Chapter 17 : Luna Sulked

1.1K 170 0
                                    

Alex segera masuk ke dalam rumah dan itu dia melihat Luna jalannya benar benar seperti orang sedang menahan amarah. Alex pun beracak pinggang, dia tidak tahu pasti mengapa Luna tiba tiba meninggalkannya dan marah kepadanya. Apakah ucapan Alex tadi ada yang salah? Padahal Alex selalu jujur. Jadi perkataannya tadi yang menghina mobil milik Luna, memang benar menurutnya. Mobil seharga 12.334 dollars itu mobil paling jelek. Gaya nya juga terlalu classic.

Sementara di sisi lain yaitu pada Luna. Luna sudah pastikan dia tidak akan memberitahukan kabar dirinya hamil kepada Alex. Bahkan dari sikap kurang ajarnya tadi kepada pelayan dan kepada Luna sungguh tidak sopan dan benar benar menyebalkan. Bayi yang lahir tanpa dosa, tidak pantas dirawat oleh orang jahat seperti Alex. Maksudnya Alex memang bukan orang jahat, tapi dari perkataannya yang menyindir itu sudah membuat hati seseorang terluka.

Dan Luna juga sudah yakin dia bisa merawat bayi nya sendiri tanpa Alex. Luna sendiri tidak mau bayi nya yang selama ini ia jaga di dalam kandungan, ternyata saat lahir pun malah ikut jejak sesat dari Ayah kandung. Luna tidak mau sama sekali anak nya seperti lelaki bajingan, contohnya Alex. Meskipun Luna juga belum tahu pasti bayi nya akan lahir seorang lelaki atau perempuan.

Tidak peduli lahirnya lelaki atau perempuan, yang Luna harapkan adalah sikap Luna bisa turun kepada sang anak. Luna sadar dan yakin sikapnya lebih jauh baik daripada Alex sendiri.

Luna mengabaikan panggilan menyebalkan itu dari belakang, yaitu Alex dari tadi memanggil nya sambil mengejarnya. Tapi Luna memutuskan abaikan saja daripada amarahnya meluap dan membuat bayi di dalam janin kesakitan. Dan daripada Luna ujung ujung nya disakiti.

Kebetulan saat Luna naik ke atas lantai dua, ia bertemu pelayan tadi pagi di lorong. Luna sempat memberhentikan jalannya, karena Luna melihat pelayan itu benar benar terlihat murung sampai menundukkan kepala. Apakah pelayan ini masih merasa sakit hati atas ucapan Alex juga tadi pagi? Sebenarnya Luna merasa sangat kasihan dan tidak tega. Apalagi ucapan Alex itu benar benar tidak bisa di rem.

Luna pun memutuskan dia menghampiri pelayan tersebut, berniat ingin mengajaknya mengobrol.

"Hey." Luna menyapa nya duluan. Pelayan tersebut sontak menatap Luna. Luna juga baru menyadari bahwa pelayan ini sebenarnya bukan seorang Ibu berusia tiga puluh atau empat puluhan. Tapi kelihatannya seperti seorang nenek berusia enam puluh tahun, mungkin?

"Um.. Apakah kau ada waktu sebentar?" Di waktu yang sama saat Luna bertanya, pelayan itu segera menghapus air mata. Luna bisa melihat tetesan air mata itu yang berjatuhan di pipi pelayan ini.

"Oh um... s-sure." jawabnya lumayan gugup tapi juga sambil menghapus bekas air mata lagi dengan wajah dialihkan, supaya Luna tak bisa melihatnya. Tapi Luna sudah tahu sejak awal.

"Ikuti aku." ucap Luna sangat lembut memintanya lalu berbalik badan. Pelayan itu melakukan permintaan Luna dan mengikuti Luna dari belakang. Ketika mereka berdua sudah di lantai pertama, Luna tak melihat keberadaan Alex. Lantas kemana lelaki itu pergi? But whatever. Luna tidak peduli kemana dia pergi, yang penting Luna bisa segera menjauh dari lelaki bajingan itu.

Kebetulan di rumah Alex ini ada tempat halaman belakang, dimana bisa melihat pemandangan indah langit sambil duduk di sofa kecil dekat pohon besar yang menutupi cahaya sinar matahari.

Luna pun duduk dengan hati hati dan sambil menyentuh perut nya. "Duduklah." ucap Luna kepada pelayan tersebut sambil ia tepuk dudukan sofa nya. Pelayan itu nurut dan duduk di sebelah kanan dekat Luna.

"Hey, kau baik baik saja kan? Maafkan ucapan Alex tadi sebelumnya." ucap Luna memulai obrolan pertama. Pelayan itu dengar namun memutuskan diam. Tapi pelayan itu menarik napas dalam lalu membuang nya dengan raut wajah masih murung. Luna menoleh ke pelayan itu di sebelah nya. Dari samping Luna perhatikan wajah nya. Luna masih merasa bersalah.

BRUTAL FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang