Taylor melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya, Harry pulang sebelum pukul tujuh. Sekalipun, dia harus pulang terlambat, dia pasti akan mengabari Taylor. Tapi, tidak untuk hari ini.
Samar-samar, Taylor dapat mendengar suara deru kendaraan di luar sana. Taylor segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu. Taylor yakin seratus persen, itu pasti Harry.
Taylor membuka pintu dan benar saja, wajah lelah Harry langsung tertangkap mata Taylor. Harry tersenyum tipis ke arah Taylor sebelum melangkah mendekat dan mengecup singkat kening Taylor.
"Ponselku mati. Maafkan aku karena aku tak menghubungimu dan memberitahu jika aku pulang terlambat," ujar Harry. Taylor menganggukkan kepala, mengerti.
Harry melingkarkan lengannya di sekeliling pundak Taylor dan merangkul sang istri masuk kembali ke dalam rumah. Taylor berpikir keras, bagaimana cara memberitahu Harry tentang apa yang terjadi pada Gemma. Harry pasti akan marah. Dia pasti kecewa. Tapi, Taylor tak mau menyimpan rahasia apapun dari Harry.
Taylor menghentikan langkahnya saat keduanya sampai di ruang tengah. Harry ikut menghentikan langkahnya dan menatap Taylor bingung. "Ada apa?" tanya Harry, menyadari jika istrinya pasti ingin mengatakan sesuatu.
Taylor menggigit bibir bawahnya dengan gugup. "Harry...ini tentang...tentang...Gemma."
Raut wajah tenang Harry tergantikan begitu saja. Harry memicingkan matanya dan tersenyum sinis. "Apa dia datang ke sini atau dia masih ada di sini?" tanya Harry, nadanya mulai meninggi. Tatapannya beredar, sebelum terhenti pada pintu kamar tamu. Tampak ada cahaya di kamar yang biasanya gelap tersebut.
"Aku akan bicara dengannya," Harry berkata tegas dan hendak melangkah menaiki tangga, menuju kamar tersebut namun, dengan cepat Taylor menahan lengannya. "Harry, kumohon, jangan kasar padanya. Kau tidak tahu seberapa berat masalah yang dia hadapi. Biarkan dia istirahat terlebih dahulu. Bicarakan masalah ini besok." Pinta Taylor.
Harry membulatkan matanya. "Apa-apaan, Tay? Aku marah dengannya! Aku tak habis pikir bagaimana mungkin kakak yang selama ini aku banggakan melakukan hal murahan seperti itu! Dia membawa aib untuk keluarga Styles!"
Mendengar ucapan Harry tersebut, Taylor mulai naik darah. "Apa yang kau katakan? Jika Gemma membawa aib untuk keluarga Styles, lalu apa bedanya denganmu?! Apa kau tak ingat, siapa dirimu dulu? Apa yang sering kau lakukan dulu?"
Harry tersentak mendengar ucapan istrinya tersebut. Harry menatap Taylor tak percaya. "Taylor..kupikir, kita sudah mengakhiri semuanya dan mulai fokus pada masa depan kita. Apa maksudmu membahas masa laluku? Bukankah sudah jelas jika aku sudah berubah dan aku tak akan kembali pada masa laluku itu?"
Taylor memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. "Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengungkit masa lalumu hanya saja, untuk kali ini, kumohon, jangan ganggu Gemma. Kita akan menyelidiki semuanya nanti. Biarkan dia beristirahat."
"Jika Mom dan Grandma tahu, mereka pasti akan marah besar," suara Harry melemah. Taylor mengangguk sebelum melingkarkan lengannya di lengan Harry. Taylor menyandarkan kepalanya di pundak Harry.
"Beri Gemma waktu untuk menjelaskan semuanya. Aku yakin, pasti ada kesalahan."
*****
"Taylor?"
Secara perlahan, kelopak mata indah Taylor terbuka. Yang pertama dilihatnya adalah wajah cemas Harry. Harry bergerak cepat menyalakan lampu kamar sehingga dia dapat melihat jelas sang istri.
Sudah dua minggu berlalu sejak Gemma datang pada Taylor dan menjelaskan permasalahannya. Sudah dua minggu Gemma berada di sini. Sejak saat itu pula, Harry selalu menutup telinga tiap Taylor memintanya untuk bersikap normal pada Gemma. Tapi Harry tetap tak bisa. Dia masih kecewa berat pada kakaknya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control 2
FanfictionApapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure you've already read No Control. Chapter 21 - 30, dan Bonus diprivat.