❝ Sebelum kamu pergi, tolong izinkan aku melukis wajahmu di kaki langit.❞
Akasa tidak tahu bahwa pertemuannya dengan Sadhara akan menjadi kesedihan yang beruntun. Sadhara Rinjani, perempuan yang merupakan selebgram terkenal di Italia itu mendadak me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku berjuang sekeras mungkin. Mengabaikan betapa rusaknya luka batin. Biarlah lelah ini ku pikul, Biarlah cemas ini ku rangkul.
Jika ditanya, apakah baik-baik saja? Tentu jawabannya tidak. Tapi bibir ini menampilkan senyuman bodohnya. Mengira bahwa aku tak apa.
Semua akan berlalu. Masalah, kesedihan, dan rasa cemas. Yang bisa ku lakukan hanya berusaha mengikuti alur kehidupan. Aku harap, Tuhan sedikit memberi belas kasihan.
𓋜
Ini sudah pukul sepuluh pagi. Akasa masih mondar-mandir sembari menempelkan benda pipih di telinga kanannya dengan eskpresi berharap. Ketika benda itu mengeluarkan suara, Akasa mencoba bersikap tenang agar berhasil mencuri hati lawan bicaranya.
Namun nyatanya tidak. Buku daftar telepon pengacara yang Akasa dapatkan dari Janus bahkan sudah mencapai halaman terakhir. Tidak ada satupun dari mereka yang mau mendukung kasus eyangnya.
Sungguh Akasa lelah. Ia hampir putus asa. Tapi mengingat wajah eyangnya di dalam sel, amarahnya menjadi naik kembali. Ia ingin sekali memperjuangkan eyangnya. Akasa ingin membuktikan Astrid bahwa eyangnya tidak bersalah.
Ditutupnya buku yang ia letakkan di meja makan. Kemudian, kakinya berjalan cepat untuk menaiki kuda besi yang terparkir di halaman rumahnya. Ia meninggalkan ponselnya di dalam rumah. Akasa bahkan tidak memakai helmnya. Entahlah, ia hanya ingin mengendarai motor secepat mungkin untuk membuat perasaannya membaik.
Terpaan angin saat itu cukup membuat Akasa tenang. Ia melirik motornya, lalu teringat bahwa kuda besinya ini tidak diisi bensin sejak kemarin. Maka, ia membelokkan motornya ketika melihat pom bensin. Tidak begitu ramai, syukurlah Akasa bisa cepat kembali ke rumah dan mencari solusi lain.
Matanya melihat sosok pria di tepi pom bensin yang sedang... Sepertinya mabuk? Pasalnya, pria itu memegang sebuah kaleng.