"Aku menderita kanker rahim -- jadi, kau tidak perlu memberitahuku hanya untuk menjauhinya." Ucap Ahra dengan tenang lalu menyesap teh miliknya hingga tandas.
Hyejin terpaku masih terdiam ditempat menatap Ahra dalam tatapan kosongnya. Pikirannya tiba-tiba menghilang tidak tahu harus berkata apa. Dirinya ingin merasa senang setelah apa yang baru saja di dengarnya hanya saja ini seperti lemparan bom yang langsung membuatnya kesal.
"Kau.."
"Setelah perceraianku selesai, aku akan segera menjalani pengobatanku. Aku hanya berharap kau bukan jadi alasan dirinya merasa bersalah lagi setelah ini."
Ahra tersenyum samar seraya bangkit berdiri hendak kembali ke kantornya sebelum cekalan tangannya tergenggam kuat oleh Hyejin ketika wanita itu masih terus menatapnya dalam kesulitannya dalam berucap.
"Kau sungguh sedang sakit?" Tanya Hyejin.
"Wae? Kau merasa senang setelah mendengarnya?"
"Apa Baekhyun tahu?"
Ahra melepas cekalan tangan Hyejin sedikit kasar, emosinya mulai menguar setelah wanita di hadapannya ini mengucapkan kata Baekhyun dengan mulutnya. Entah mengapa Ahra sungguhan tidak suka dengan itu.
"Kau mau mengadu padanya? -- jika kau memberitahunya itu sama saja kau membuat dia tidak akan menceraikanku. Bukankah itu yang tidak ingin kau harapkan?" Decih Ahra lalu berjalan pergi meninggalkan Hyejin yang masih termangu diam seolah mulutnya terbungkam tak mampu mengatakan apapun sebagai balasan.
••
Sehun dan segala ketampanannya. Ahra hampir berteriak tepat ketika dirinya baru saja masuk ke dalam ruangannya. Bukan karena apa, siapa yang tahu jika ternyata Sehun sedang bersantai di ruangannya bak orang yang tidak tahu tempat. Ok, sepertinya memang Ahra saja yang terlihat berlebihan. Mengingat pria Oh itu sering melakukan hal tak terduga dengan datang menemuinya tanpa memberitahunya."Kamchagiya ishh"
"Annyeong." Sapa Sehun sambil melambaikan tangannya dengan tersenyum.
Ahra melirikkan matanya sekilas lalu kembali berjalan menuju kursinya dan mulai bekerja. Tidak peduli dengan apa yang tengah Sehun lakukan di ruangannya saat ini.
Sedangkan Sehun sendiri pun sudah terlihat kesal sekarang lantaran Ahra tak memberi respon apapun meski untuk sekedar menyambutnya.
"Mwboya? Kau tak ingin menyambutku?" Tanya Sehun mendekat.
"Aku sibuk Sehun, bisakah kau tidak menemuiku sekarang?" Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan matanya pada layar komputer di hadapannya.
"Shirreo! Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu. Kenapa sekarang aku di usir?" Gerutunya mendumal.
"Terserah kau saja kalau begitu. Aku harus menghadiri rapat setengah jam lagi."
"Yak! Kau sungguh akan mengabaikanku? Aku baru saja kembali, aku bahkan butuh terbang kemari selama 10 jam lebih dan kau sekarang justru tidak peduli denganku? Kau sungguh jahat padaku Ahra!"
Ahra menghirup nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya kasar menoleh mendongakkan kepalanya menatap Sehun yang masih menatapnya penuh kesal menyorot tajam.
"Aku sungguh punya banyak pekerjaan Sehun. Bisakah kau mengerti? Aku akan memesan restoran jepang yang kau suka nanti untuk kita makan malam, otthe?" Ucap Ahra berusaha sabar.
Mendengar apa yang kawannya itu katakan seketika membuat Sehun tersenyum mengembang seraya mengiyakan dengan anggukan kepalanya begitu antusias.
🦋
Hyejin membuka pintu rumahnya sambil berjalan gontai, pikirannya terus melayang akan semua ucapan Ahra siang tadi ketika mereka bertemu. Entah apa itu adalah kabar gembira atau menyedihkan, karena yang pasti Hyejin menjadi tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan setelah mengetahui hal yang sungguhan mengejutkannya seperti ini.
Tas besar berisi belanja bahan makanannya pun ia letakkan begitu saja di lantai dan air matanya mulai berderai mengalir membasahi pipinya. Menangis di tengah kekalutannya yang masih membuatnya bingung. Lampu dalam rumahnya pun Hyejin abaikan meski gelap gulita di tengah hujan deras di luar sana dibarengi gemuruh petir.
Sejahat apapun Hyejin pada Ahra, dirinya masih cukup waras untuk tetap menjunjung tinggi kemanusiaan. Terlebih ia pun juga seorang perempuan dan tengah sensitif di tengah kehamilannya. Menangis pilu seperti ini hanya akan membuatnya menderita ketika sosok Baekhyun muncul dalam ingatannya. Bukankah pria itu akan lebih menderita jika mengetahui apa yang terjadi dengan Ahra?
Lain halnya dengan Hyejin, Baekhyun yang sejak tadi ada di balik pintu rumahnya justru hanya berdiri diam setelah samar-samar mendengar tangisan istrinya itu yang terdengar memilukan, namun tak berani untuk masuk ke dalam untuk sekedar menenangkan.
••
Suara pemanggang daging yang terdengar jelas bersamaan ramainya pengunjung saling mengobrol menjadikan cukup mampu terlihat pasti jika ini bukanlah restoran jepang yang Sehun maksudkan. Tatapan matanya terus menatap Ahra yang tengah sibuk memotong daging dalam panggangan mengabaikan pria yang ama di hadapannya tengah menahan kesal dari raut wajahnya yang sudah cukup tegas.
"Dagingnya sudah matang. Makanlah selagi hangat." Ucap Ahra seraya memberikan sepotong daging di piring Sehun.
"Kau bilang akan makan malam di restoran jepangkan? Apa ini adalah restoran jepang di matamu?" Sindir Sehun.
Ahra yang tengah mengunyah daging pun hanya melirikkan matanya sekilas mengabaikan ucapan sindiran kawannya itu yang mulai mengeluh.
"Aku sudah kelaparan. Restoran jepang terlalu jauh dari kantorku."
"Uwahh, sekarang kau sungguhan bertindak sesuka hati. Apa ini efek kau yang akan bercerai?"
Seketika itu juga Ahra menghentikan kunyahan dalam mulutnya lalu menatap Sehun dengan tatapan tajamnya.
"Bagaimana kau tahu aku akan--- ah, Nari yang memberitahumu ya?" Decih Ahra tertawa masam.
"Kau sungguhan akan bercerai?"
"Hem." Gumam Ahra enggan memberi penjelasan.
"Kalau begitu.. bolehkah aku memacarimu sekarang?"
[]
Kalian mlai bosen gasih ama ni crita?
Karna ak jg mlai males & pngn cepet" namatin ni crita
Otthe? 😭😭
Kyknya hypenya udh gk sewow dulu lgi gtu..
Apa cma ak aja yg ngrasa bgini ya? 🥺Smoga klian gk ninggalin ak yg sdg mlai brkarya lgi stlh setaun lbih vakum nulis 🥺🙏