EP. 5

105 22 4
                                    

"Byun Ahra. Mereka menamai putri mereka seperti namamu."

Ucapan Sehun waktu itu terus terngiang di ingatan juga di telinganya sampai saat ini. Kenyataan yang hampir membuatnya mengamuk marah dan menyerah kini Ahra berpikir ulang.

Jika dirinya mati begitu cepat besar kemungkinan Hyejin yang akan menang tapi jika tidak mati rasanya begitu menyesakkan, hampir putus asa. Ahra mungkin egois soal perasaan tapi jika harus di hadapkan pada kenyataan tak terduga seperti ini istri mana yang akan terima?

Menatap nama yang Ahra pikir hanya milik namanya sendiri kini mau tak mau dirinya menerima kenyataan jika suaminya juga memberi nama pada mendiang putrinya dengan nama yang sama seperti miliknya.

Tak ada ekspresi yang bisa menggambarkan bagaimana seharusnya Ahra bersikap sekarang. Hanya diam menatap lemari kaca yang menyimpan guci abu di sana beserta foto. Ahra tak bisa meluapkan kemarahannya meski gejolaknya hampir meledak.

Sudah hampir 20 menit lebih Ahra diam berdiri di sana dan menatap datar lemari kaca tersebut tanpa melakukan apapun. Bahkan berdoa pun sepertinya Ahra enggan melakukannya. Menghela nafasnya sejenak kemudian membalikkan tubuhnya berniat untuk pergi sebelum pria tampan bernama Oh Sehun menyapanya dalam senyuman menawannya.

"Hai." Sapanya melambaikan tangan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




------


Berbeda tempat berbeda suasana, Baekhyun bukan bermaksud membandingkan memang tapi apa yang dirinya rasakan sekarang jelas jauh terlihat.

Ahra dan Hyejin. Dua wanita yang memiliki latar belakang yang jelas amat sangat berbeda. Dari segi materi, juga sifat bahkan sikap. Baekhyun bukan melihat wanita dari segi keuangan ataupun latar belakangnya, tapi lebih kepada rasa nyaman.

Ketika dirinya menikah dengan Ahra, Baekhyun selalu yakin dirinya akan menemukan kebahagiaan, namun ternyata tidak. Bukan bahagia yang dia dapatkan melainkan rasa nyaman, hanya dan itu tidaklah cukup untuknya menjalani hidup bersama dengan wanita itu terlebih tingkat keegoisannya yang tinggi.

Jika bersama Hyejin, Baekhyun jelas merasa bahagia, cinta yang tak pernah dirinya dapatkan sebagai balasan cintanya hanya Hyejin yang mampu berikan. Ahra mungkin iya, tapi ia tidak mampu menjadikan Baekhyun sebagai sumber kebahagiaan utama di atas segalanya.

Memandangi jalanan kota yang ramai juga padat dari kaca jendela apartementnya Baekhyun sekali lagi menghela nafasnya panjang.

Ada banyak pemikiran yang tak terduga bermunculan di dalam kepalanya. Seperti permainan acak yang takkan pernah menemukan jawabannya.

Helaan nafas kasar terus Baekhyun lakukan sampai getaran pada ponselnya seketika menghentikan lamunannya segera.

Nama Park Chanyeol langsung terlihat jelas di layarnya. Pria Park itu menghubunginya di jam makan siang dan itu pasti tentang jadwal pekerjaannya.

TWICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang