Harry menatap makanan yang ada di meja makan dengan pasrah. Biasanya, Taylor akan menemaninya sarapan tapi, kali ini, Taylor hanya membuatkan makanan, meletakkannya di atas meja makan dan menghilang entah ke mana. Sudah sejak beberapa hari lalu, Taylor selalu berusaha menghindari Harry, sekalipun Harry memohon agar dia mau memaafkannya.
Selesai menyantap menu sarapannya sendiri, Harry berjalan ke arah belakang rumahnya, berusaha mencari Taylor. Entah kenapa, perasaan Harry mengatakan jika istrinya berada di sana.
Benar saja, Taylor memang ada di sana, di kebun belakang rumah mereka. Tampak tengah memunggungi Harry, menyirami tanaman hias yang ada di sana.
Harry berjalan berhati-hati, tidak menimbulkan suara supaya Taylor tak menyadari keberadaannya dan menghindar lagi. Tapi, sayangnya, usaha Harry gagal saat suara Taylor terdengar begitu saja.
"Aku tahu kau ada di sini."
Harry menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Aku minta maaf. Aku tak mau kau marah lagi. Kumohon, jangan jauhi aku seperti ini lagi. Aku akan melakukan apapun supaya kau mau memaafkanku." Suara Harry terdengar parau. Taylor akhirnya menoleh dan menghadap Harry dengan datar. "Kau tahu apa yang aku butuhkan saat ini."
Harry memejamkan mata sekilas sebelum mengangguk. "Tentang apa yang terjadi denganku dan Adam...well, yeah, kau benar. Memang terjadi sesuatu di antara kami. Ini tentang...Styles Enterprise. Bukan aku yang menjauhinya, dia yang menjauhiku sejak aku menjadi satu-satunya kandidat CEO untuk Styles Enterprise."
Taylor mengangkat satu alisnya. "Aku tak mengerti. Apa maksudnya?"
"Adam dan kedua orangtuanya sangat menginginkan posisi CEO di Styles Enterprise. Ayahnya, John, adalah anak pertama sedangkan, ayahku adalah anak kedua. Tapi, Grandpa lebih mempercayakan Styles Enterprise kepada ayahku dan generasi selanjutnya dari ayahku, yaitu aku." Harry lanjut menceritakan. Taylor melipat tangan di depan dada, memperhatikan.
"John melakukan protes besar-besaran saat itu. Dia memusuhi keluargaku. Saat itu aku masih berusia belasan tahun, begitupun Adam saat orangtuanya meminta Adam menjauhiku. Adam benar-benar menjauhiku. Bukan hanya menjauhi, dia seringkali melakukan hal buruk padaku dulu. Kau tahu sendiri, Adam jauh lebih besar daripada aku. Aku yang masih belasan tahun saat itu tak bisa melakukan apapun saat Adam bersikap kasar seperti memukulku, menendang dan sebagainya. Aku membencinya. Aku benci dia." Harry menundukkan kepala dan saat itu pula, Taylor melangkah mendekat dan menyentuh kedua lengan Harry dengan lembut.
"Harry, aku minta maaf. Tak seharusnya aku..." belum sempat Taylor melanjutkan ucapannya, Harry mengangkat wajahnya dan menatap Taylor dengan mata hijau berkilatnya. "Aku hanya tak ingin dia melakukan hal yang sama padamu, karena kau adalah orang yang paling berharga untukku."
Tangan kekar Harry melingkar di sekeliling pinggang Taylor, menariknya mendekat. "Aku tak bisa dua puluh empat jam berada di dekatmu, Taylor. Aku harus bekerja dan saat itu pula, aku tak bisa mengawasimu sebagaimana mestinya. Aku hanya ingin memastikan kau aman. Jika kau dekat dengan pria itu, aku tak akan bisa tenang. Ingatan masa laluku terus menerus berputar. Aku tak mau dia menyakitimu." Harry menempelkan dahinya di dahi Taylor, hidung mereka bertemu.
Taylor tersenyum sebelum melingkarkan lengannya di leher Harry. "Aku mencintaimu," ujar Taylor. Harry balas tersenyum dan berkata, "Aku mencintaimu lebih dari kau mencintaiku."
Keduanya mulai menyatukan bibir mereka.
*****
Harry sudah berangkat ke kantor sejak beberapa jam yang lalu. Di sinilah Taylor sekarang. Di ruang tengah rumahnya dan Harry, memainkan jari-jari lentiknya di atas remot televisi. Sudah hampir satu jam Taylor berada di sana, berusaha mencari tontonan yang menarik tapi, tak ada satupun yang menarik menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control 2
FanfictionApapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure you've already read No Control. Chapter 21 - 30, dan Bonus diprivat.