“Kau baik-baik saja?”
Harry yang tampak sudah sangat rapih dengan kemeja dan jasnya menatap ke arah Taylor yang berbaring di ranjang, dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Taylor tersenyum dan menganggukkan kepala. Harry berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang di dekat Taylor. Tangan Harry bergerak, mengelus lembut puncak kepala Taylor.
“Sepertinya kita tak melakukan banyak hal semalam tapi, kau sudah lemas seperti ini.” sindir Harry. Taylor memutar bola matanya sebelum menonjok pelan lengan Harry. “Kau mengejekku karena ini adalah kali pertamaku?”
Harry terkekeh. “Kau sangat menakjubkan, Babe. Kau yang terbaik, yang pernah aku...rasakan?” Harry mengangkat satu alisnya bingung dengan apa yang dia katakan. Taylor kembali menonjok lengan pemuda itu. “Sudah, sana berangkat! Kau harus mencari sarapan di luar sana karena aku tak memasak pagi ini.”
Harry mengangguk dan kembali terkekeh. “Kuharap kau tak takut melakukan hal seperti itu lagi.”
Taylor mendengus. “Aku sama sekali tak takut! Semalam adalah...salah satu kejadian paling menakjubkan dalam hidupku. Hanya saja...kau tahu sendiri aku...aku masih...” Pipi Taylor merona dan dia tak melanjutkan ucapannya tersebut. Harry tersenyum dan bergerak mengecup kening Taylor, cukup lama sebelum menjauhkan diri dari Taylor.
“Aku mencintaimu. Jaga dirimu baik-baik di sini. Jika ada sesuatu yang aneh, segera hubungi aku, okay?” ujar Harry. Taylor mengangguk.
“Baiklah. Aku berangkat. Sampai bertemu nanti, Babe.” Harry beranjak meninggalkan kamarnya dan Taylor.
*****
Sepertinya semua karyawan Styles Enterprise menyadari keanehan pada sosok pemimpin yang baru saja memasuki kantor. Biasanya, Harry sangat jarang membalas sapaan para karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi, hari ini, hampir semua karyawan yang menyapanya, di balas oleh Harry dengan sapaan pula walaupun, ada beberapa karyawan yang hanya dapat senyuman dari Harry. Tapi, siapa yang tidak pangling melihat senyuman dari seorang Harry Styles? Semua karyawati di sini pastilah membeku kagum melihat senyuman itu.
“Selamat pagi,”
Emily yang tampak sudah mulai bekerja terkejut saat mendapati sapaan tersebut. Harry baru saja melangkah memasuki ruangannya, dengan raut sangat ceria. Emily mengernyit. Kemarin, dia terlihat sangat buruk dan sekarang, dia terlihat sangat baik. Bagaimana bisa secepat itu dia berubah?
“Ehm, selamat pagi,” Emily menyapa ragu saat Harry sudah duduk di kursinya. Harry tersenyum kepada Emily sebelum mulai bekerja. Emily hanya tercengang. Harry terlihat sangat ceria hari ini. Apa dia dan Taylor sudah berbaikan? Secepat itu?
“Jangan menatapku seperti itu, Em.”
Emily tersentak saat suara Harry itu terdengar. Emily nyengir kuda. Tertangkap basah tengah memperhatikan pria itu memang sangat memalukan. “Maaf, maaf. Aku hanya merasa terkejut dengan perubahan sikapmu.”
Harry tersenyum. “Tentang masalah kemarin, aku sudah menyelesaikan dan Taylor mau mendengarkan dengan sangat baik. Jadi, tenang saja. Aku dan Taylor baik-baik saja.” Emily balas tersenyum tipis. “Aku senang kalian baik-baik saja. Kuharap, Taylor tak membenciku karena ucapan kemarin.”
Harry menggeleng. “Kau tahu? Salah satu hal yang membuatku jatuh cinta padanya adalah caranya menyikapi masalah dengan dingin kepala. Dia tak marah padamu. Justru, dia berterima kasih karena kau memberitahu salah satu keburukanku, yang belum pernah aku beritahu kepadanya.”
Emily menundukkan kepala. “Maaf.”
“Sudahlah, Em. Aku tak mau membahas soal kemarin lagi. Anggap saja kemarin tak terjadi apapun. Bersikaplah normal. Tak usah merasa bersalah begitu,” ujar Harry. Emily mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control 2
FanfictionApapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure you've already read No Control. Chapter 21 - 30, dan Bonus diprivat.