5. Hampir

1.4K 19 1
                                    

"I have no excuse, I just want to make her be mine."
-Elang
🍂

"Dari mana Lang?" Tanya seseorang pria pada Elang yang sedang menaiki tangga rumahnya.

"Bar." Jawab Elang singkat.

Pria tadi mendengus. "Udah berapa kali papa bilang? Jangan ke bar lagi."

Alex, Papa Elang memang seorang diktator yang sangat di bencinya.

"Ke bar gak bakalan bikin aku bodoh btw."

"Iya gak bakalan bikin kamu bodoh tapi bikin papa malu."

Elang berbalik badan menatap Alex. "Trus kenapa kalau papa malu? Emang ada yang mau gantiin papa selain aku?"

"Anak kurang ajar." Sahut Alex melayangkan tangannya pada Elang.

Plak

Elang mengusapi pipi nya yang perih sembari menatap Alex datar. "Thanks Mr. Danuarta."

Tak lama setelah mereka beradu pandang, Arumi, mama Elang datang memarahi Alex.

"Kamu tuh ya selalu aja main tangan sama dia. Jahat kamu, aku aja yang melahirkannya gak pernah aku pukul." Arumi beralih menatap Elang. "Ayo mama obatin."

Elang pergi ke kamar nya di buntuti Arumi yang membawa kotak P3K menyuruh Elang duduk di atas kasur.

"Kenapa papa sampai pukul kamu?"

"Biasalah."

Arumi menutup kotak P3K menatap lembut mata anak semata wayangnya. "Anak mama satu-satunya udah mulai besar ya."

Elang menaikkan satu alisnya tak mengerti membuat Arumi melanjutkan ucapannya. "Mama udah liat cctv sekolah, lebih tepatnya toilet wanita dua bulan lalu."

"So?" Tanya Elang yang masih belum mengerti.

"Kira-kira hukuman apa ya yang tepat buat murid yang berduaan di dalam toilet dalam waktu yang lama?"

"Wajar dong ma, wanita kan suka gitu sering berduaan ke toilet."

"Big no. Mereka beda gender loh."

Setelah berpikir beberapa saat Elang baru paham maksud mamanya. Itu dia dan Fina yang berciuman di toilet.
Shit umpat Elang dalam hati.

"Is it you, right?" Tanya Arumi membuat Elang terdiam.

Arumi tertawa pelan mengusap pipi sang anak. "Mama sempet ngira kamu gak normal loh karna gak pernah sama wanita."

Elang berdehem pelan. "Aku normal ma. Apa mama bakalan bilang sama papa?"

"Absolutely not. Itu sama aja mama ngancurin percintaan kamu."

Elang tersenyum tulus membuat Arumi kembali mengusap wajahnya. "Makasih ma. Idk what will happend to me, if you're not with me."

"Kenapa dia? Maksud mama kenapa Fina? Kamu tau kan kalau penyebab papa kamu begini karna dia?"

Alex menjadi diktator padanya karna dia tidak suka Elang berada di bawah seseorang, seseorang yang harus di singkirkan menurut Alex adalah Fina karna nama Elang selalu berada di bawah namanya.

"I have no excuse, I just want to make her be mine."

"I know but you can be with her."

"Jangan ingetin itu sekarang ma. Aku lagi gak mau bahas itu."

Arumi mengangguk paham. Melangkah keluar meninggalkan Elang yang terduduk diam di kamarnya.

***

Sesil masih setengah mengantuk saat upacara di lapangan sekolah saat ini. Fina sudah sedari tadi menyenggol tangan Sesil yang bergelayut padanya.

"Berdiri yang bener Sil. Di belakang kita ada Pak Darto tau."

"Ih gue ngantuk banget, semalam gue ngewe sampe subuh."

Fina memutar bola matanya malas. "Sinting lo."

"Bodo amat."

Obrolan mereka terputus saat Pak Darto memegang telinga Fina dan Sesil membuat mereka mengaduh kesakitan.

"Awww sakit pak." Ujar Sesil.

"Saya gak ada salah loh pak." Sahut Fina.

Mereka berdua sontak di bawa ke ruang BK, tempat yang paling di takuti oleh Fina. Dia yang seorang murid beasiswa sangat dilarang untuk berbuat salah.

"Bu Tifa ini ada dua murid yang lagi ngobrol di upacara, bisa-bisanya si Fina ikut-ikutan."

Bu Tifa pun mengangguk membuat Pak Darto kembali ke lapangan.

"Gapapa karna ini pertama kalinya kamu berbuat salah, ibu maafin." Ucap Bu Tifa pada Fina yang tersenyum lega. "Tapi gak dengan kamu Sesil."

Sesil merenggut kesal. "Apaan nih gak seru."

"Oh mau yang seru? Yaudah. Kamu bersihin toilet lantai dua gih. Kebetulan juga ada anak telat lagi di hukum di sana."

"Tapi Fina harus ikut."

Fina melotot pada Sesil membuat Sesil nyengir. "Lo aja lah. Gue murid teladan gak kayak lo."

"Yaudah Fina sekali-kali kamu di hukum gak papa juga kan?"

Fina hanya mengangguk menghela nafas pasrah sedangkan Sesil bersorak senang.

Sesampainya mereka disana, Sesil langsung mendesah lesu.

"Kotor banget." Ucapnya.

"Loh kalian ngapain?" Tanya seseorang.

Mereka berdua sontak melihat ke arah Elang, Kevin dan Jivon yang sedang memegang pel.

"Kalian dihukum juga ya? Wow kok bisa seorang Fina di hukum?" Ucap Kevin membuat Fina meringis malu.

"Halah iri lo?" Sahut Sesil.

"Iri mata lo. Bersihin toilet kok iri."

Elang dan Fina sama-sama masuk ke dalam mengabaikan adu mulut antara mereka.

"Kenapa bisa di hukum?" Tanya Elang.

"Karna nakal lah."

Elang terkekeh pelan sambil lanjut menggosok lantai diikuti Fina. "Hebat dong kalau udah nakal."

"Guru nya kan elo."

"Bisa aja. Fuck."

Fina menoleh mendengar Elang yang mengumpat di dekatnya. "Kenapa?"

"I think i'm crazy cause I want to kiss you now."

Fina sontak berdiri melihat ke arah pintu, takut jika Sesil mendengarnya.

"Jangan macam-macam diluar ada Sesil."

"Oh." Elang menaikkan satu alis yang sialnya sangat terlihat tampan di mata Fina. "Berarti kalau gak ada dia, gue bisa cium lo sekarang?"

Elang mengecupi pipi Fina sekilas membuat pipinya langsung bersemu malu. "Dasar mesum."

Elang tertawa mengacak rambut Fina membuat Sesil berdiri terdiam di depan pintu.

"Kalian temenan?" Tanya Sesil menghentikan aktivitas mereka.

Fina langsung menggelengkan kepalanya menjelaskan pada Sesil. "Nggak-nggak lo salah paham Sil."

"Emang bagusnya begitu sih." Sesil beralih menatap Elang. "Lang temenin gue dong beli minuman."

"Ckk, gue lagi di hukum btw."

"Iya nanti kesini lagi kasian tuh mereka."

Jivon mengangguk. "Beliin minuman nya yang dingin ya Sil, haus banget gila."

Sesil mengangguk menggandeng Elang yang hanya diam mengikutinya, meninggalkan perasaan Fina yang berkecamuk.

***

Masih mau lanjut?

ME OR US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang