21. His Arrival

148 75 3
                                    

Eternal Part of The Sky
Chapter 20 — His Arrival

Jika tiba-tiba aku memilih untuk pergi, bukan berarti aku sudah tak lagi mencintaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tiba-tiba aku memilih untuk pergi, bukan berarti aku sudah tak lagi mencintaimu. Tetapi karena aku memilih berhenti memaksamu mencintaiku.

𓋜

Derap langkah yang terseret secara paksa terdengar di tengah keheningan koridor asrama. Pekikan tertahan juga terdengar samar-samar dari bungkaman pada mulut gadis cantik. Mata cantiknya melotot takut, ia melirik lelaki yang telah membekap dan menyeretnya begitu saja.

Begitu wajahnya berhasil terlihat, Sadhara mencakar tangan lelaki itu hingga bekapannya terlepas. Ia mengambil napas banyak-banyak, wajahnya memerah, dan matanya berkaca-kaca menahan amarah.

"YOU!"

Fargo tersenyum miring, ia mengusap lengannya yang tergores kuku Sadhara sambil memandangi gadis di hadapannya yang ketakutan. Ia bersedekap, kebetulan saja mereka berada tepat di depan lift yang pintunya masih tertutup.

"How bad you do this to me," ucap Sadhara lemas, ia terkejut sampai-sampai harus berpegangan pada sisi dinding.

"You can only ramble, so shut up and obey."

Fargo berdeham saat mendengar langkah kaki yang berlari dari tangga darurat. Begitu pintu lift terbuka, ia segera mendorong Sadhara masuk ke dalam beserta dirinya. Lalu menutup pintu lift dan menekan tombol lantai bawah.

"Kurang ajar. Gimana bisa monster kayak kamu keliaran di sini?" ucap Sadhara marah.

Lelaki di dekatnya tak menghiraukan, ia menyugar rambut dan berkaca pada kaca dinding. Sungguh menyebalkan.

"Kamu budek??!!"

Tak mendapat jawaban, Sadhara pun meninggikan intonasinya. Entahlah, ia menemukan kosa kata baru dari Yume dan Yara. Budek.

Beberapa detik kemudian, baru ia menyadari bahwa Fargo tak bisa berbahasa Indonesia. Untuk itu, ia menghembuskan napas gusar. Tangannya yang mulai berkeringat itu ia gesekkan pada rok untuk menghilangkan keringat. Saat itu, ia merasakan ponselnya masih berada di almamater. Itu artinya, ia masih aman.

Sadhara berpura-pura bersandar pada dinding lift, wajahnya menampilkan ekspresi lemas hingga nyaris terjatuh. Sementara tangannya merogoh saku almamater untuk meraih ponsel dan menyalakannya. Hanya menyalakan saja, sebab jika ia harus mengutak-atik maka Fargo akan tau.

Gadis itu tersenyum kecil, ada baiknya juga Fargo tidak mengerti Bahasa Indonesia. Ia mengaktifkan mode pintar pada ponselnya. Sehingga ketika ia berbicara tentang satu hal, maka ponsel itu akan langsung menampilkannya.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang