Aiya iya
Entah Handphone siapa yang berbunyi. Nada dering itu membuat semua penghuni rumah terbangun dari tidur siang yang nyenyak.
Oikawa meraih Handphone nya yang berjejer rapi dengan milik teman nya. Mengangkat panggilan tanpa melihat lebih dulu siapa lawan bicara nya.
"Assalamualaikum! Dengan Oikawa?" Salam nya sambil mengucek mata nya.
"DIMANA KAMU, OIKAWA! TIDAK PULANG SAAT LIBURAN! MAU JADI DURHAKA SAMA ORANG TUA HAH!?"
Nomor kontak 'Papa' itu tertera di Handphone nya. Menjatuhkan Handphone nya sendiri karena terlalu terkejut dengan bentakan papa nya. "MASIH UNTUNG KAMU SAYA IZINKAN PERGI KE PESANTREN!"
"Maaf, pa!"
"BEGINI CARA KAMU NGUCAPIN TERIMA KASIH? BUKAN NYA PULANG BANTU PEKERJAAN PAPA, KAMU MALAH KELUYURAN SAMA TEMEN NGGAK BERGUNA MU ITU!"
"NGGAK USAH HINA TEMEN AKU, PA!" Terlanjur tersulut emosi. Oikawa balik membentak papa nya yang menjelek-jelek an teman nya.
Boleh, jika mereka menghina dirinya. Karena ia tidak akan menggubris ucapan orang-orang yang menghinanya. Tapi jika ada yang menghina teman-teman nya, ia yang akan maju paling depan untuk membela nya. Walaupun itu harus mengorbankan nyawa nya.
Karena ia selalu ingat apa yang anak inti katakan padanya ataupun pada teman-teman nya.
"BELA TERUS TEMAN NGGAK BERGUNA MU! SEKARANG KAMU PULANG ATAU PAPA SURUH ASISTEN PAPA JEMPUT KAMU KESANA! Dan kalau kamu nggak nurut, papa bakal pindahin kamu ke sekolah temen papa!"
Ucapan terakhir dari papa nya membuat nafas Oikawa memburu karena amarah. Mencoba menenangkan hati nya dengan membaca istighfar sebanyak-banyak nya. Dan mengingat apa yang telah ia perbuat tadi.
"Maaf, Ya Allah! Oikawa ingkar janji buat nggak bentak lagi!" Lirih nya.
"Maafin Oikawa, Papa!" Gumam nya sambil memejamkan mata nya.
Ah, sebentar lagi ia harus pulang ke rumah yang penuh kebisingan itu. Rumah yang seharusnya tenang dan damai dengan di iringi canda tawa, malah menjadi rumah yang tidak berpenghuni sama sekali.
Ini alasan kenapa ia memilih untuk tinggal di pesantren. Selain untuk menghindar dari pekerjaan yang ayah nya berikan, ia juga kesepian di rumah yang terlihat besar itu. Hanya ada tukang kebun yang menjaga nya dari ia bayi hingga sekarang.
Bahkan dulu ia berfikir aneh. Kenapa membeli rumah, jika tidak dihuni orang satupun?
Orang tua nya hanya memikirkan pekerjaan dan uang. Sama sekali tidak ada yang namanya kasih sayang di keluarga nya. "Lo itu pengecut, Oikawa!" Gumam nya.
"Nggak ada yang pengecut di sini!" Suara lembut tapi tegas itu membuat Oikawa terkejut. Ia menoleh kebelakang. Teman-teman nya sudah rapi dengan pakaian santai, tidak seperti dirinya yang belum siap karena bangun tidur.
'Yah! Tidak ada yang pengecut'
"Kita sepakat buat pulang semua!"
"HAH!"
°°°°°
""SUGAA!!!"
Teriakan Semi membuat semua penghuni menutup telinga dan menatap Semi yang nyengir dengan tatapan tajam.
Bunda Semi menghela nafas lelah. "Eita.. Kamu itu perempuan. Jangan teriak-teriak!" Ucap nya lembut.
Lebih tepat nya mencoba lembut pada anak perempuan satu-satunya yang nakal nya naudzubillah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/326499309-288-k248394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart [Haikyuu Religi] [Hiatus]
RandomBagaimana rasanya ketika kalian disakiti, dikhianati, ditelantarkan, dibanding-bandingkan dan dituntut untuk bisa segalanya? Sampai kalian menjadi seperti orang sakit jiwa. Bukankah itu menyakitkan? Tinggal dipesantren dan dibebani dengan banyak tun...