6. Un Pomeriggio

313 204 46
                                    

Happy reading!

Eternal Part of The Sky
Chapter 6 — Un Pomeriggio

Fajar tiba mengisyaratkan bahwa malam tak pernah tinggal selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar tiba mengisyaratkan bahwa malam tak pernah tinggal selamanya.
Senja hadir menandakan bahwa siang juga pudar pada waktunya.

Begitu juga sedih dan bahagia, mereka berputar pada siklusnya.

𓋜

Perempuan dengan kaus putih dan celana di atas lutut berwarna senada itu mondar-mandir naik turun tangga rumahnya. Tangannya memegang benda pipih dan diletakkan di dekat telinga.

"Dai, Mamma. Non voglio parlare con papà," kata Sadhara sembari memegang kepalanya yang terasa pening. (Ayolah, Mama. Aku tidak ingin bicara dengan papa)

"Sadhara, kamu ngomong apa selama di Jakarta? Papà keliatan kesel dari kemarin," jawab ibunya.

Sadhara terdiam sejenak, ah iya, sepertinya ini karena ia mengucapkan kalimat umpatan beberapa hari yang lalu. Rupanya supirnya itu tidak mau berpihak pada dirinya. Ia tertawa masam.

"Aku sibuk, kita bicara lagi nanti."

Sambungan telepon itu terputus sepihak, Sadhara yang memutuskannya. Kepalanya serasa ingin meledak saja sekarang. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk, memikirkan jadwal kerjanya saat ini.

Ia sangat sibuk, sangat sangat sangat sibuk.

Malam nanti ia harus menghadiri pertemuan dengan manajernya yang baru tiba di Jakarta. Lalu besok pagi sampai menjelang sore ia sekolah. Dilanjut sorenya melakukan interview untuk acara hiburan. Besok malam, ia melakukan syuting untuk rekaman cover lagu yang sedang viral.

Belum lagi, ia harus berlatih untuk persiapan pentas seni bersama Akasa.

Wajah yang semula murung itu berubah menjadi cerah. Sadhara merubah posisinya agar duduk, menyilangkan kakinya di atas sofa, lalu mengetik beberapa nama di kontak ponselnya.

Profile Akasa muncul di sana. Foto seorang lelaki yang berpose candid menghadap samping. Sadhara tersenyum, terbayang bagaimana sosok Akasa di benaknya.

"Dia lagi apa, ya?"

"Kenapa dia nggak chat aku?"

Sadhara kembali merebahkan dirinya di sofa, tengkurap sambil menatap ponselnya yang masih menampilkan wajah Akasa. Beberapa detik kemudian, ia melotot panik. Ponselnya ia lempar begitu saja, sementara tangannya diletakkan di mulut untuk menutupi kepanikannya.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang