#5 : Emily

5.3K 508 16
                                    

Taylor duduk menunggu di ruang tamu keluarga Styles. Sesekali Taylor mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Taylor tengah duduk sendiri, menunggu Grandma yang berkata jika dia akan menyiapkan makanan dan minuman untuk Taylor sementara Harry, entah pergi ke mana.

Tak lama kemudian, Grandma muncul membawa nampan berisikan tiga cangkir minuman hangat serta sebuah piring yang entah berisikan apa. Grandma meletakkan tiga cangkir itu di atas meja di hadapan Taylor. Taylor tersenyum dan berkata, “Terima kasih.”

Pleasure, Beautiful.”

Grandma duduk di samping Taylor. Taylor menyesap cangkir berisikan teh hijau miliknya. Setelah itu, Taylor meletakkan kembali cangkir teh tersebut. Senyuman muncul di bibir Grandma. Tangan keriputnya mulai bergerak, mengelus lembut kepala Taylor.

“Kau sangat cantik. Mirip dengan Anne sewaktu muda dulu. Ternyata, tipikal Harry tak berbeda jauh dengan ayahnya, Des.” Taylor tersenyum tersipu mendengar ucapan Grandma tersebut.

Sesaat kemudian, Harry muncul dengan tangan yang memegang sebuah kucing yang sangat lucu. Kucing itu mengeong dan mata Taylor berbinar. Harry sudah sangat tahu jika Taylor menyukai kucing.

“Katakan ‘Hai’ kepada Taylor, Fluffy.” Harry menggerakkan salah satu kaki kucing tersebut, seperti melambai kepada Taylor. Taylor tersenyum lebar dan balas melambai. Harry berjalan mendekat dan duduk di sisi kosong di samping Taylor. Harry meletakkan kucing bernama Fluffy itu di pangkuannya.

Taylor menaruh perhatian kepada kucing itu. Tangan Taylor membelai lembut bulu halus Fluffy. Grandma tersenyum. Taylor adalah gadis pertama yang Harry bawa ke sini dan sejujurnya Grandma masih tak percaya jika sekalinya Harry membawa gadis, gadis itu langsung adalah istrinya.

“Kau suka kucing, Taylor?” tanya Grandma, saat Taylor tengah asyik memainkan bulu-bulu lembut kucingnya. Sedangkan, Harry hanya menatap Taylor dengan tatapan yang sulit diartikan.

Taylor menoleh ke Grandma dan tersenyum. Taylor menganggukkan kepalanya. “Ya, aku suka kucing. Aku punya dua kucing di Nashville. Namanya Meredith dan Olivia.” Taylor berujar ceria. Grandma mengangguk dan tersenyum. “Kalau begitu, kau memang benar-benar cocok dengan  Harry. Sejak dulu, yang dia lakukan adalah bermain dengan kucing. Walaupun, sekarang sudah tidak lagi.”

“Grandma, boleh aku membawa Fluffy ke London? Sepertinya Taylor benar-benar butuh teman selagi aku berada di kantor,” Harry yang sedari tadi diam tiba-tiba buka suara. Mata Taylor melebar dan senyuman muncul di bibir gadis itu. Taylor menatap Harry dengan tatapan seakan berkata ‘terima kasih’ dan Harry mengedipkan satu mata kepada istrinya.

“Tentu saja boleh. Lagipula, ada tiga kucing di sini dan tak ada yang merawatnya selain Gemma. Gemma juga tak bisa selalu merawat ketiga kucing itu.” Senyuman Taylor bertambah lebar mendengar ucapan Grandma tersebut.

Tangan Taylor sudah meraih Fluffy dengan lembutnya. Taylor meletakkan Fluffy di pangkuannya. Fluffy dengan manja menggerak-gerakkan kepalanya. Taylor terkekeh dan terus menerus mengelus lembut kucing berwarna putih bersih tersebut.

Grandma berpamitan kepada Harry dan Taylor untuk kembali ke kamar, meninggalkan Harry dan Taylor berdua di ruang tamu, dengan Taylor yang masih asyik bermain dengan bulu-bulu lembut kucing tersebut.

“Kucing ini mengingatkanku pada kucingku, Olivia tapi, bentuknya lebih besar. Sedikit mengingatkanku juga pada kucing Chesire yang ada di Alice & The Wonderland.” Taylor buka suara, tangannya masih mengelus lembut kucing tersebut. Harry tersenyum tipis. “Aku yang merawat Fluffy sejak dia lahir. Well, usianya sudah hampir lima tahun, sepertinya.”

“Kau tak pernah bilang kau memelihara kucing. Kau hanya bilang kau suka kucing,” Taylor mengalihkan perhatiannya ke arah Harry. Harry terkekeh dan merangkul Taylor. “Mungkin aku lupa. Kau tahu, sudah lama aku tidak ke Chesire dan ini juga kali pertama sejak beberapa tahun belakangan, aku memegang Fluffly lagi.”

No Control 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang