Bonus : 5 Years Later

8.3K 577 60
                                    

"Harry! Jangan berpaling! Fokus pada daging panggang di hadapanmu!"

Harry Styles mendengus kesal atas perkataan sang istri. Pasangan itu tampak tengah memanggang daging beserta sosis di kebun belakang rumah tinggal mereka di London. Mereka akan mengadakan pesta barbeque. Sebenarnya, Taylor yang bertugas memanggang tapi, nyatanya, melihat Harry yang hanya duduk menonton televisi di dalam rumah saat Taylor tengah memanggang, Taylor segera memerintahkan Drew untuk memaksa agar Harry mau mengangkat bokongnya dari sofa dan membantu Taylor.

By the way, Drew adalah nama panggilan dari Andrew William Styles, putra dari Harry Edward Styles dan Taylor Alison Swift yang masih berusia 5 tahun. Walaupun masih kecil, Drew termasuk anak laki-laki yang aktif, sangat malah. Harry dan Taylor sering kewalahan menghadapi anaknya tersebut.

"Drew! Jangan berlarian seperti itu!" omel Taylor saat melihat putranya itu tampak tengah berlari mengelilingi kebun dengan pesawat kertas yang tadi Harry buatkan untuknya. Drew berhenti berlari saat mendengar omelan sang Ibu. Drew berjalan menghampiri Taylor yang tampak tengah membuat minuman.

"Aku mau itu," Drew menunjuk minuman yang Taylor buat. Sebenarnya bukan minuman apapun. Hanya jus jeruk sederhana yang dia buat.

Taylor menarik nafas dan menghelanya perlahan sebelum tersenyum kepada Drew. "Aku akan buatkan untukmu. Tidak pakai es, okay?" tanya Taylor. Drew memicingkan mata biru cerahnya. Pipinya mengembung. Taylor menahan nafas, mulai sulit mengendalikan diri untuk tidak mencubit pipi tembam putranya itu. Drew sangat menggemaskan. Wajahnya seperti replika Harry saat kecil tapi, dia memiliki warna mata yang sama dengan Taylor.

"Aku ingin pakai es!" Drew melipat tangannya di depan dada. Sepertinya dia marah dan dia benar-benar lucu saat marah.

Taylor melirik sekilas ke arah Harry yang sudah selesai dengan daging panggangnya. Harry mengangguk dan berjalan mendekati Drew. Harry berjongkok, menyamai tingginya dengan tinggi Drew. Harry mengacak-acak rambut cokelat keriting putranya tersebut, Drew tampak kesal dan segera menepis tangan sang ayah. Harry terkekeh, begitupun Taylor.

"Kau ingat apa yang kemarin dokter katakan padamu jika kau meminum es dan makan makanan yang terlalu manis? Gigimu yang sudah mulai tanggal itu akan benar-benar rontok seluruhnya. Kau tidak akan punya gigi dan setiap hari, kau hanya akan makan bubur bayi dan minum susu." Mendengar ucapan Harry, Drew tampak terkejut dan segera menutup mulutnya dengan tangan mungilnya. Bocah laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepala. Harry menahan tawa. Tak apalah berbohong, demi kebaikan anaknya.

"Jadi, berapa cube es yang kau inginkan di jus jerukmu, Drew?" Goda Taylor. Drew kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya masih menutupi mulutnya. Well, gigi Drew memang sudah ada yang tanggal karena hobinya memakan yang manis-manis, persis Taylor dulu.

Perbincangan mereka terhenti saat mendengar bunyi bel rumah. Baru Harry ingin bangkit berdiri dan membukakan pintu namun, Drew dengan cepat berkata, "Aku saja!" Kemudian, anak itu berlari cepat memasuki rumah untuk membuka pintu.

Setelah Drew benar-benar tak terlihat lagi, Harry dan Taylor tertawa lepas. Jika mereka tertawa lepas di depan Drew, Drew pasti akan marah besar. Sifatnya yang satu itu mirip dengan Harry. Dia paling tidak suka ada yang menertawakannya.

"Lihat lebih mirip siapa dia," ujar Taylor, berhenti tertawa. Harry juga menghentikan tawanya lalu, merangkul sang istri. Harry mengecup singkat pipi Taylor sambil berkata, "Kau hanya belum melihat sisi dirinya yang sangat mirip denganmu."

"Oh, ya? Seperti apa?" tanya Taylor, mengangkat satu alisnya.

"Dia sering memarahiku saat aku melakukan sesuatu yang menurutnya pelanggaran, sama sepertimu," jawab Harry yang di balas dengan pukulan di lengan oleh Taylor. Harry terkekeh dan menarik tubuh Taylor ke pelukan hangatnya.

No Control 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang