Qian Kun hanya ingin seorang anak. Bagaimanapun caranya akan dia lakukan.
Termasuk berselingkuh dengan sektretasinya sendiri yang merupakan seorang pria sama seperti dirinya.
Warning ⚠️
Gaylove
Homo
HyuckKun.
Donghyuck NCT dom
Kun NCT sub
Happy Rea...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Donghyuck menatap Kun yang tengah tertidur dengan pulas setelah beberapa puluh menit melakukan hubungan badan dengannya.
"Gue udah kelepasan dan gak bisa nahan diri sendiri," gumam Donghyuck dengan tatapan yang belum lepas dari wajah Kun. "Gimana kalau dia sampe benci sama gue?" Pemuda itu mengusak rambut dengan kasar, lalu menghela napas dalam-dalam.
"Mau gimanapun juga, semua udah kejadian. Gue gak bakal lari. Gue bakal tanggung jawab," ucap Donghyuck. "Semoga dia gak benci sama gue," tutupnya seraya beranjak keluar kamar.
Namun, sebelum itu, Donghyuck membenarkan letak selimut di tubuh Kun. Agar sang atasan tidak kedinginan. Tak lupa memberi kecupan di kening.
"Sleep well."
. . .
Giselle melirik jam di dinding. Wanita itu mengerutkan kening. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun Kun belum juga pulang.
"Gak mungkin dia berangkat pagi buta, kan? Bahkan semalam aku gak ngelihat dia tidur di kamar," gumam Giselle.
"Bi!"
Wanita itu berteriak memanggil salah satu Art di rumahnya.
Tak berselang lama, seorang wanita berumur datang menghampiri.
"Iya, Bu. Ada apa?"
"Bapak udah berangkat kerja, ya? Dari tadi saya gak lihat dia," kata Giselle.
"Aduh, Bibi juga belum ada lihat Bapak," sahut sang Art. "Bibi kira belum bangun."
"Dia gak ada di kamar," gumam Giselle. "Apa dia tidur di kamar lain, ya?"
"Tapi, kamar lain udah Bibi beresin semua dan gak ada Bapak di sana," balas si Art.
"Gak ada?" Giselle terlihat bingung. "Berati semalam dia gak pulang."
"Kayanya Bapak emang gak pulang, Bu," ucap sang Art.
"Ya, udah, Bibi lanjut kerja lagi," kata Giselle.
"Baik, Bu."
"Ke mana, ya? Tumben banget gak pulang."
. . .
Kun terbangun dengan kepala pusing dan badan yang terasa cukup sakit. Pria itu mengerutkan kening kala melihat jika ruangan di mana ia berada saat ini sangat asing.
"Ini di mana?" gumam Kun. Seketika matanya melebar. Dia langsung bangun. "Kenapa aku gak pake baju?"
Kun benar-benar terkejut saat terbangun dia ada di ruangan yang tak ia kenali dalam kondisi tubuh tanpa pakaian. Pria itu belum tersadar dengan apa yang terjadi padanya semalam.
Pintu kamar terbuka, Kun menoleh, matanya melebar kala melihat siapa seseorang yang membuka pintu.
"Donghyuck?"
"Kamu udah bangun?" balas Donghyuck santai seperti biasa. Meskipun sebenarnya saat ini, hati pemuda itu tengah gelisah.
Donghyuck berjalan mendekat, lalu meletakkan nampan berisi makanan yang ia bawa ke atas meja.
Kun tampak bergerak mundur, tangannya memegang selimut dengan erat. Tatapan mata pria itu terlihat dingin kala menatap sekretarisnya.
Donghyuck mendudukkan diri di sisi tempat tidur, membuat Kun semakin mengeratkan pegangannya pada selimut.
"Kenapa kamu bisa ada di sini, dan kenapa aku telanjang gini?" tanya Kun.
"Belum ingat?" balas Donghyuck sesantai mungkin. Meskipun di dalam hati ia tengah gelisah serta takut.
"Apa?" ucap Kun meminta jawaban.
"Coba ingat-ingat sendiri apa yang terjadi semalam. Kalau aku yang bicara, nanti kamu bakal ngira aku bohong," kata Donghyuck.
Kening Kun terlihat mengkerut. "Apa---"
Kun terdiam kala kilasan kejadian semalam terputar dalam benaknya begitu saja dengan jelas. Bagaimana ia yang mabuk, berbicara hal aneh pada Donghyuck dan berakhir melakukan hubungan badan dengan pemuda itu.
