20

1.5K 157 47
                                    

Hi! Long time no see~
Haha beberapa bulan kebelakang banyak banget drama dan bikin aku nggak stabil jadi nggak bisa buka wattpad buat nulis. Maaf ya buat yang udah nungguin, dan terimakasih banyak buat kalian yang selalu nungguin cerita ini.

Semoga bisa balik lagi rajin up,
Tapi jangan lupa ramein cerita ini yaah!








Semoga bisa balik lagi rajin up,Tapi jangan lupa ramein cerita ini yaah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








LOVER APP.









"Jadi, apa alasan kamu macarin anak om?"

Mata Papi Jeno memicing, mencoba mengoyak pertahanan Jisung. Tapi kok dilihat-lihat Jisung nggak merasa terintimidasi? Dia anaknya siapa sih? Duta besar RI? Atau cucunya konglomerat yang masuk ke jajaran sembilan naga? Seharusnya nyali Jisung ciut sekian persen karena dia sudah memberikan ekspresi paling menakutkan, tapi anak muda itu malah melempar senyuman kecil yang begitu tenang sebelum menjawab.

Ditanya seperti itu, Jisung justru semakin suka dan tertantang. Bukannya apa, seharusnya alasan mengapa dia memacari Chenle nggak perlu ditanya sebab sudah pasti jawaban mutlaknya adalah Jisung suka dan mau. Tapi kayaknya kalau Jisung ngasih jawaban receh kayak gitu, Papi Jeno pasti mikir-mikir lagi buat restuin dia dan Chenle. Jadi, Jisung harus sedikit ngasih jawaban yang sedikit lebay.

"Kamu jangan coba-coba ngambil hati om pakai senyum kamu itu ya!"

Kedua alis Jisung terangkat, dia tertawa dalam hati.

"Ck! Jangan-jangan Chenle jatuh cinta cuma karena kamu senyum?! Wah. Kamu nggak pakai pelet kan?!" Mata Papi Jeno makin memicing.

Jisung menggeleng. "Saya nggak suka pakai cara kayak gitu om."

"Benar?" Tanya Papi Jeno makin mengintimidasi.

"Saya cukup percaya diri sama daya tarik yang saya punya."

Wajah Papi Jeno langsung sewot. "Pede betul kamu ini!"

Jisung menahan tawa kecilnya. "Jadi, pertanyaannya sudah bisa saya jawab, om?"

"Hm. Sudah."

Jisung mengangguk kecil, menarik nafas kecilnya sebelum berdehem pelan. Baiklah, inilah dia waktunya. "Alasan saya pacarin anak om adalah, saya mau jadiin anak om sebagai orang yang terakhir saya cari di hidup saya."

Klise. Papi Jeno meremehkan dalam hati, jawaban khas anak muda. Tapi beliau nggak tahu bahwa sebenarnya apa yang katakan Jisung itu adalah benar adanya.

"Saya tau, saya masih kecil, hidup saya dan Chenle masih panjang untuk ke depannya kalau mau bicara soal ini. Masih banyak yang harus dicapai kita berdua. Tapi, perasaan nggak bisa diatur, om dan saya bersyukur karena orang yang saya mau adalah Chenle. Saya jelas nggak lebih jauh soal hubungan cinta dibanding om, tapi saya yakin om ngerti maksud saya, mungkin om juga kayak gitu ke Ayah Chenle."

LOVER APPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang