"Kami menemukan pengeluaran tidak wajar pada sistem keuangan perusahaan tuan Byun. Jadi kami akan memproses mengauditnya sesuai prosedur."
Hanya kalimat itu yang terus terngiang di telinga dan ingatan Baekhyun. Dirinya masih bingung seperti orang dungu tidak tahu apa-apa. Semua barang di meja kerjanya tersita untuk di periksa.
Lamunannya pecah seketika kala sekretarisnya datang setelah mengetuk pintu. Berjalan mendekat lalu menundukkan kepala memberi hormat.
"Nona Ahra menunggu anda di luar." Ucapnya memberitahu.
Baekhyun menghirup nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya panjang seraya bangkit dari duduknya.
"Sajikan teh hangat untuk kami."
"Nde algetsemnida."
Setelah sekretarisnya itu keluar dan mempersilahkan Ahra untuk masuk barulah keduanya saling menatap dalam beberapa detik sebelum kemudian duduk berhadapan tanpa banyak bicara.
Layaknya orang asing yang tidak saling mengenal, keduanya masih bungkam meski sajian teh di atas meja kaca di hadapan mereka sudah tersaji dengan kepulan asap tipis yang menguar dari dalam cangkir.
Berdeham sejenak sambil mengeluarkan amplop berwarna coklat ke atas meja. Ahra menyilangkan kakinya menyamankan duduknya.
"Aku sudah mengakumulasi semua pembagian harta. Aku tidak mau mempersulit sidang perceraian kita hanya karena hal sepele." Ucap Ahra dengan tenang.
Baekhyun mengambil amplop coklat itu lalu membuka dan membacanya dengan seksama. Bukan bermaksud tak percaya tapi sejujurnya Baekhyun tidak mengharapkan hal apapun dari perceraiannya ini sekalipun itu tentang harta.
"Aku tidak mengharapkan ini. Rumah itu memang hadiah untukmu." Ucap Baekhyun seraya mengembalikan amplop coklat itu pada Ahra.
Ahra terdiam menatap Baekhyun memiringkan kepalanya mencoba untuk paham. Pria Byun itu pasti tengah menipunya lagi sekarang, sejauh yang Ahra tau Baekhyun tidak sebaik ini mempermudah hidupnya jika berhadapan dengan dirinya.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku sudah kalah telak sekarang." Kekeh Baekhyun sambil menyeruput teh miliknya pelan.
"Apa kau seperti ini karena Hyejin?"
"Tidak juga.. seperti yang kau tahu aku hanya ingin memperbaiki kesalahanku. Meski itu tidak pantas, tapi aku akan berusaha agar kau bisa memaafkanku." Ucap Baekhyun tulus.
Ada jeda keduanya terdiam menciptakan keheningan. Sebelum kemudian Ahra bangkit berdiri guna untuk segera pergi. Hatinya terlanjur sakit dan Baekhyun yang meminta maaf justru membuat dirinya semakin terluka.
"Jangan berharap apapun padaku--- kau juga tahu hatiku terlanjur sakit karena ulahmu." Desis Ahra menahan tangis.
Berjalan keluar ruangan dengan sesegera mungkin lalu pergi bersama tangisan yang menyesakkan hati bagai di remat di tusuk oleh ribuan jarum. Jika kata seandainya itu ada di awal mereka bersama maka mungkin Ahra bisa sedikit menyiapkan hati untuk segalanya. Dan jika kata seharusnya Ahra sadari maka pernikahannya dengan Baekhyun tidak perlu terjadi. Sungguh ini sangat sakit untuk Ahra tanggung sendiri.
🦋
Setelah kembali dari Korea beberapa minggu lalu bayangan tentang kehidupan pernikahan Ahra sukses membawanya pada keprihatinan yang marah. Benar kata Nari, jika dirinya terlalu pengecut untuk bisa sedikit saja egois padahal Sehun juga tahu Ahra tengah di ambang kehancuran. Namun sisi lainnya sukses menghentikan niat jahatnya untuk merebut Ahra dari Baekhyun hanya karena alasan pernikahan.