Bahkan dalam benaknya, Kun terlihat menikmati penyatuan tersebut. Dia yang terus meminta lebih sembari meracaukan jika ia ingin memiliki seorang anak pada Donghyuck. Semua tergambar jelas dalam ingatannya.
Kejadian semalam bukan hanya terjadi karena satu pihak. Melainkan keduanya sama-sama ingin. Mungkin karena Kun tengah ada dalam pengaruh minuman serta pikirannya sedang kacau. Sampai akhirnya ia kelepasan.
"Udah ingat semuanya?"
Donghyuck bersuara, membuat Kun menatap pemuda itu.
"Kalau kamu mau marah ke aku, boleh, kok. Pukul juga gak masalah. Karena dalam kejadian semalam, aku juga salah. Harusnya aku lebih bisa nahan diri sendiri dan mencegahnya. Tapi, aku malah---"
"Udah," gumam Kun memotong perkataan Donghyuck. Tangan pria itu terlihat gemetaran.
Kun tahun, ia tidak bisa hanya menyalahkan Donghyuck dalam kejadian ini. Karena bagaimanapun, ia juga bersalah. Dia juga kelepasan.
Donghyuck mencoba memegang tangan Kun yang gemetaran, tapi sang atasan segera menepisnya. Dia harus maklum. Siapapun akan bereaksi sama jika mereka telah ternodai tanpa ada dasarnya cinta, melainkan karena ketidak sengajaan.
"Kamu tenang aja. Aku gak bakal pergi atau jadi pecundang karena lari setelah ngelakuin ini. Aku bakal tanggung jawab jika nanti terjadi sesuatu sama kamu," ucap Donghyuck. "Aku minta maaf," lanjutnya.
"Kamu ngomong apa? Aku ini lelaki, gak mungkin aku hamil atau apapun itu setelah ngelakuin ini sama lelaki lain," kata Kun. "Lebih baik kamu lupain, anggap semuanya gak pernah kejadian dan kamu gak perlu kerja lagi di perusahaan aku."
Donghyuck terdiam. Ini yang dia takutkan. Tapi, ia tidak bisa membiarkan semua ini terjadi. Dia takan meninggalkan Kun.
"Aku lebih baik dihajar kamu sampai babak belur atau masuk rumah sakit. Daripada aku harus keluar dari perusahaan kamu," balas Donghyuck. "Aku gak bisa," lanjutnya. Ia mencoba memegang tangan Kun, kali ini tidak ditepis. "Kalau kamu minta lupain kejadian ini, aku bakal lakuin. Tapi, tolong, biarin aku tetap kerja di perusahaan kamu, bantuin kamu di sana."
Kun terdiam menatap Donghyuck yang tengah menatapnya dengan penuh harap. Berharap agar ia tak mengeluarkan pemuda itu dari perusahaannya.
"Terserah," ucap Kun sembari melepaskan tangan Donghyuck yang memegang lengannya. "Sekarang, mana pakaianku? Aku mau pulang."
"Sebaiknya kamu tetap di sini. Keadaan kamu lagi gak baik. Nanti malam aku anterin kamu pulang," kata Donghyuck. Dia bernapas lega ketika Kun tak jadi memecatnya. "Aku janji," lanjut pemuda itu.
Mungkin benar apa kata Donghyuck. Kun harus terpaksa berada di sini dulu. Terlebih area bagian bokongnya cukup sakit dan perih.
"Ini di mana?" tanya Kun.
"Rumahku," balas Donghyuck.
Kun terdiam menatap seisi kamar yang cukup mewah. Dia jadi teringat jika Donghyuck itu Adik Doyoung, yang berati bukan orang miskin.
"Kamu sarapan dulu, ya. Aku udah siapin."
Kun menoleh saat mendengar Donghyuck bersuara. Sikap pemuda itu terasa berbeda dari sebelumnya. Lebih lembut dan bersikap lumayan manis.
"Abis ini aku mau ke kantor. Ada beberapa rapat. Aku bisa gantiin kamu dulu," ucap Donghyuck lagi. "Kamu gak perlu khawatir soal kerjaan. Istirahat di sini sampai gak ada yang kerasa perih atau sakit lagi."
Kun hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia sedang malas untuk mengatakan sesuatu. Saat ini, otaknya tengah memikirkan hal aneh kala memandangi Donghyuck.