AUF-7

44 8 6
                                    

"Aku tau apa yang membuat kau mencampakkan aku..." Terdengar kekehan dari mulut Giselle. "Pasti karena Nanda, bukan?!"

Jay mengerutkan keningnya. "Kenapa jadi membawa adikku?"

"Adik? Kurasa hubungan kalian bukan sekedar kakak beradik..." Ucap Giselle dengan penekanan "kau pernah bercerita kepadaku bahwa dalam keyakinan yang Nanda anut, seorang perempuan tidak boleh melakukan skin ship dengan pria yang bukan keluarga kandung, bukan? Tapi kenapa aku mendapatkan foto kau menggenggam tangan dan memeluknya?"

Jay terperangah mendengarnya, demi apapun dia tidak pernah menyentuh Nanda setelah kejadian berebut dengan Ni-ki waktu itu! Lalu bagaimana dia bisa memeluknya?

"Terdiam, kan? Sudah ku duga..."

"Hentikan omong kosong ini Giselle! Aku melakukan ini bukan Karena Nanda!" Tegas Jay. "Lagipula.. dia adikku dan aku hanya akan menganggapnya itu tidak lebih. Jadi, berhenti untuk menyalahkannya atas apa yang terjadi padamu!"

"Kau yakin?" Ucapnya dengan nada menantang.

"Cukup! Aku muak denganmu!"

Panggilan itu langsung diputuskan sepihak oleh Jay. Pria bermata elang itu sungguh muak dengan kekasihnya, ralat, mantan kekasihnya itu.

Sementara lawan bicara Jay tadi langsung menggeram kesal di seberang sana. Dia pun langsung memanggil asisten nya.

"Siapkan jet pribadi untuk ke Indonesia sekarang." Ucapnya.

Asisten Giselle tadi pun segera pergi, meninggalkan Giselle yang termenung sejenak. Mengingat masa-masa manisnya bersama Jay. Tanpa sadar air mata kembali menetes dari mata indahnya, dia juga terisak saat mengingat kata yang keluar dari mulut Jay, 'berakhir'.

"Aku ingin dirimu, hanya dirimu..."

"Ini karena Nanda... Gadis itu tidak tau dia berhadapan dengan siapa."

*****

Nanda memperhatikan gurunya yang sedang membaca berbagai macam teori sejarah, yang sama sekali dia tidak mengerti.

Beberapa murid bahkan sudah berlayar ke pulau bantal, tidur maksudnya. Jangan tanya Icha, dia bahkan sudah rebahan sejak guru itu membuka buku tebalnya.

Nanda lebih suka membaca novel yang akhirnya mudah di tebak, dibandingkan dengan sejarah yang bercabang-cabang penjelasannya. Apalagi gurunya itu terkadang suka menyambungkan ke cerita hidupnya. Huh... Berasa denger orang curhat.

Mata Nanda yang semula ingin mengantup tiba tiba terbuka saat melihat seorang perempuan berdiri di depan gerbang sekolah dengan mobil mahal di sampingnya.

Yang duduk di samping jendela itu sebenarnya Icha, tapi Nanda tetap bisa melirik ke luar. Guru itu juga masih asik membaca buku, jadi aman.

"Mungkin mau jemput adek nya." Batin Nanda.

Tak lama kemudian, datang segerombolan cewek dari dalam sekolah, menemui perempuan tadi. Cewek cewek itu kan.. para cewek tercantik di sekolah ini, dari kelompok pemandu sorak.

Setelah memperhatikan kondisi sekitar, mereka pun membuka gerbang sekolah dan membawa orang asing tadi masuk ke dalam area sekolah.

Nanda pun merasa curiga, tapi dia ingat kata bunda untuk tidak berprasangka buruk. Lagipula itu bukan urusannya.

Ana Uhibbuki FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang