33. 2 Weeks

89 50 4
                                    

Eternal Part of The Sky
Chapter 34 — 2 Weeks

Eternal Part of The SkyChapter 34 — 2 Weeks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjuang sekeras mungkin. Mengabaikan betapa rusaknya luka batin.
Biarlah lelah ini ku pikul,
Biarlah cemas ini ku rangkul.

Jika ditanya, apakah baik-baik saja?
Tentu jawabannya tidak.
Tapi bibir ini menampilkan senyuman bodohnya.
Mengira bahwa aku tak apa.

Semua akan berlalu.
Masalah, kesedihan, dan rasa cemas.
Yang bisa ku lakukan hanya berusaha mengikuti alur kehidupan.
Aku harap, Tuhan sedikit memberi belas kasihan.

𓋜

Ini sudah pukul sepuluh pagi. Akasa masih mondar-mandir sembari menempelkan benda pipih di telinga kanannya dengan eskpresi berharap. Ketika benda itu mengeluarkan suara, Akasa mencoba bersikap tenang agar berhasil mencuri hati lawan bicaranya.

Namun nyatanya tidak. Buku daftar telepon pengacara yang Akasa dapatkan dari Janus bahkan sudah mencapai halaman terakhir. Tidak ada satupun dari mereka yang mau mendukung kasus eyangnya.

Sungguh Akasa lelah. Ia hampir putus asa. Tapi mengingat wajah eyangnya di dalam sel, amarahnya menjadi naik kembali. Ia ingin sekali memperjuangkan eyangnya. Akasa ingin membuktikan Astrid bahwa eyangnya tidak bersalah.

Ditutupnya buku yang ia letakkan di meja makan. Kemudian, kakinya berjalan cepat untuk menaiki kuda besi yang terparkir di halaman rumahnya. Ia meninggalkan ponselnya di dalam rumah. Akasa bahkan tidak memakai helmnya. Entahlah, ia hanya ingin mengendarai motor secepat mungkin untuk membuat perasaannya membaik.

Terpaan angin saat itu cukup membuat Akasa tenang. Ia melirik motornya, lalu teringat bahwa kuda besinya ini tidak diisi bensin sejak kemarin. Maka, ia membelokkan motornya ketika melihat pom bensin. Tidak begitu ramai, syukurlah Akasa bisa cepat kembali ke rumah dan mencari solusi lain.

Matanya melihat sosok pria di tepi pom bensin yang sedang... Sepertinya mabuk? Pasalnya, pria itu memegang sebuah kaleng.

Akasa mendekati pria tersebut. "Permisi, bapak nggak papa?" tanya Akasa khawatir.

Pria dengan jas hitam dan dalaman putih itu menoleh dengan cepat. "Ah, iya saya nggak papa."

Mendengar itu, Akasa menjadi lega. "Soalnya bapak kelihatan lagi kurang sehat. Kalau butuh bantuan, jangan sungkan ya, Pak."

Pria itu membuang kaleng sodanya ke tempat sampah. "Saya lagi stress aja," katanya dengan kekehan.

Akasa menoleh ke sisi belakang pom bensin, ada mini market dengan bangku di sana. "Mau duduk di sana dulu, Pak?" tawar Akasa.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang