja terjatuh terserimpat kakinya sendiri. Sangat beruntung ada Donghyuck yang menahan dengan menarik tangannya.

Kini Kun terlihat berada di dalam pelukkan Donghyuck.

"Hati-hati. Dikejar siapa, sih?" ucap Donghyuck tampak sedikit kesal.

Kun segera tersadar, kemudian menjauh dari dekat Donghyuck.

"Terima kasih," ucap pria itu.

Donghyuck mendengus, dan Kun bingung kenapa sekretarisnya ini terlihat kesal.

"Kenapa jalannya cepet gitu, sih? Kamu hampir nyelakain diri sendiri," kata Donghyuck seraya membuka pintu mobil. "Ayo, masuk."

Anehnya, Kun menurut saja tanpa mengatakan apa-apa. Padahal perkataan Donghyuck cukup tidak sopan.

Donghyuck mencondongkan tubuhnya, lalu memasangkan sabuk pengaman di badan Kun yang seketika terkejut.

"Lain kali jangan kaya gitu lagi. Bahaya," ucap Donghyuck. "Coba kalau aku gak ada, mungkin kamu bakal jatoh," lanjut pemuda itu.

Kun masih bergeming. Bahkan ketika Donghyuck menutup pintu mobil, lalu berjalan memutar dan duduk di sebelahnya.

Kun menatap Donghyuck yang sekarang tengah berusaha menjalankan mobil. Dia bingung. Mengapa ia tak bisa membalas segela perkataan tidak sopan yang terlontar dari mulut pemuda itu? Seolah ada yang menahannya.

"Aku tau aku keren, tapi, ya jangan dilihatin terus. Aku gak bakal ke mana-mana, kok," celetuk Donghyuck yang seketika membuat Kun tersadar.

Perlahan mobil melaju meninggalkan tempat itu. Kun bersandar pada sandaran kursi. Dia melirik ke arah Donghyuck, lalu menarik napas.

"Perkataanmu dari tadi, gak sopan."

Akhirnya Kun bisa mengucapkan kalimat tersebut.

Namun, Donghyuck hanya menoleh, lalu tertawa.

"Yeah, walaupun gini, aku tau kalau kamu gak mungkin mecat aku, kan? Because, kamu tau gimana kerja aku tadi, dan sebelumnya gak ada sekretaris yang kaya aku," ujar Donghyuck. "Yakin mau dipecat?" lanjutnya dengan senyum miring.

Kun berdecak. "Lain kali, cobalah lebih sopan sedikit saat bicara dengan atasanmu."

"Iya, aku bakal lakuin itu kalau lagi ada di tempat penting atau saat ada orang lain. Tapi, kalau hanya kita berdua, kayanya gak perlu," sahut Donghyuck.

"Kenapa kaya gitu?" tanya Kun. "Gimanapun juga, saya ini atasan kamu."

"Because itu Lee Donghyuck," ucap Donghyuck yang seketika membuat Kun terdiam. "Yang mungkin sebentar lagi bakal jadi seseorang yang spesial dalam hidupmu."

Kun merengut, menatap Donghyuck dengan aneh.

"Gak jelas," komentarnya.

Donghyuck tertawa. "Omong-omong, aku denger soal kabar yang lagi beredar di internet. Soal rumah tanggamu."

Kun yang semula menatap jalanan, kini beralih menatap Donghyuck kembali. Pemuda itu tengah fokus menyetir.

"Perempuan itu cukup gak tau diri, ya. Nyebarin aib suaminya sendiri ke publik," kata Donghyuck. Pemuda itu memang sudah tahu mengenai permasalahan pribadi atasannya. Dia mencari tahu semalam di Internet. Sangat mudah. "Kenapa kamu gak marah diperlakuin kaya gitu sama dia dan malah masih mertahanin dia jadi istrimu?"

Kun menatap Donghyuck cukup lama, sampai kemudian bersuara. "Saya rasa itu bukan urusanmu. Kamu di sini hanya sekretaris. Lebih sopanlah sedikit pada atasanmu."

Donghyuck malah tersenyum, lalu menoleh pada Kun.

"Maaf."

Kun sedikit terkejut ketika Donghyuck mengatakan kalimat permintaan maaf. Dia sempat berpikir jika pemuda itu akan kembali mengatakan kalimat balasan yang kurang ajar. Namun, ternyata dugaannya salah.

"Saya sungguh minta maaf. Saya berbicara kaya tadi, karena saya gak suka sama seseorang seperti istri Bapak itu," kata Donghyuck yang lagi-lagi membuat Kun terkejut. "Sekali lagi saya minta maaf. Kita lupain aja pembicaraan yang tadi."

Kun berkedip. Dia tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya ia hanya bisa mengangguk.

"Oh, ya. Nanti malam ada acara jamuan pertemuan antar kolegan di salah satu restoran sekitar jam sembilan," ucap Donghyuck mengubah topik pembicaraan. Pemuda itu membelokkan mobil ke kiri, lalu kembali berjalan lurus. "Mau saya temani atau Anda pergi bersama istri Anda?"

Kun terdiam, menatap Donghyuck cukup lama, entah apa yang dia pikirkan.

"Kamu aja."

Donghyuck menoleh. Sepertinya ada yang salah.

"Kenapa, Pak?"

"Kamu aja yang temenin saya nanti malam."

Senyuman kecil terlihat di bibir Donghyuck.

"Dengan senang hati."

.
.
.

Tbc.

Secret Of Love(Hyuckkun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang