Bugh
Bugh
BuaghBrakk
"Berhenti, Oikawa!"
Ucapan Daichi membuat Oikawa menghentikan pukulan nya pada samsak tinju di taman belakang rumah nya. Semua memandang terkejut pada Daichi yang baru saja menggebrak meja dengan keras.
Oikawa menghiraukan ucapan Daichi, dan memilih melanjutkan latihan nya. "Berhenti atau-"
"Oke, fine. Gue berhenti!" sahut Oikawa cepat.
Daichi menghela nafas panjang. Jujur, ia bingung dengan kondisi yang sedang di alami oleh teman-teman nya ini.
H-2 sebelum masuk pesantren. Sebenarnya itu target nya untuk bisa menyelesaikan masalah nya dan masalah teman-teman nya. Tapi, sampai H-1 pun ia belum bisa menyelesaikan nya.
"Gue tau, lo semua ada masalah. Tapi, gue mohon jangan kayak gini!" Daichi memohon sembari berjalan pergi meninggalkan taman belakang.
Berhenti sebentar di tengah pintu, dan menoleh kan kepala nya ke samping. "Latihan nya udah cukup. Jangan lupa pendinginan!" Ingat nya.
Se-pergi nya Daichi, mereka ber-empat menghela nafas lelah. Tanpa mengucapkan apa-apa, mereka melakukan pendinginan seperti yang Daichi ucapkan.
Hari ini, tidak ada candaan yang setiap waktu membuat mereka tertawa. Tidak ada kejahilan yang membuat salah satu di antara mereka kesal. H-1 masuk pesantren membuat mereka semakin tertekan.
°°°°°
"Kenapa semua orang terus ngehalangin gue?"
"Bahkan orang tua nggak pernah dukung!"
"Gue benci sama lo yang lemah gini!"
Ucapan demi ucapan itu terus terdengar. Oikawa memandang langit malam yang lebih terang dari biasanya. "Tapi...gue tau lo itu kuat, Oikawa!" Ucap nya mencoba menyemangati dirinya sendiri.
"Lo udah selesai, Oikawa?" Suara seseorang itu membuat Oikawa terlonjak kaget. Yang tadi nya memandang langit, kini bergulir memandang sahabat nya yang bersandar pada pintu dengan membawa sorban hitam kotak-kotak.
"Lo denger, Kuroo?" Tanya balik Oikawa.
Menghela nafas pelan. Kuroo berjalan ke arah Oikawa yang duduk di atas rumput. "Lo boleh curhat ke gue. Kalo lo mau sih!" Ujar Kuroo.
Oikawa masih setia mendengarkan. Menunggu Kuroo melanjutkan ucapan nya. "Tapi gue bukan Daichi yang selalu bisa ngasih solusi. Yang bener-bener bisa bantu keluar dari masalah." Lanjut nya.
"Disini gue cuman bisa dengerin aja. Sorry ya bro!" Oikawa terkekeh pelan mendengar nya. Lucu sekali, membandingkan dirinya dengan Daichi? Jelas itu sangat ketara beda nya.
"Lo mau jadi tempat cerita aja gue udah bersyukur, Kuroo."
Keduanya sama-sama memandang langit malam. Menghiraukan angin malam yang semakin kencang.
"Gue dipaksa nikah."
"HAH!"
Ucapan Oikawa membuat Kuroo terkejut. Jujur saja, zaman ini sudah berbeda jauh dengan zaman dulu. Zaman seperti ini, masih ada yang nama nya nikah paksa? Perjodohan?
Kuroo memijit pelipis nya yang berdenyut sakit. "Sama siapa?" Tanya nya. Penasaran juga sih sebenernya.
"Sama anak temen bisnis papa, Shirofuku Yuki." Jawab nya. Pusing juga lama-lama mikirin nikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart [Haikyuu Religi] [Hiatus]
AcakBagaimana rasanya ketika kalian disakiti, dikhianati, ditelantarkan, dibanding-bandingkan dan dituntut untuk bisa segalanya? Sampai kalian menjadi seperti orang sakit jiwa. Bukankah itu menyakitkan? Tinggal dipesantren dan dibebani dengan banyak tun...