Taylor baru saja selesai mandi sore dan segera berjalan ke luar dari kamar tempatnya dan Harry menginap, untuk mencari Harry. Kediaman nenek Harry ini memang sangat sepi. Padahal rumahnya luas. Harry bercerita kepada Taylor jika dulu, rumah ini sangat ramai, sebelum anak-anak dari Grandma menikah dan memutuskan untuk tinggal di rumah yang berbeda. Dulu, Harry lahir dan besar di sini. Harry memang tidak dirawat langsung oleh kedua orangtuanya karena mereka sibuk bekerja.
Langkah Taylor berhenti di ruang tengah rumah ini. Banyak foto-foto yang terpajang di dinding. Taylor mendekat dan melihat foto tersebut, satu per satu. Taylor tersenyum saat melihat foto kecil Harry. Ada foto bayi Harry yang dengan mulut berlumuran cokelat tampak menatap ke arah kamera dengan mata yang membulat terkejut. Ada foto Harry yang berusia sekitar lima tahun mengenakan pakaian renang.
Kemudian, foto-foto selanjutnya membuat Taylor terdiam menatapnya. Ada foto Harry kecil, bersama dua temannya, seorang gadis dan seorang laki-laki. Yang gadis mempunyai rambut kecokelatan dan senyuman yang menawan, sementara yang laki-laki terlihat cukup jangkung untuk anak seusianya dengan rambut pirang. Foto mereka bertiga sangat banyak.
Namun, ada sebuah foto yang benar-benar membuat Taylor menahan nafas. Foto itu adalah foto Harry, yang sepertinya sudah beranjak remaja, yang tengah mencium pipi gadis yang sama seperti foto-foto lainnya. Taylor menggigit bibir bawahnya. Gadis itu pasti yang bernama Emily. Terlihat sangat cantik. Bahkan, menurut Taylor, Emily jauh lebih cantik darinya ataupun Jasmine.
“Hei,”
Taylor terlonjak saat mendengar suara tersebut. Taylor buru-buru menoleh dan mendapati seorang pemuda jangkung dengan rambut blonde yang berdiri di samping sebuah lemari besar yang ada di ruangan tersebut. Pria itu memicingkan mata, serta melipat tangan di depan dada. “Apa yang kau lakukan di sana?” tanya pemuda tersebut.
Taylor diam sejenak sebelum tersenyum tipis. “A-aku hanya ingin melihat-lihat foto yang ada di sini,” Taylor menggigit bibir bawahnya. Pemuda itu masih memicingkan matanya ke arah Taylor. Dia beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Taylor. Namun, belum sempat mencapai Taylor, suara lainnya terdengar.
“Taylor!”
Taylor kembali menoleh dan mendapati Harry yang berjalan cepat ke arahnnya. “Aku mencarimu di kamar,” ujar Harry, sesampainya di dekat Taylor. Harry melingkarkan lengannya di pinggang Taylor. Beberapa detik kemudian, Harry menangkap keberadaan pria yang berada beberapa langkah darinya dan Taylor.
“Hei, Adam,” sapa Harry, malas-malasan.
Pria bernama Adam tersebut tersenyum miring. “Oh, hei, Harry. Lama tak bertemu. Aku tak tahu jika kau ada di sini,” ujarnya. Harry balas tersenyum sinis. “Hanya berlibur singkat di sini.”
Adam melirik sekilas ke arah Taylor sebelum kembali menatap Harry. “Apa kau tak akan memperkenalkan istrimu itu kepadaku? Oh, ya, aku mohon maaf karena tak bisa datang ke pernikahan kalian beberapa minggu lalu. Aku ada di Dubai untuk bisnis.”
“Tak apa, tenang saja. Well, Adam, ini Taylor, istriku dan Taylor, pemuda itu adalah Adam. Dia sepupuku.” Harry saling memperkenalkan Adam dan Taylor. Taylor memberi senyuman tipis kepada Adam dan Adam balas tersenyum kepadanya.
“Maafkan aku, Adam tapi, aku harus pergi sekarang. Grandma sudah menunggu. See you,” Harry menarik tangan Taylor dan membawa Taylor menjauhi ruangan tersebut. Taylor hanya dapat menurut.
“Harry, tunggu!” Taylor menghentikan langkahnya, membuat Harry ikut menghentikan langkahnya pula, setelah mereka ke luar dari rumah. Harry menatap Taylor dengan penuh tanda tanya. “Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control 2
FanfictionApapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure you've already read No Control. Chapter 21 - 30, dan Bonus diprivat.