Suasana makan malam kali ini terlihat sangat mencekam. Hampir seluruh keluarga Styles berkumpul, kecuali untuk John dan istrinya yang tengah berada di luar kota. Harry, yang akhir-akhir ini jarang pulang ke rumah untuk makan malam, bergabung untuk makan malam. Harry tak punya pilihan lain. Dia harus bergabung, setidaknya ia butuh momen untuk bicara kepada Taylor yang sedari tadi hanya diam, menundukkan kepala.
Gemma yang untuk pertama kalinya kembali bergabung untuk makan malam hanya menatap sekelilingnya dengan bingung, sebelum kembali meneruskan makan, seakan tak terjadi apapun di antara mereka.
Sesekali, Harry mencuri pandang ke arah Taylor. Harry dapat melihat jelas kesedihan di mata Taylor dan Harry sangat menyesali perbuatannya. Sungguh, jika Taylor tak jelas-jelas menghindarinya, mungkin Harry akan menarik Taylor ke dalam pelukan hangatnya, memberitahu Taylor seberapa menyesal dirinya atas kebodohan yang sudah diperbuat.
Saat suasana benar-benar hening, tiba-tiba saja Taylor bangkit dari kursinya, membuat semua mata menoleh kepadanya. Taylor menggigit bibir bawahnya mendapati dirinya menjadi pusat perhatian saat ini.
"Maaf. Aku sudah selesai. Silahkan teruskan makan malam kalian. Aku akan kembali ke kamar," ujar Taylor, tersenyum tipis sebelum berbalik dan melangkah meninggalkan ruang makan begitu saja. Harry menghela nafas frustasi melihat perlakuan Taylor. Ya, Harry tahu, dia memang pantas mendapat perlakuan seperti itu dari Taylor. Bahkan, kefrustasian Harry belum seberapa dengan sakit hati yang Harry berikan kepada Taylor.
"Taylor sudah memesan tiket pesawat untuk kembali ke Nashville besok." Tiba-tiba Anne berujar, membuat seisi meja hening seketika. Harry tercekat. Apa? Nashville? Apa-apaan?!
Harry masih mengingat jelas saat dia dan Taylor berpisah dulu. Taylor kembali ke Nashville dan tak pernah kembali lagi ke London, sebelum akhirnya takdir mempertemukan mereka di sebuah pesta. Tapi, dulu dan sekarang beda, kan?
Dulu, mereka memang berpisah karena memang mereka hanya berpacaran. Belum ada komitmen sama sekali di antara mereka. Tapi sekarang? Mana bisa begitu! Taylor adalah istri Harry. Apapun yang Taylor lakukan, harus mendapat izin Harry. Mereka berdua sudah bersumpah untuk itu.
Tak lama kemudian, Harry bangkit dari kursinya. Tanpa berkata apapun, Harry berbalik dan berjalan cepat menuju ke kamarnya dan Taylor.
Sesampainya di kamar yang kebetulan tidak terkunci, Harry mendapati Taylor yang tengah merapihkan barang-barang. Hati Harry mencelos. Harry berjalan memasuki kamar dan saat itu pula, Taylor menoleh, menyadari keberadaan seseorang di belakangnya.
Untuk pertama kali sejak kejadian di ruangan kantor Harry, mata keduanya saling bertemu. Harry dapat melihat jelas mata Taylor yang berkaca-kaca. Dia menangis, lagi.
"Tay, aku..."
Belum sempat Harry melanjutkan ucapannya, Taylor sudah memotong dan kembali berbalik, merapihkan barang-barangnya. "Sudah. Jangan katakan apapun. Aku tak mau mendengarnya."
"Jangan pergi, kumohon." Harry semakin melangkah maju, mendekati Taylor. Taylor mengabaikan dan berusaha fokus merapihkan barang-barangnya. Tanpa menoleh sedikitpuk kepada Harry, Taylor berkata, "Bukankah kita sudah membuat kesepakatan sebelumnya? Jika salah satu dari kita ada yang tidak bertahan, untuk apa tetap bertahan?"
Harry meraih lengan Taylor dengan lembut, "Tay, dengarkan aku..."
Taylor menggeleng dan menarik lengannya kembali. Taylor tersenyum sedih. "Kenapa tidak sejak awal kau bilang semuanya? Kau menyembunyikan keberadaan gadis itu dariku. Aku berusaha mempercayaimu. Tapi, kau menghancurkan kepercayaanku. Aku tak tahu apa salahku. Jika kau memang tidak mencint..."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control 2
FanficApapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure you've already read No Control. Chapter 21 - 30, dan Bonus diprivat.