#29 : Truth Be Told

4.1K 439 52
                                    

Dua orang pria bertubuh besar menindih tubuh Harry, sehingga dapat terlihat jelas Harry menyemburkan darah dari bibirnya. Harry seperti ingin berteriak tapi, tertahan saat pria-pria itu seperti bermain-main di atas tubuhnya. Mereka melompat dalam posisi duduk dan itu benar-benar menyakitkan.

Pria ini pastilah memiliki berat di atas seratus kilogram. Mereka sangat berat dan lama-kelamaan, Harry semakin tidak kuat. Harry berusaha berpikir, supaya lepas dari kedua manusia sialan itu sampai sebuah langkah kaki membuat dua pria bertubuh besar itu menjauhkan diri dari Harry.

Harry buru-buru bangkit dari posisi tengkurapnya. Harry duduk menyandarkan punggungnya pada pinggir ranjangnya. Nafas Harry tak beraturan. Darah terlihat jelas di sudut bibirnya. Harry mendongak, menatap siapa yang baru saja datang.

John Styles.

"Hai, Harry." sapa John, seakan tak terjadi apapun pada Harry. Harry menggeram dan tanpa basa-basi, pria itu bangkit dan hendak menerjang John namun, belum menyentuh John, Harry sudah merasakan sebuah pukulan keras mengenai perutnya yang semula sakit. Harry kembali memuntahkan darah.

"Cukup. Kalian terlalu kasar padanya. Jangan sakiti dia lagi." John memberi perintah dengan datar saat salah seorang pria ingin kembali memukul Harry. Apa-apaan? John yang menyewa pria-pria bertubuh besar dengan kekuatan ekstra ini?

John membungkuk dan berjongkok di hadapan Harry yang duduk, sehingga dia dapat berhadapan langsung dengan putra bungsu dari kakak yang sangat dibencinya, Des. John tersenyum sinis. "Jadi, apa yang sudah kau temukan mengenai kasus Ayahmu, Harry? Aku tahu kau cerdas. Kau pasti sudah mengetahui semuanya."

"K-kau...kau...yang...membunuh...ayah...ku!" Harry berbicara dengan nafas tersengal-sengal. Perutnya sakit, saat dia berbicara. Tapi, dia tak mau hanya diam saja.

John tersenyum lebih lebar. "Ya. Aku memang yang membunuh ayahmu. Alasannya, kau sudah tahu jelas, kan? Karena aku ingin Styles Enterprise jatuh secara penuh ke tanganku, atau keturunanku. Bukan hanya ke tangan ayahmu dan keturunanya, yaitu: kau." John menangkup wajah Harry dengan kasar. Harry berdecak. "Itu karena kau bodoh! Grandma lebih tahu, mana yang jauh lebih cocok untuk Styles Enterprise dan mana yang tidak!"

John diam. Tangannya menyentakkan wajah Harry begitu saja. "Apa kau yakin Grandma memberimu jabatan begitu saja? Tentu tidak, Harry. Apa kau lupa jika terjadi sesuatu pada Ayahmu yang membuatnya tak bisa bekerja sebagai mana mestinya di Styles Enterprise, akulah yang akan menggantikan posisinya. Tapi apa yang terjadi? Setelah aku menyingkirkan Des, Grandma mengetahui semuanya. Dia tahu jika aku yang membuat kecelakaan itu. Grandma tahu jika aku memang punya niatan untuk membunuh Des. Sampai akhirnya itu terjadi, Grandma tidak menginginkan adanya penyelidikan karena nanti, akan ketahuan jika aku yang membunuhnya. Makanya, sebagai penebus dosa, Grandma memberikan Styles Enterprise kepadamu."

Harry diam. Nafasnya masih menggebu-gebu.

"Masih ingat saat aku menggantikanmu sementara karena kau mengalami gangguan mental hanya karena ditinggal pacar yang sekarang menjadi istrimu itu? Saat kau kacau, kau tak akan bisa mengendalikan Styles Enterprise dan itu adalah di mana aku selalu mendapat kepercayaan untuk menggantikanmu." John melanjutkan.

"Oleh karena itu, aku berusaha membuat rencana yang bisa membuatmu benar-benar hancur, kali ini sungguh hancur sehingga tak dapat di perbaiki lagi, sehingga aku bisa mengambil kendali Styles Enterprise. Rencana awalku, aku meminta Adam untuk mendekati Taylor. Adam menyukai Taylor sejak dia melihatnya. Aku memberikan kesempatan pada anakku untuk mendekati gadis pujaannya itu." Tangan Harry mengepal saat mendengar ucapan John tersebut.

"Tapi, rencanaku gagal karena janji bodoh Adam kepadamu. Adam mengkhianatiku. Dia malah tidak mau mengikuti perintahku dan mengancamku untuk tidak mengganggu hubunganmu dan Taylor. Aku melakukannya. Aku tidak mengganggu hubunganmu dengan Taylor sampai saat itu. Aku membiarkan kalian bahagia, karena ancaman Adam kepadaku."

"Kemudian, rencanaku berubah. Aku tahu kau menyayangi kakakmu, sangat. Oleh karenanya, aku meminta Sam untuk memerkosanya dan meninggalkannya setelah itu. Kau tahu? Sam bukan CEO sama sepertimu. Dia hanya seorang karyawan biasa yang mengaku sebagai CEO agar bisa dekat dengan kakakmu, Gemma. Namun, di lain sisi, dia juga butuh uang, entah untuk apa. Jadi, dia bergabung dalam permainanku." John mengambil nafas dan membuangnya perlahan. Senyuman kembali muncul, "Emily pun bergabung dalam permainan ini karena dia kecewa padamu atas apa yang kau lakukan padanya dulu."

Tangan Harry benar-benar sudah mengepal kuat. Matanya berkilat. Harry segera menerjang John dan memukul pria paruh baya itu hingga darah segar mengalir dari hidung John. Harry ingin kembali memukul John namun, orang suruhan John sudah menghalanginya dan balas memukulnya dengan keras.

Harry tak tahu kenapa bisa dia menjadi sangat lemah saat ini. Pria-pria ini bukan tandingannya. Mereka terlalu kuat dan terlalu banyak. Jika hanya satu, mungkin Harry bisa menghandle-nya namun, ini terlalu banyak. Ada sekitar lima orang. Mereka bekerja sama untuk menyakiti Harry.

Salah seorang pria mengunci lengan Harry sambil menarik rambut Harry, membuat kepala Harry mendongak ke atas. Kemudian, sebuah pukulan mendarat di perut Harry, Harry kembali menyemburkan darah. Terus-menerus mereka mengulangi perbuatan mereka itu, sampai Harry benar-benar lemas. Kehabisan tenaga dan kehabisan darah. Tubuhnya terasa remuk.

Pria yang mengunci lengan Harry melepaskan Harry, sehingga Harry terjatuh di lantai begitu saja. Mata Harry masih terbuka namun, rasanya sangat berat.

John sudah bangkit berdiri. Tangannya menyeka darah yang tadi ke luar dari hidungnya, akibat pukulan Harry. John menatap tajam tubuh tak berdaya Harry sambil berkata ke anak buahnya. "Bawa dia ke kolam renang."

Satu orang pria meraih tangan kanan Harry sementara pria yang lainnya meraih tangan kiri Harry. John berjalan ke luar terlebih dahulu sementara, dua anak buahnya berjalan sambil menyeret Harry, sisanya berjalan di belakang tubuh terseret Harry.

Mereka berjalan di rumah megah Styles itu dengan sangat santai dan seakan-akan tak akan ada yang melihat mereka.

"Aku tak akan membunuh Grandma karena dia sudah tua dan sebentar lagi akan mati. Lalu, Ibu dan Kakakmu, well, kau tahu? Marge menceraikanku. Jadi, mungkin, aku akan menikahi Ibumu." Ucapan John itu membuat Harry sedikit mengangkat kepalanya. John melirik sekilas ke Harry yang masih sadar. "Tenang. Mereka aman. Aku memberi mereka tiket liburan ke Paris selama beberapa hari. Saat mereka tiba di sini, mungkin kau sudah menjadi mayat yang mengambang di kolam renang."

Mereka sampai di tepi kolam renang. Nafas Harry tercekat. Sial. John benar-benar ingin membunuhnya. Tubuh Harry tak bisa digerakkan lagi saat ini. Jika John benar-benar melempar Harry ke kolam renang, bagaimana bisa Harry selamat saat tubuhnya sudah seperti ini?

Harry memejamkan mata. Tak dapat membayangkan jika inilah akhir dari hidupnya.

"Dengan begini, tidak akan ada ibu jariku yang menempel di tubuhmu. Selamat tinggal, Harry."

John memberi aba-aba kepada dua anak buahnya yang tadi menyeret Harry. Keduanya mengangkat tubuh Harry dan melemparnya begitu saja ke dalam kolam renang sedalam nyaris tiga meter tersebut.

Harry tak tahu harus berbuat apa saat tubuhnya seakan tertarik untuk masuk ke dalam air yang lebih dalam. Dia sudah tak bisa merasakan tubuhnya.

"I love you, Tay."

Harry mengucapkan kalimat itu semampunya sampai akhirnya, mata itu benar-benar terpejam.

No Control 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang