AUF-15

37 8 0
                                    

Bunda sedang di dapur untuk menyiapkan makan siang juga bekal untuk ayah dan para abang.

Sebelum ayah pergi, Nanda masih sempat-sempatnya memeluk lengan ayah.

"Ayah.. Nanti kalau sempat beliin martabak manis rasa keju 2, ya?! " Matanya berkedip-kedip lucu.

Untungnya ayah sudah terbiasa dengan kelakuan Nanda ini. Anaknya terlalu imut jika menyangkut makanan kesukaannya itu.

"InsyaAllah.. Kalau ayah ingat. "Jawab ayah sambil mengusak kepala Nanda.

Bunda yang melihat itu dari dapur, tersenyum. Tapi tak lama, raut itu berubah menjadi sendu. Mata bunda beralih pada pintu kamar Jihan yang masih tertutup karena pemiliknya sedang mengganti baju.

"Tau kah kamu Jihan, gadis itu adalah kakak mu? "

Di akhir cerita yang dikisahkan oleh bunda untuk Jihan, bunda sama sekali tidak memberi tau siapa gadis kecil itu.

*****

Akhirnya Nanda kembali memijakkan kaki di sekolahnya lagi, 2 hari tidak sekolah membuatnya takut akan pelajaran yang tertinggal.

Bruk!

Nanda berhenti setelah melihat kejadian di depan sana.

Ada cowok yang tangannya di Gips sedang membawa buku, entah sengaja atau tidak, tapi ada 3 orang cowok yang ngelewatin dia, dan ketuanya kesenggol sama buku yang di bawa cowok di gibs itu.

"Lo punya mata?!"

"Sorry."

"Enak aja lo bilang sorry doang! "

Nanda langsung menahan salah satu cowok brandal yang mau mukul cowok pakai gibs itu, dengan cara narik kerahnya.

"Lo yang enak aja!" balas Nanda. "Orang yang ngeliat juga tau kalau lo yang salah di sini!"

"Cih! Punya nyali lo?!" Gertak yang lain.

"Gue gak merasa hebat! Tapi bisa gak sih lo mikir dikit? Ada orang yang lagi susah-susah bawa buku kayak gini, bukannya dibantuin!" Balas Nanda kesal.

Saat ingin terjadi pertengkaran yang lebih besar, salah satu dari 3 cowok itu berbicara, kayaknya ketuanya dah.

"Bantu aja tu cowok sana!" perintahnya pada Nanda. "Tapi inget ini! Lo–" menunjuk Nanda. "Gue tandain!"

Dan pergi.

"Dih.. Drama. " gumam Nanda.

Setelahnya dia segera membantu cowok tadi membereskan buku-buku paket yang jatuh berserakan tadi.

"Lah! Samuel? Ketua club basket, kan? " tanya Nanda saat sadar dia mengenal cowok itu.

Samuel terkekeh kecil sembari mengangguk. Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia jadi malu setelah sok hebat di depan orang yang lebih hebat.

"Biar gue bantu! "

Nanda langsung mengambil alih separuh dari buku paket yang di bawa oleh Samuel.

"Tangan cedera gegara lomba kemarin, sok-sok an bawa buku paket. " canda Nanda sambil berjalan menaiki tangga bersama Samuel.

"Ya gak tega gue sama bu Sri, lagi sakit kayanya. "

Nanda ngangguk aja. Pas sampai di kelas Samuel, dia menerobos masuk untuk meletakkan buku paket di meja guru. Nanda dan Samuel emang gak sekelas, tapi untungnya kelas mereka tidak jauh.

Ana Uhibbuki FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang