8. Lo kenapa Sil?

972 12 3
                                    

Now playing KISAH SEMPURNA-MAHALINI
🎼

"Pasti ada bagian skenario indah yang paling bahagia sampai kita nekad dilahirkan. Karna katanya dulu itu malaikat bertanya 77 kali sebelum kita dilahirkan."
-David
🍂


Tiga bulan lagi angkatan terakhir sekolah akan melaksanakan UN yang mana semua murid sedang sibuk-sibuknya menyiapkan ujian.

Termasuk Fina si gadis beasiswa yang harus membagi waktunya antara belajar dan bekerja. Setelah menjadi penyanyi di Cafe Fina tidak terlalu lelah karna hanya cukup duduk bergitar dan bernyanyi.

Kejadian di mana Elang yang menciumnya kembali membuatnya jatuh sejatuh nya pada pesona seorang Elang Danuarta walaupun dia tak yakin bahwa Elang mencintainya juga.

Fina tidak ingin merasa cemburu saat Elang begitu mudah menuruti permintaan Sesil sama halnya dengan saat ini.

"Ayok Lang nanti belajar berdua." Rengek Sesil.

"Iya. Ajak Fina ya?"

Fina melotot pada Elang. Dia tidak mau harus terjebak antara dirinya dan Sesil.

"Fine. Lo ikut ya Fin, ntar gue jemput deh."

Fina terpaksa mengangguk dan langsung beranjak pergi meninggalkan mereka berdua membuat Elang menatap sendu punggung Fina. Waktunya untuk berduaan saja dengan Fina semakin terbatas saat Alex mengatakan bahwa dia akan bertunangan dengan Sesil, membuat Sesil selalu menempel padanya. Elang hanya ingin mereka menikmati waktu sebentar walaupun harus ada Sesil.

***

"Lang nanti malam jadi kan?"

Sesil meninstrupsi percakapan Elang dan Fina yang sedang membahas rumus Fisika.

Elang mendengus kesal saat dia sedang asik bersama Fina harus di usik. "Jangan bahas itu sekarang, kita lagi belajar."

Sesil memutar bola matanya malas melihat ke arah Fina yang terdiam menatap Elang. "Sorry ya Fin tapi kayaknya jam belajar kita sampai sini deh."

Fina mengangguk pelan seraya merapikan bukunya. Elang menyengit tak suka. "Lo masih boleh disini."

"Gapapa dia pulang aja." Sahut Sesil membuat Fina semakin sedih.

"Tapi gue masih pengen dia disini."

"Gue enggak."

Fina mendongak menatap Sesil berusaha tersenyum walaupun hatinya sudah sakit tak karuan.

"Gue pulang dulu kalau gitu. Have fun."

Elang memegang tangan Fina membuat Sesil menggeram marah. "Just let her go."

"Lo kenapa sih Sil?" Tanya Fina sudah tak tahan.

"Ckk. Gue mau berduaan sama Elang, lo tau kan kalau habis ujian kelulusan kita bakal tunangan, ya kan Lang?"

Elang menghela nafas gusar. Sesil melepaskan tautan tangan Elang pada Fina dan beralih menggandengnya. "Lo gak mau bilang iya?" Tanya Sesil menatap Elang datar.

Elang mengangguk pasrah membuat Fina langsung menunduk. Mungkin saat Sesil yang mengatakan akan bertunangan dengan Elang, dia masih bisa menahannya tapi saat melihat Elang sendiri yang mengakui membuat Fina tidak bisa lagi menahan air matanya.

"Congrats kalau gitu." Tanpa menatap mereka berdua Fina melangkah keluar membawa hatinya yang hancur berantakan.

***

"Tenggelam, jiwaku dalam angan
Tersesat, hilang, dan tak tahu arah
Ku terjebak masa lalu yang kelam
Tak kulihat lagi cahaya cinta."

Fina memetik gitar di pangkuannya sembari menyanyi di panggung kecil cafe malam ini.

"Dan kamu hadir coba bawa bahagia
Ketika ku masih mati rasa
Kar'na."

Pintu Cafe terbuka menandakan adanya pelanggan yang masuk.

"Dia yang pertama membuatku cinta
Dia juga yang pertama membuatku kecewa
Kamu yang pertama menyembuhkan luka
Tak ingin lagi ku mengulang keliru akan cinta
Jadi kisah yang sempurna."

Disana Elang berdiri mematung menatap Fina dalam rangkulan mesra Sesil.

"Tenggelam, jiwaku dalam angan
Tak kulihat lagi cahaya cinta.
Dan kamu hadir coba bawa bahagia
Ketika ku masih mati rasa
Kar'na."

Sesil menggandeng Elang ke sudut kursi depan dekat panggung memamerkan senyuman padanya. Fina menutup matanya melanjutkan nyanyian.

"Dia yang pertama membuatku cinta
Dia juga yang pertama membuatku kecewa
Kamu yang pertama menyembuhkan luka
Tak ingin lagi ku mengulang keliru akan cinta
Jadi kisah yang sempurna, wo-oh."

Fina membuka mata menatap Elang yang juga balik menatapnya.

"Tuhan, yakinkan cinta ini, wo-oh-oh
Hati yang terkunci, terbuka kembali."

Sesil mencium pipi membuatnya mengalihkan pandangan dari Fina yang sudah menatapnya sendu.

"Dia yang pertama membuatku cinta
Dia juga yang pertama membuatku kecewa
Kamu yang pertama menyembuhkan luka
Tak ingin lagi ku mengulang keliru akan cinta.
ho-oh-oh
Kamu untuk selamanya."

Tepat pada akhir lagu, Elang berdiri melangkah keluar meninggalkan Sesil yang tersenyum kemenangan saat menatap Fina.

***

Fina duduk terdiam di depan minimarket, menatap bulan Purnama dengan pandangan sendu. David yang baru saja keluar dari minimarket langsung mendekati Fina.

"Lagi galau berat banget nih keliatannya." Ujar David tersenyum lebar.

Fina hanya membalas senyum tipis, menyenderkan kepalanya pada bahu David.

"Beneran ternyata."

"Gue anti galau-galau club."

"Tadi nyanyinya bener-bener menghayati banget ya. Gue aja sampai keluar bentar waktu denger lo nyanyi."

"Bagus dong berarti gue berhasil menciptakan nuansa sedih."

David mengusap rambut Fina pelan. "Jangan sedih-sedih ya, gue lebih suka denger ocehan lo daripada liat lo muram gini."

"Maunya sih gitu kak, tapi ada kalanya gue juga lagi ngerasa sedih. Kenapa ya bagian bahagia yang bener-bener bahagia dalam hidup gue tuh seakan gak pernah datang. Apa gue hadir dalam dunia ini cuman buat ngerasain sedih? Gue capek kak."

"Liat gue Fin." Fina mendongak menatap David yang sedang tersenyum lembut menatapnya. "Katanya dulu malaikat bertanya 77 kali sebelum kita dilahirkan, apakah kita mau dilahirkan ke dunia? Dan sebelum kita lahir juga sudah diputarkan cerita kehidupan sendari kita lahir sampai kelak kita mati. Pasti ada bagian paling bahagia sampai lo nekat memilih untuk dilahirkan."

Fina speechless. Kata-kata David membuat matanya langsung berkaca-kaca.

"Lo mau ngerasain jadi gue sehari aja gak? Biar lo bener-bener tau gimana pahitnya realita sama gue."

"Setiap orang kan punya masalahnya masing-masing Fina, gue yang lempeng-lempeng begini juga punya masalah cuman mungkin gak seberat elo."

Fina menunduk saat air matanya mulai menyeruak keluar, David benar mungkin memang setiap orang punya masalah sendiri-sendiri tapi dia merasa sangat lelah dengan kehidupan bangsatnya ini.

"Mungkin aja lo emang belum merasa yang amat bahagia tapi tanpa lo sadari lo sendiri termasuk sumber kebahagiaan bagi orang-orang di luar sana, dan salah satu orangnya itu adalah gue."

***

Jahat bener loo Sesil.
Gimana nih sama part ini? Kalian suka nggak?

ME OR US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang